Audio Surat Al-An'am 1-165
1
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ
وَجَعَلَ الظُّلُمٰتِ وَالنُّوْرَ ەۗ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ
يَعْدِلُوْنَ
Al-ḥamdu lillāhil-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa wa ja‘alaẓ-ẓulumāti wan-nūr(a), ṡummal-lażīna kafarū birabbihim ya‘dilūn(a).
Segala puji bagi Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan kegelapan-kegelapan dan
cahaya. Sungguhpun demikian, orang-orang yang kufur mempersamakan tuhan mereka
(dengan sesuatu yang lain).
2
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ طِيْنٍ ثُمَّ قَضٰٓى اَجَلًا
ۗوَاَجَلٌ مُّسَمًّى عِنْدَهٗ ثُمَّ اَنْتُمْ تَمْتَرُوْنَ
Huwal-lażī khalaqakum
min ṭīnin ṡumma qaḍā ajalā(n), wa ajalum musamman ‘indahū ṡumma antum tamtarūn(a).
Dialah yang
menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menentukan batas waktu hidup
(masing-masing). Waktu yang ditentukan (untuk kebangkitan setelah mati) ada
pada-Nya. Kemudian, kamu masih meragukannya.
3
وَهُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَفِى الْاَرْضِۗ يَعْلَمُ
سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُوْنَ
Wa huwallāhu
fis-samāwāti wa fil-arḍ(i), ya‘lamu sirrakum wa jahrakum wa ya‘lamu
mā taksibūn(a).
Dialah Allah (yang
disembah) di langit dan di bumi. Dia mengetahui apa pun yang kamu rahasiakan
dan kamu tampakkan serta mengetahui apa pun yang kamu usahakan.
4
وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا
كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ
Wa mā ta'tīhim min
āyatim min āyāti rabbihim illā kānū ‘anhā mu‘riḍīn(a).
Tidaklah datang kepada
mereka satu ayat pun dari ayat-ayat236) Tuhan mereka,
kecuali mereka (pasti) berpaling darinya.
Catatan
Kaki
236) Ayat di sini berarti mukjizat, ayat
Al-Qur’an, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam yang menunjukkan
kekuasaan Allah Swt.
5
فَقَدْ كَذَّبُوْا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَهُمْۗ فَسَوْفَ
يَأْتِيْهِمْ اَنْۢبـٰۤؤُا مَا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
Faqad każżabū bil-ḥaqqi lammā jā'ahum fa saufa ya'tīhim ambā'u mā kānū bihī
yastahzi'ūn(a).
Sungguh, mereka telah
mendustakan kebenaran (Al-Qur’an) ketika sampai kepada mereka. Maka, kelak akan
sampai kepada mereka berita-berita (tentang kebenaran) sesuatu yang selalu
mereka perolok-olokkan.
6
اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنْ قَرْنٍ
مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَّكُمْ وَاَرْسَلْنَا
السَّمَاۤءَ عَلَيْهِمْ مِّدْرَارًا ۖوَّجَعَلْنَا الْاَنْهٰرَ تَجْرِيْ مِنْ
تَحْتِهِمْ فَاَهْلَكْنٰهُمْ بِذُنُوْبِهِمْ وَاَنْشَأْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ
قَرْنًا اٰخَرِيْنَ
Alam yarau kam ahlaknā
min qablihim min qarnim makkanāhum fil-arḍi mā lam numakkil
lakum wa arsalnas-samā'a ‘alaihim midrārā(n), wa ja‘alnal-anhāra tajrī min taḥtihim fa ahlaknāhum biżunūbihim wa ansya'nā mim ba‘dihim qarnan
ākharīn(a).
Tidakkah mereka
perhatikan betapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan?
(Yaitu) generasi yang telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yang
belum pernah Kami lakukan kepada kamu; dan Kami curahkan air hujan yang lebat,
Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka; lalu Kami binasakan mereka
karena dosa-dosa mereka, selanjutnya Kami munculkan sesudah mereka generasi
lain.
7
وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتٰبًا فِيْ قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوْهُ
بِاَيْدِيْهِمْ لَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَآ اِلَّا سِحْرٌ
مُّبِيْنٌ
Wa lau nazzalnā
‘alaika kitāban fī qirṭāsin fa lamasūhu bi'aidīhim laqālal-lażīna
kafarū in hāżā illā siḥrum mubīn(un).
Seandainya Kami
turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) kitab (berupa tulisan) pada kertas sehingga
mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, pastilah orang-orang
kafir itu mengatakan, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”
8
وَقَالُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ ۗوَلَوْ اَنْزَلْنَا
مَلَكًا لَّقُضِيَ الْاَمْرُ ثُمَّ لَا يُنْظَرُوْنَ
Wa qālū lau lā unzila
‘alaihi malak(un), wa lau anzalnā malakal laquḍiyal-amru ṡumma lā yunẓarūn(a).
Mereka berkata,
“Mengapa tidak diturunkan malaikat kepadanya (Nabi Muhammad)?”237) Andaikata Kami turunkan malaikat, niscaya selesailah
urusan (mereka dibinasakan karena pengingkaran) kemudian mereka tidak lagi
ditangguhkan (sedikit pun untuk bertobat).
Catatan
Kaki
237) Ungkapan ini adalah untuk menerangkan bahwa
Nabi Muhammad saw. adalah seorang nabi.
9
وَلَوْ جَعَلْنٰهُ مَلَكًا لَّجَعَلْنٰهُ رَجُلًا وَّلَلَبَسْنَا
عَلَيْهِمْ مَّا يَلْبِسُوْنَ
Wa lau ja‘alnāhu
malakal laja‘alnāhu rajulaw wa lalabasnā ‘alaihim mā yalbisūn(a).
Seandainya Kami
jadikan dia (rasul) itu (dari) malaikat, tentu Kami jadikan dia (berwujud)
laki-laki, dan pasti Kami buat mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu.238)
Catatan
Kaki
238) Kalau Allah Swt. mengutus malaikat sebagai
rasul, tentu Dia mengutusnya dalam wujud manusia. Hal itu karena manusia tidak
dapat melihat malaikat dan tentu mereka akan berkata, “Ini bukanlah malaikat,
tetapi hanya manusia sebagaimana kami juga.” Jadi, mereka akan tetap ragu-ragu.
10
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ
بِالَّذِيْنَ سَخِرُوْا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ
Wa laqadistuhzi'a
birusulim min qablika fa ḥāqa bil-lażīna sakhirū minhum mā kānū bihī
yastahzi'ūn(a).
Sungguh, rasul-rasul
sebelum engkau (Nabi Muhammad) benar-benar telah diperolok-olokkan, maka
turunlah kepada orang-orang yang mencemooh mereka (rasul-rasul) apa (azab) yang
selalu mereka perolok-olokkan.
11
قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Qul sīrū fil-arḍi ṡummanẓurū kaifa kāna ‘āqibatul-mukażżibīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Jelajahilah bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan itu.”
12
قُلْ لِّمَنْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلْ لِّلّٰهِ ۗ
كَتَبَ عَلٰى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۗ لَيَجْمَعَنَّكُمْ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ
لَا رَيْبَ فِيْهِۗ اَلَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Qul limam mā
fis-samāwāti wal-arḍ(i), qul lillāh(i), kataba ‘alā nafsihir-raḥmah(ta), layajma‘annakum ilā yaumil-qiyāmati lā raiba fīh(i),
al-lażīna khasirū anfusahum fahum lā yu'minūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Milik siapakah apa yang di langit dan di bumi?” Katakanlah, “Milik
Allah.” Dia telah menetapkan (sifat) kasih sayang pada diri-Nya.239) Sungguh, Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari Kiamat
yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu
tidak beriman.
Catatan
Kaki
239) Allah Swt. telah berjanji, sebagai tanda
kemurahan-Nya, bahwa Dia akan melimpahkan rahmat kepada makhluk-Nya.
13
۞ وَلَهٗ مَا سَكَنَ فِى الَّيْلِ وَالنَّهَارِ ۗوَهُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Wa lahū mā sakana
fil-laili wan-nahār(i), wa huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Milik-Nyalah segala
sesuatu yang ada pada malam dan siang hari. Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.
14
قُلْ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ اِنِّيْٓ اُمِرْتُ اَنْ
اَكُوْنَ اَوَّلَ مَنْ اَسْلَمَ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Qul agairallāhi
attakhiżu waliyyan fāṭiris-samāwāti wal-arḍi wa huwa yuṭ‘imu wa lā yuṭ‘am(u), qul innī
umirtu an akūna awwala man aslama wa lā takūnanna minal-musyrikīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Apakah selain Allah, Pencipta langit dan bumi serta Dia memberi
makan dan tidak diberi makan, akan aku jadikan sebagai pelindung?” Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku diperintahkan agar aku menjadi orang pertama
yang berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan
orang-orang musyrik.”
15
قُلْ اِنِّيْٓ اَخَافُ اِنْ عَصَيْتُ رَبِّيْ عَذَابَ يَوْمٍ
عَظِيْمٍ
Qul innī akhāfu in ‘aṣaitu rabbī ‘ażāba yaumin ‘aẓīm(in).
Katakanlah,
“Sesungguhnya aku takut azab pada hari yang besar (kiamat) jika aku durhaka
kepada Tuhanku.”
16
مَنْ يُّصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَىِٕذٍ فَقَدْ رَحِمَهٗ ۗوَذٰلِكَ
الْفَوْزُ الْمُبِيْنُ
May yuṣraf ‘anhu yauma'iżin faqad raḥimah(ū), wa żālikal-fauzul-mubīn(u).
Siapa yang dijauhkan
darinya (azab) pada hari itu, maka sungguh Dia telah merahmatinya. Itulah
keberuntungan yang nyata.
17
وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗٓ اِلَّا
هُوَ ۗوَاِنْ يَّمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Iy yamsaskallāhu biḍurrin falā kāsyifa lahū illā huw(a), wa iy yamsaska bikhairin fa
huwa ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Jika Allah menimpakan
kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia; dan
jika Dia memberikan kebaikan kepadamu, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
18
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهٖۗ وَهُوَ الْحَكِيْمُ
الْخَبِيْرُ
Wa huwal-qāhiru fauqa
‘ibādih(ī), wa huwal-ḥakīmul-khabīr(u).
Dialah Penguasa atas
hamba-hamba-Nya, dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
19
قُلْ اَيُّ شَيْءٍ اَكْبَرُ شَهَادَةً ۗ قُلِ اللّٰهُ ۗشَهِيْدٌۢ
بَيْنِيْ وَبَيْنَكُمْ ۗوَاُوْحِيَ اِلَيَّ هٰذَا الْقُرْاٰنُ لِاُنْذِرَكُمْ بِهٖ
وَمَنْۢ بَلَغَ ۗ اَىِٕنَّكُمْ لَتَشْهَدُوْنَ اَنَّ مَعَ اللّٰهِ اٰلِهَةً
اُخْرٰىۗ قُلْ لَّآ اَشْهَدُ ۚ قُلْ اِنَّمَا هُوَ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ وَّاِنَّنِيْ
بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ
Qul ayyu syai'in
akbaru syahādah(tan), qulillāhu syahīdum bainī wa bainakum, wa ūḥiya ilayya hāżal-qur'ānu li'unżirakum bihī wa man balag(a),
a'innakum latasyhadūna anna ma‘allāhi ālihatan ukhrā, qul lā asyhad(u), qul
innamā huwa ilāhuw wāḥiduw wa innanī barī'um mimmā tusyrikūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah. Dia
menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya
dengan itu aku mengingatkan kamu dan orang yang sampai (Al-Qur’an kepadanya).
Apakah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain selain Allah?”
Katakanlah, “Aku tidak bersaksi.” Katakanlah, “Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang
Maha Esa dan aku lepas tangan dari apa yang kamu persekutukan.”
20
اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَهٗ كَمَا
يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْۘ اَلَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا
يُؤْمِنُوْنَ ࣖ
Al-lażīna
ātaināhumul-kitāba ya‘rifūnahū kamā ya‘rifūna abnā'ahum, al-lażīna khasirū
anfusahum fahum lā yu'minūn(a).
Orang-orang yang telah
Kami beri Kitab mengenalnya (Nabi Muhammad) seperti mereka mengenal
anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan diri sendiri itu tidak
beriman.
21
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ
كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ
Wa man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każiban au każżaba bi'āyātih(ī),
innahū lā yufliḥuẓ-ẓālimūn(a).
Siapakah yang lebih
zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah atau
mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak
beruntung.
22
وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًا ثُمَّ نَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ
اَشْرَكُوْٓا اَيْنَ شُرَكَاۤؤُكُمُ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ
Wa yauma naḥsyuruhum jamī‘an ṡumma naqūlu lil-lażīna
asyrakū aina syurakā'ukumul-lażīna kuntum taz‘umūn(a).
(Ingatlah)
tatkala Kami kumpulkan mereka semua kemudian Kami berfirman kepada orang-orang
yang mempersekutukan Kami, “Manakah sekutu-sekutumu yang kamu sangkakan?”
23
ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ اِلَّآ اَنْ قَالُوْا وَاللّٰهِ
رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِيْنَ
Ṡumma lam takun fitnatuhum illā an qālū wallāhi
rabbinā mā kunnā musyrikīn(a).
Kemudian, mereka tidak
punya jawaban atas kebohongan mereka, kecuali (terpaksa) mengatakan, “Demi
Allah, Tuhan kami, kami bukanlah orang-orang musyrik.”
24
اُنْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ
مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
Unẓur kaifa każabū ‘alā anfusihim wa ḍalla ‘anhum mā kānū
yaftarūn(a).
Perhatikanlah (Nabi
Muhammad) bagaimana mereka berdusta terhadap diri sendiri. Lenyaplah dari mereka
apa (kebohongan) yang selalu mereka ada-adakan.
25
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّسْتَمِعُ اِلَيْكَ ۚوَجَعَلْنَا عَلٰى
قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَّفْقَهُوْهُ وَفِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًا ۗوَاِنْ
يَّرَوْا كُلَّ اٰيَةٍ لَّا يُؤْمِنُوْا بِهَا ۗحَتّٰٓى اِذَا جَاۤءُوْكَ
يُجَادِلُوْنَكَ يَقُوْلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَآ اِلَّآ اَسَاطِيْرُ
الْاَوَّلِيْنَ
Wa minhum may
yastami‘u ilaik(a), wa ja‘alnā ‘alā qulūbihim akinnatan ay yafqahūhu wa fī
āżānihim waqrā(n), wa iy yarau kulla āyatil lā yu'minū bihā, ḥattā iżā jā'ūka yujādilūnaka yaqūlul-lażīna kafarū in hāżā illā
asāṭīrul-awwalīn(a).
Di antara mereka ada
yang mendengarkan engkau (Nabi Muhammad membaca Al-Qur’an), padahal Kami
menjadikan di hati mereka penutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan
(Kami jadikan) pada telinga mereka penyumbat. Jika mereka melihat segala tanda
kebenaran, mereka tetap tidak beriman padanya, sehingga apabila mereka datang
kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, “Ini (Al-Qur’an)
tiada lain hanyalah dongengan orang-orang terdahulu.”
26
وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْـَٔوْنَ عَنْهُ ۚوَاِنْ
يُّهْلِكُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ
Wa hum yanhauna ‘anhu
wa yan'auna ‘anh(u), wa iy yuhlikūna illā anfusahum wa mā yasy‘urūn(a).
Mereka melarang (orang
lain) mendengarkannya (Al-Qur’an) dan mereka pun menjauhkan diri darinya.
Mereka tidak membinasakan kecuali diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak
menyadari.
27
وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ وُقِفُوْا عَلَى النَّارِ فَقَالُوْا
يٰلَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِاٰيٰتِ رَبِّنَا وَنَكُوْنَ مِنَ
الْمُؤْمِنِيْنَ
Wa lau tarā iż wuqifū
‘alan-nāsi fa qālū yā laitanā nuraddu wa lā nukażżiba bi'āyāti rabbinā wa
nakūna minal-mu'minīn(a).
Seandainya engkau
(Nabi Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata,
“Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan
ayat-ayat Tuhan kami, dan kami menjadi orang-orang mukmin.”
28
بَلْ بَدَا لَهُمْ مَّا كَانُوْا يُخْفُوْنَ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَوْ
رُدُّوْا لَعَادُوْا لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَاِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ
Bal badā lahum mā kānū
yukhfūna min qabl(u), wa lau ruddū la‘ādū limā nuhū ‘anhu wa innahum
lakāżibūn(a).
Namun, (sebenarnya)
kejahatan yang mereka selalu sembunyikan dahulu telah tampak bagi mereka.
Seandainya dikembalikan (ke dunia), tentu mereka akan mengulang kembali apa
yang telah dilarang mengerjakannya. Sesungguhnya mereka benar-benar para
pendusta.
29
وَقَالُوْٓا اِنْ هِيَ اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ
بِمَبْعُوْثِيْنَ
Wa qālū in hiya illā ḥayātunad-dun-yā wa mā naḥnu bimab‘ūṡīn(a).
Mereka pun akan
mengatakan, “Hidup hanyalah di dunia ini dan kita tidak akan dibangkitkan.”
30
وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ وُقِفُوْا عَلٰى رَبِّهِمْ ۗ قَالَ اَلَيْسَ
هٰذَا بِالْحَقِّ ۗقَالُوْا بَلٰى وَرَبِّنَا ۗقَالَ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا
كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ ࣖ
Wa lau tarā iż wuqifū
‘alā rabbihim, qāla alaisa hāżā bil-ḥaqq(i), qālū balā wa
rabbinā, qāla fa żūqul-‘ażāba bimā kuntum takfurūn(a).
Seandainya engkau
(Nabi Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah
engkau melihat peristiwa yang luar biasa). Dia berfirman, “Bukankah
(kebangkitan) ini benar?” Mereka menjawab, “Sungguh benar, demi Tuhan kami.”
Dia berfirman, “Rasakanlah azab ini karena kamu selalu kufur (kepadanya).”
31
قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ اللّٰهِ ۗحَتّٰٓى
اِذَا جَاۤءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوْا يٰحَسْرَتَنَا عَلٰى مَا
فَرَّطْنَا فِيْهَاۙ وَهُمْ يَحْمِلُوْنَ اَوْزَارَهُمْ عَلٰى ظُهُوْرِهِمْۗ اَلَا
سَاۤءَ مَا يَزِرُوْنَ
Qad khasiral-lażīna
każżabū biliqā'illāh(i), ḥattā iżā jā'athumus-sā‘atu bagtatan qālū yā ḥasratanā ‘alā mā farraṭnā fīhā, wa hum yaḥmilūna auzārahum ‘alā ẓuhūrihim, alā sā'a mā
yazirūn(a).
Sungguh rugi
orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah. Maka, apabila hari Kiamat
datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya
penyesalan kami atas kelalaian kami tentangnya (hari Kiamat),” sambil memikul
dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu.
32
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ
ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Wa mal-ḥayātud-dun-yā illā la‘ibuw wa lahw(un), wa lad-dārul-ākhiratu
khairul lil-lażīna yattaqūn(a), afalā ta‘qilūn(a).
Kehidupan dunia
hanyalah permainan dan kelengahan, sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih
baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?
33
قَدْ نَعْلَمُ اِنَّهٗ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ
فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ وَلٰكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ
يَجْحَدُوْنَ
Qad na‘lamu innahū
layaḥzunukal-lażī yaqūlūna fa innahum lā yukażżibūnaka
wa lākinnaẓ-ẓālimīna bi'āyātillāhi
yajhadūn(a).
Sungguh, Kami
mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang mereka katakan itu betul-betul membuatmu
(Nabi Muhammad) bersedih. (Bersabarlah) karena sebenarnya mereka tidak
mendustakanmu, tetapi orang-orang zalim itu selalu mengingkari ayat-ayat Allah.
34
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوْا عَلٰى مَا
كُذِّبُوْا وَاُوْذُوْا حَتّٰٓى اَتٰىهُمْ نَصْرُنَا ۚوَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِ
اللّٰهِ ۚوَلَقَدْ جَاۤءَكَ مِنْ نَّبَإِ۟ى الْمُرْسَلِيْنَ
Wa laqad kużżibat
rusulum min qablika fa ṣabarū ‘alā mā kużżibū wa ūżū ḥattā atāhum naṣrunā, wa lā mubaddila likalimātillāh(i), wa
laqad jā'aka min naba'il-mursalīn(a).
Sungguh rasul-rasul
sebelum engkau pun telah didustakan, lalu mereka sabar terhadap pendustaan dan
penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka sampai datang pertolongan Kami
kepada mereka. Tidak ada yang dapat mengubah kalimāt Allah.240) Sungguh, telah datang kepadamu sebagian berita rasul-rasul
itu.
Catatan
Kaki
240) Yang dimaksud dengan kalimāt Allah adalah
ketetapan-ketetapan-Nya yang sudah tertulis di Lauhulmahfuz. Di antaranya
adalah bahwa mereka yang mendustakannya pasti akan hancur dan orang yang
mengimaninya akan menang.
35
وَاِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ اِعْرَاضُهُمْ فَاِنِ اسْتَطَعْتَ
اَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِى الْاَرْضِ اَوْ سُلَّمًا فِى السَّمَاۤءِ
فَتَأْتِيَهُمْ بِاٰيَةٍ ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدٰى
فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ
Wa in kāna kabura
‘alaika i‘rāḍuhum fa inistaṭa‘ta an tabtagiya
nafaqan fil-arḍi au sullaman fis-samā'i fa ta'tiyahum bi'āyah(tin),
wa lau syā'allāhu lajama‘ahum ‘alal-hudā falā takūnanna minal-jāhilīn(a).
Jika keberpalingan
mereka terasa berat bagimu (Nabi Muhammad), andaikan engkau dapat membuat
lubang di bumi atau tangga ke langit lalu engkau dapat mendatangkan bukti
(mukjizat) kepada mereka, (maka buatlah). Seandainya Allah menghendaki, tentu
Dia akan menjadikan mereka semua mengikuti petunjuk. Oleh karena itu, janganlah
sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang bodoh.
36
۞ اِنَّمَا يَسْتَجِيْبُ الَّذِيْنَ يَسْمَعُوْنَ ۗوَالْمَوْتٰى
يَبْعَثُهُمُ اللّٰهُ ثُمَّ اِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ
Innamā
yastajībul-lażīna yasma‘ūn(a), wal-mautā yab‘aṡuhumullāhu ṡumma ilaihi yurja‘ūn(a).
Hanya orang-orang yang
menyimak (ayat-ayat Allah) sajalah yang mematuhi (seruan-Nya). Adapun
orang-orang yang mati241) kelak akan dibangkitkan oleh Allah,
kemudian kepada-Nya mereka dikembalikan.
Catatan
Kaki
241) Orang-orang kafir diserupakan dengan
orang-orang yang mati karena mereka tidak mau mendengar seruan Allah Swt.
37
وَقَالُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قُلْ
اِنَّ اللّٰهَ قَادِرٌ عَلٰٓى اَنْ يُّنَزِّلَ اٰيَةً وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا
يَعْلَمُوْنَ
Wa qālū lau lā nuzzila
‘alaihi āyatum mir rabbih(ī), qul innallāha qādirun ‘alā ay yunazzila āyataw wa
lākinna akṡarahum lā ya‘lamūn(a).
Mereka (orang-orang
musyrik) berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Nabi Muhammad) suatu
bukti (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah, “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
menurunkan suatu bukti (mukjizat), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
38
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ
بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗمَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ
شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ
Wa mā min dābbatin
fil-arḍi wa lā ṭā'iriy yaṭīru bijanāḥaihi illā umamun amṡālukum, mā farraṭnā fil-kitābi min syai'in ṡumma ilā rabbihim yuḥsyarūn(a).
Tidak ada seekor hewan
pun (yang berada) di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan semuanya merupakan umat (juga) seperti kamu.242) Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam kitab,243) kemudian kepada Tuhannya mereka dikumpulkan.
Catatan
Kaki
242) Sebagai makhluk hidup, binatang mempunyai
kemiripan biologis dengan manusia, bahkan sebagian mempunyai sistem sosial
seperti masyarakat manusia dengan kepemimpinannya. 243) Sebagian mufasir menafsirkan kitab itu dengan Lauhulmahfuz
sehingga kalimat ini menunjukkan bahwa nasib semua makhluk sudah dituliskan
(ditetapkan) di dalamnya. Ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Qur’an
sehingga maknanya adalah bahwa Al-Qur’an telah memuat pokok-pokok agama, norma,
hukum, hikmah, dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
39
وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا صُمٌّ وَّبُكْمٌ فِى
الظُّلُمٰتِۗ مَنْ يَّشَاِ اللّٰهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَّشَأْ يَجْعَلْهُ عَلٰى
صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Wal-lażīna każżabū
bi'āyātinā ṣummuw wa bukmun fiẓ-ẓulumāt(i), may yasya'illāhu yuḍlilhu wa may yasya' yaj‘alhu ‘alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami (seperti orang yang) tuli dan bisu, serta berada
dalam berbagai kegelapan. Siapa yang dikehendaki Allah (dalam kesesatan),
niscaya disesatkan-Nya. Siapa yang dikehendaki Allah (dalam petunjuk), niscaya
Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.244)
Catatan
Kaki
244) Mereka yang disesatkan oleh Allah Swt. memang
memilih jalan kekufuran, sedangkan mereka yang diberi petunjuk memang memilih
jalan petunjuk.
40
قُلْ اَرَءَيْتَكُمْ اِنْ اَتٰىكُمْ عَذَابُ اللّٰهِ اَوْ
اَتَتْكُمُ السَّاعَةُ اَغَيْرَ اللّٰهِ تَدْعُوْنَۚ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Qul ara'aitakum in
atākum ‘ażābullāhi au atatkumus-sā‘atu agairallāhi tad‘ūn(a), in kuntum ṣādiqīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Terangkanlah kepadaku (bahwa) jika siksaan Allah sampai kepadamu
(di dunia) atau hari Kiamat sampai kepadamu, apakah kamu (tetap) akan menyeru
(tuhan) selain Allah, jika kamu (merasa) orang yang benar?”
41
بَلْ اِيَّاهُ تَدْعُوْنَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُوْنَ اِلَيْهِ اِنْ
شَاۤءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُوْنَ ࣖ
Bal iyyāhu tad‘ūna fa
yaksyifu mā tad‘ūna ilaihi in syā'a wa tansauna mā tusyrikūn(a).
Tidak! Hanya
kepada-Nya kamu menyeru. Maka, jika Dia menghendaki, Dia hilangkan apa (bahaya
dan siksa) yang (karenanya) kamu memohon kepada-Nya, dan (karena dahsyatnya
keadaan) kamu tinggalkan apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).
42
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَآ اِلٰٓى اُمَمٍ مِّنْ قَبْلِكَ
فَاَخَذْنٰهُمْ بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُوْنَ
Wa laqad arsalnā ilā
umamim min qablika fa akhażnāhum bil-ba'sā'i waḍ-ḍarrā'i la‘allahum yataḍarra‘ūn(a).
Sungguh, Kami telah
mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, (tetapi mereka
membangkang,) kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan
kesengsaraan, agar tunduk merendahkan diri (kepada Allah).
43
فَلَوْلَآ اِذْ جَاۤءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوْا وَلٰكِنْ
قَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Falau lā iż jā'ahum
ba'sunā taḍarra‘ū wa lākin qasat qulūbuhum wa zayyana
lahumusy-syaiṭānu mā kānū ya‘malūn(a).
Akan tetapi, mengapa
mereka tidak tunduk merendahkan diri (kepada Allah) ketika siksaan Kami datang
menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan
terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.
44
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ
بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ
Falammā nasū mā
żukkirū bihī fataḥnā ‘alaihim abwāba kulli syai'(in), ḥattā iżā fariḥū bimā ūtū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum
mublisūn(a).
Maka, ketika mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan
pintu-pintu segala sesuatu (kesenangan) untuk mereka, sehingga ketika mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.
45
فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْاۗ وَالْحَمْدُ
لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Fa quṭi‘a dābirul-qaumil-lażīna ẓalamū, wal-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).
Maka, orang-orang yang
zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam.
46
قُلْ اَرَاَيْتُمْ اِنْ اَخَذَ اللّٰهُ سَمْعَكُمْ وَاَبْصَارَكُمْ
وَخَتَمَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ مَّنْ اِلٰهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ بِهٖۗ
اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُوْنَ
Qul ara'aitum in
akhażallāhu sam‘akum wa abṣārakum wa khatama ‘alā qulūbikum man ilāhun
gairullāhi ya'tīkum bih(ī), unẓur kaifa nuṣarriful-āyāti ṡumma hum yaṣdifūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan
penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa
mengembalikannya kepadamu?” Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan
berulang-ulang (kepada mereka) tanda-tanda kekuasaan (Kami), tetapi mereka
tetap berpaling.
47
قُلْ اَرَاَيْتَكُمْ اِنْ اَتٰىكُمْ عَذَابُ اللّٰهِ بَغْتَةً اَوْ
جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ اِلَّا الْقَوْمُ الظّٰلِمُوْنَ
Qul ara'aitakum in
atākum ‘ażābullāhi bagtatan au jahratan hal yuhlaku illal-qaumuẓ-ẓālimūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika siksaan Allah sampai kepadamu secara
tiba-tiba atau terang-terangan, adakah yang dibinasakan (Allah) selain
orang-orang yang zalim?”
48
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّا مُبَشِّرِيْنَ
وَمُنْذِرِيْنَۚ فَمَنْ اٰمَنَ وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُوْنَ
Wa mā
nursilul-mursalīna illā mubasysyirīna wa munżirīn(a), faman āmana wa aṣlaḥa falā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Tidaklah Kami utus
para rasul melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Siapa
beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan
mereka tidak bersedih hati.
49
وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا
كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ
Wal-lażīna każżabū
bi'āyātinā yamassuhumul-‘ażābu bimā kānū yafsuqūn(a).
Orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami akan ditimpa azab karena mereka selalu berbuat fasik
(berbuat dosa).
50
قُلْ لَّآ اَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِيْ خَزَاۤىِٕنُ اللّٰهِ وَلَآ
اَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَآ اَقُوْلُ لَكُمْ اِنِّيْ مَلَكٌۚ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا
مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْاَعْمٰى وَالْبَصِيْرُۗ اَفَلَا
تَتَفَكَّرُوْنَ ࣖ
Qul lā aqūlu lakum ‘indī
khazā'inullāhi wa lā a‘lamul-gaiba wa lā aqūlu lakum innī malak(un), in
attabi‘u illā mā yūḥā ilayy(a), qul hal yastawil-a‘mā wal-baṣīr(u), afalā tatafakkarūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan (rezeki) Allah
ada padaku, aku (sendiri) tidak mengetahui yang gaib, dan aku tidak (pula)
mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku.” Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang
yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(-nya)?”
51
وَاَنْذِرْ بِهِ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْ يُّحْشَرُوْٓا اِلٰى
رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ وَلِيٌّ وَّلَا شَفِيْعٌ لَّعَلَّهُمْ
يَتَّقُوْنَ
Wa anżir bihil-lażīna
yakhāfūna ay yuḥsyarū ilā rabbihim laisa lahum min dūnihī
waliyyuw wa lā syafī‘ul la‘allahum yattaqūn(a).
Peringatkanlah
dengannya (Al-Qur’an) orang-orang yang takut akan dikumpulkan menghadap
Tuhannya (pada hari Kiamat). Tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi
syafaat (pertolongan) selain Allah, agar mereka bertakwa.
52
وَلَا تَطْرُدِ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ
وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ ۗمَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ
وَّمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِّنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُوْنَ مِنَ
الظّٰلِمِيْنَ
Wa lā taṭrudil-lażīna yad‘ūna rabbahum bil-gadāti wal-‘asyiyyi yurīdūna
wajhah(ū), mā ‘alaika min ḥisābihim min syai'iw wa mā min ḥisābika ‘alaihim min syai'in fa taṭrudahum fa takūna minaẓ-ẓālimīn(a).
Janganlah engkau (Nabi
Muhammad) mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari,
sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab
sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka (pun) tidak memikul tanggung
jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, sehingga engkau (tidak berhak) mengusir
mereka. (Jika dilakukan,) engkau termasuk orang-orang yang zalim.245)
Catatan
Kaki
245) Ketika Rasulullah saw. sedang duduk-duduk
bersama beberapa orang mukmin yang dianggap hina dan miskin oleh kaum Quraisy,
datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak berbicara dengan Rasulullah. Mereka
enggan duduk bersama dengan orang mukmin itu dan mendesak beliau untuk mengusir
orang-orang mukmin itu supaya mereka dapat berbicara dengan Rasulullah secara
nyaman. Ayat ini turun sebagai teguran terhadap sikap tersebut.
53
وَكَذٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِّيَقُوْلُوْٓا
اَهٰٓؤُلَاۤءِ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنْۢ بَيْنِنَاۗ اَلَيْسَ اللّٰهُ
بِاَعْلَمَ بِالشّٰكِرِيْنَ
Wa każālika fatannā
ba‘ḍahum biba‘ḍil liyaqūlū ahā'ulā'i
mannallāhu ‘alaihim mim baininā, alaisallāhu bi'a‘lama bisy-syākirīn(a).
Demikianlah Kami telah
menguji sebagian mereka (yang kaya dan berkuasa) dengan sebagian yang lain
(yang miskin dan menderita), sehingga mereka (yang kaya dan kufur itu) berkata,
“Orang-orang semacam inikah (yang status sosialnya rendah) di antara kita yang
diberi anugerah oleh Allah?” (Allah berfirman,) “Tidakkah Allah lebih
mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?”
54
وَاِذَا جَاۤءَكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِنَا فَقُلْ
سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلٰى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَۙ اَنَّهٗ مَنْ
عَمِلَ مِنْكُمْ سُوْۤءًاۢ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَصْلَحَ
فَاَنَّهٗ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Wa iżā jā'akal-lażīna
yu'minūna bi'āyātinā fa qul salāmun ‘alaikum kataba rabbukum ‘alā nafsihir-raḥmah(ta), annahū man ‘amila minkum sū'am bijahālatin ṡumma tāba mim ba‘dihī wa aṣlaḥa fa annahū gafūrur raḥīm(un).
Apabila orang-orang
yang beriman pada ayat-ayat Kami datang kepadamu, katakanlah, “Salāmun ‘alaikum
(semoga keselamatan tercurah kepadamu).” Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih
sayang pada diri-Nya, (yaitu) siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu
karena kejahilan (kebodohan, kecerobohan, dorongan nafsu, amarah dan
sebagainya), kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
55
وَكَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ وَلِتَسْتَبِيْنَ سَبِيْلُ
الْمُجْرِمِيْنَ ࣖ
Wa każālika nufaṣṣilul-āyāti wa litastabīna sabīlal-mujrimīn(a).
Demikianlah Kami
terangkan ayat-ayat Al-Qur’an secara terperinci (agar terlihat jelas jalan
kebenaran) dan agar terlihat jelas (pula) jalan para pendurhaka.
56
قُلْ اِنِّيْ نُهِيْتُ اَنْ اَعْبُدَ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ
دُوْنِ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّآ اَتَّبِعُ اَهْوَاۤءَكُمْۙ قَدْ ضَلَلْتُ اِذًا
وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
Qul innī nuhītu an
a‘budal-lażīna tad‘ūna min dūnillāh(i), qul lā attabi‘u ahwā'akum, qad ḍalaltu iżaw wa mā ana minal-muhtadīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah
selain Allah.” Katakanlah, “Aku tidak akan mengikuti keinginanmu. Jika berbuat
demikian, sungguh tersesatlah aku, dan aku tidak termasuk orang yang mendapat
petunjuk.”
57
قُلْ اِنِّيْ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَكَذَّبْتُمْ بِهٖۗ
مَا عِنْدِيْ مَا تَسْتَعْجِلُوْنَ بِهٖۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗيَقُصُّ
الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفٰصِلِيْنَ
Qul innī ‘alā
bayyinatim mir rabbī wa każżabtum bih(ī), mā ‘indī mā tasta‘jilūna bih(ī),
inil-ḥukmu illā lillāh(i), yaquṣṣul-ḥaqqa wa huwa khairul-fāṣilīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Aku (berada) di atas keterangan yang nyata (kebenarannya, yaitu
Al-Qur’an) dari Tuhanku, sedangkan kamu mendustakannya. Bukanlah kewenanganku
(untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya.
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia
pemberi keputusan yang terbaik.”
58
قُلْ لَّوْ اَنَّ عِنْدِيْ مَا تَسْتَعْجِلُوْنَ بِهٖ لَقُضِيَ
الْاَمْرُ بَيْنِيْ وَبَيْنَكُمْ ۗوَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِالظّٰلِمِيْنَ
Qul lau anna ‘indī mā
tasta‘jilūna bihī laquḍiyal-amru bainī wa bainakum, wallāhu a‘lamu biẓ-ẓālimīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Seandainya ada padaku (kewenangan untuk menurunkan) apa (azab) yang
kamu minta agar disegerakan kedatangannya, tentu selesailah segala perkara
antara aku dan kamu.”246) Allah lebih mengetahui tentang
orang-orang yang zalim.
Catatan
Kaki
246) Maksudnya, tentu Allah Swt. menurunkan azab
kepadamu sampai kamu binasa.
59
۞ وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ
وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا
يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ
اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Wa ‘indahū mafātiḥul-gaibi lā ya‘lamuhā illā huw(a), wa ya‘lamu mā fil-barri
wal-baḥr(i), wa mā tasquṭu miw waraqatin illā ya‘lamuhā wa lā ḥabbatin fī ẓulumātil-arḍi wa lā raṭbiw wa lā yābisin illā fī kitābim mubīn(in).
Kunci-kunci semua yang
gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa
yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak
diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula
sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang
nyata (Lauhulmahfuz).
60
وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفّٰىكُمْ بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا
جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيْهِ لِيُقْضٰٓى اَجَلٌ مُّسَمًّىۚ
ثُمَّ اِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Wa huwal-lażī
yatawaffākum bil-laili wa ya‘lamu mā jaraḥtum bin-nahāri ṡumma yab‘aṡukum fīhi liyuqḍā ajalum musammā(n), ṡumma ilaihi marji‘ukum ṡumma yunabbi'ukum bimā
kuntum ta‘malūn(a).
Dialah yang menidurkan
kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari.
Kemudian, Dia membangunkan kamu padanya (siang hari) untuk disempurnakan umurmu
yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia
memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
61
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهٖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ
حَفَظَةً ۗحَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا
وَهُمْ لَا يُفَرِّطُوْنَ
Wa huwal-qāhiru fauqa
‘ibādihī wa yursilu ‘alaikum ḥafaẓah(tan), ḥattā iżā jā'a aḥadakumul-mautu tawaffathu rusulunā wa hum lā
yufarriṭūn(a).
Dialah Penguasa mutlak
di atas semua hamba-Nya, dan Dia mengutus kepadamu malaikat-malaikat penjaga,
sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu,
malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya.
62
ثُمَّ رُدُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ مَوْلٰىهُمُ الْحَقِّۗ اَلَا لَهُ
الْحُكْمُ وَهُوَ اَسْرَعُ الْحٰسِبِيْنَ
Ṡumma ruddū ilallāhi maulāhumul-ḥaqq(i), alā lahul-ḥukmu wa huwa asra‘ul-ḥāsibīn(a).
Kemudian mereka
(hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya.
Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) hanya milik-Nya, Dialah pembuat
perhitungan yang paling cepat.
63
قُلْ مَنْ يُّنَجِّيْكُمْ مِّنْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
تَدْعُوْنَهٗ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۚ لَىِٕنْ اَنْجٰىنَا مِنْ هٰذِهٖ
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
Qul may yunajjīkum min
ẓulumātil-barri wal-baḥri tad‘ūnahū taḍarru‘aw wa khufyah(tan), la'in anjānā min hāżihī
lanakūnanna minasy- syākirīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Siapakah yang dapat menyelamatkanmu dari berbagai kegelapan
(bencana) di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah
hati dan dengan suara yang lembut (dengan berkata), ‘Sungguh, jika Dia
menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang
bersyukur.’”
64
قُلِ اللّٰهُ يُنَجِّيْكُمْ مِّنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ
اَنْتُمْ تُشْرِكُوْنَ
Qulillāhu yunajjīkum
minhā wa min kulli karbin ṡumma antum tusyrikūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Allah yang menyelamatkanmu darinya (bencana itu) dan dari segala
macam kesusahan. Kemudian, kamu (kembali) mempersekutukan-Nya.”
65
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلٰٓى اَنْ يَّبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا
مِّنْ فَوْقِكُمْ اَوْ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِكُمْ اَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا
وَّيُذِيْقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ
لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُوْنَ
Qul huwal-qādiru ‘alā
ay yab‘aṡa ‘alaikum ‘ażābam min fauqikum au min taḥti arjulikum au yalbisakum syiya‘aw wa yużīqa ba‘ḍakum ba'sa ba‘ḍ(in), unẓur kaifa nuṣarriful-āyāti la‘allahum yafqahūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Dialah Yang Maha Kuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau
dari bawah kakimu247) atau Dia memecah belah kamu menjadi
golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu
keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan
berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(-nya).248)
Catatan
Kaki
247) Azab yang datang dari atas adalah hujan batu,
sambaran petir, dan lain-lain. Adapun yang datang dari bawah adalah seperti
gempa bumi dan banjir. 248) Allah Swt. menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan-Nya dalam berbagai rupa dengan cara yang berbeda-beda. Sebagian ulama
menjelaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah itu berupa peringatan, kisah,
hukum, dan lain-lain.
66
وَكَذَّبَ بِهٖ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّۗ قُلْ لَّسْتُ عَلَيْكُمْ
بِوَكِيْلٍ ۗ
Wa każżaba bihī
qaumuka wa huwal-ḥaqq(u), qul lastu ‘alaikum biwakīl(in).
Kaummu mendustakannya
(azab)249) padahal (azab) itu benar adanya.
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku ini bukanlah penanggung jawab kamu.”
Catatan
Kaki
249) Menurut sebagian mufasir, yang didustakan itu
adalah Al-Qur’an.
67
لِكُلِّ نَبَاٍ مُّسْتَقَرٌّ وَّسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ
Likulli naba'im
mustaqarruw wa saufa ta‘lamūn(a).
Setiap berita (yang
dibawa oleh rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.
68
وَاِذَا رَاَيْتَ الَّذِيْنَ يَخُوْضُوْنَ فِيْٓ اٰيٰتِنَا
فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖۗ وَاِمَّا
يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرٰى مَعَ الْقَوْمِ
الظّٰلِمِيْنَ
Wa iżā ra'aital-lażīna
yakhūḍūna fī āyātinā fa a‘riḍ ‘anhum ḥattā yakhūḍū fī ḥadīṡin gairih(ī), wa immā yunsiyannakasy-syaiṭānu falā taq‘ud ba‘daż-żikrā ma‘al-qaumiẓ-ẓālimīn(a).
Apabila engkau (Nabi
Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka
tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Jika setan
benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali
janganlah engkau duduk bersama kaum yang zalim.
69
وَمَا عَلَى الَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ
وَّلٰكِنْ ذِكْرٰى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
Wa mā ‘alal-lażīna
yattaqūna min ḥisābihim min syai'iw wa lākin żikrā la‘allahum
yattaqūn(a).
Orang-orang yang
bertakwa tidak ada tanggung jawab sedikit pun atas (dosa-dosa) mereka, tetapi
(berkewajiban memberi) peringatan agar mereka (juga) bertakwa.
70
وَذَرِ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَهُمْ لَعِبًا وَّلَهْوًا
وَّغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهٖٓ اَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌۢ
بِمَا كَسَبَتْۖ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيٌّ وَّلَا شَفِيْعٌ
ۚوَاِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ
اُبْسِلُوْا بِمَا كَسَبُوْا لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيْمٍ وَّعَذَابٌ اَلِيْمٌ
ۢبِمَا كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ ࣖ
Wa
żaril-lażīnattakhażū dīnahum la‘ibaw wa lahwaw wa garrathumul-ḥayātud-dun-yā wa żakkir bihī an tubsala nafsum bimā kasabat,
laisa lahā min dūnillāhi waliyyuw wa lā syafī‘(un), wa in ta‘dil kulla ‘adlil lā
yu'khaż minhā, ulā'ikal-lażīna ubsilū bimā kasabū lahum syarābum min ḥamīmiw wa ‘ażābun alīmum bimā kānū yakfurūn(a).
Tinggalkanlah
orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan kelengahan, dan
mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengannya
(Al-Qur’an) agar seseorang tidak terjerumus (ke dalam neraka), karena
perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat
(pertolongan) selain Allah. Jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan
apa pun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang
dijerumuskan (ke dalam neraka), karena perbuatan mereka sendiri. Mereka
mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih karena mereka
selalu kufur.
71
قُلْ اَنَدْعُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا
يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلٰٓى اَعْقَابِنَا بَعْدَ اِذْ هَدٰىنَا اللّٰهُ كَالَّذِى
اسْتَهْوَتْهُ الشَّيٰطِيْنُ فِى الْاَرْضِ حَيْرَانَ لَهٗٓ اَصْحٰبٌ
يَّدْعُوْنَهٗٓ اِلَى الْهُدَى ائْتِنَا ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ
الْهُدٰىۗ وَاُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Qul anad‘ū min
dūnillāhi mā lā yanfa‘unā wa lā yaḍurrunā wa nuraddu ‘alā
a‘qābinā ba‘da iż hadānallāhu kal-lażīstahwathusy-syayāṭīnu fil-arḍi ḥairāna lahū aṣḥābuy yad‘ūnahū ilal-huda'tinā, qul inna hudallāhi huwal-hudā, wa
umirnā linuslima lirabbil-‘ālamīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Apakah kita akan memohon pada sesuatu selain Allah, yang tidak
dapat memberi manfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kita, dan (apakah)
kita akan dikembalikan ke belakang (kufur dan sesat), setelah Allah memberi
petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi,
dalam keadaan kebingungan,” sedangkan dia mempunyai kawan-kawan yang selalu
mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), ‘Ikutilah kami.’?”
Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).
Kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan semesta alam,
72
وَاَنْ اَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّقُوْهُۗ وَهُوَ الَّذِيْٓ
اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
Wa aqīmuṣ-ṣalāta wattaqūh(u), wa huwal-lażī ilaihi tuḥsyarūn(a).
dan agar melaksanakan
salat serta bertakwa kepada-Nya.” Dialah Tuhan yang hanya kepada-Nya kamu semua
akan dihimpun.
73
وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّۗ
وَيَوْمَ يَقُوْلُ كُنْ فَيَكُوْنُۚ قَوْلُهُ الْحَقُّۗ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ
يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِۗ عٰلِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيْمُ
الْخَبِيْرُ
Wa huwal-lażī
khalaqas-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqq(i), wa yauma yaqūlu
kun fa yakūn(u), qauluhul-ḥaqq(u), wa lahul-mulku yauma yunfakhu fiṣ-ṣūr(i), ‘ālimul-gaibi wasy-syahādati wa huwal-ḥakīmul-khabīr(u).
Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar). (Sungguh benar ketetapan-Nya)
pada hari (ketika) Dia berkata, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu.
Firman-Nya adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu
sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Teliti.
74
۞ وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ اٰزَرَ اَتَتَّخِذُ
اَصْنَامًا اٰلِهَةً ۚاِنِّيْٓ اَرٰىكَ وَقَوْمَكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Wa iż qāla ibrāhīmu
li'abīhi āzara atattakhiżu aṣnāman ālihah(tan), innī arāka wa qaumaka fī ḍalālim mubīn(in).
(Ingatlah)
ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya,250) Azar, “Apakah
(pantas) engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku
melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
Catatan
Kaki
250) Sebagian mufasir meyakini bahwa yang dimaksud
dengan abīhi adalah pamannya, bukan ayahnya.
75
وَكَذٰلِكَ نُرِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ مَلَكُوْتَ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ وَلِيَكُوْنَ مِنَ الْمُوْقِنِيْنَ
Wa każālika nurī
ibrāhīma malakūtas-samāwāti wal-arḍi wa liyakūna minal-mūqinīn(a).
Demikianlah Kami
memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi
dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
76
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۗقَالَ هٰذَا
رَبِّيْۚ فَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَآ اُحِبُّ الْاٰفِلِيْنَ
Falammā janna
‘alaihil-lailu ra'ā kaukabā(n), qāla hāżā rabbī, falammā afala qāla lā uḥibbul-āfilīn(a).
Ketika malam telah
menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah
Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada
yang terbenam.”251)
Catatan
Kaki
251) Apa yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s. ini
lebih tepat dipahami sebagai upayanya menanamkan akidah tauhid kepada kaumnya,
bukan sebagai perjalanannya mencari Tuhan.
77
فَلَمَّا رَاَ الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هٰذَا رَبِّيْ ۚفَلَمَّآ
اَفَلَ قَالَ لَىِٕنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ
الضَّاۤلِّيْنَ
Falammā ra'al-qamara
bāzigan qāla hāżā rabbī, falammā afala qāla la'illam yahdinī rabbī la'akūnanna
minal-qaumiḍ-ḍāllīn(a).
Kemudian, ketika dia
melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku.” Akan
tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat.”
78
فَلَمَّا رَاَ الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هٰذَا رَبِّيْ هٰذَآ
اَكْبَرُۚ فَلَمَّآ اَفَلَتْ قَالَ يٰقَوْمِ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا
تُشْرِكُوْنَ
Falammā ra'asy-syamsa
bāzigatan qāla hāżā rabbī hāżā akbar(u), falammā afalat qāla yā qaumi innī
barī'um mimmā tusyrikūn(a).
Kemudian, ketika dia
melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku. Ini
lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata, “Wahai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan.”
79
اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۚ
Innī wajjahtu wajhiya
lil-lażī faṭaras-samāwāti wal-arḍa ḥanīfaw wa mā ana minal-musyrikīn(a).
Sesungguhnya aku
menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan
(mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
80
وَحَاۤجَّهٗ قَوْمُهٗ ۗقَالَ اَتُحَاۤجُّوْۤنِّيْ فِى اللّٰهِ
وَقَدْ هَدٰىنِۗ وَلَآ اَخَافُ مَا تُشْرِكُوْنَ بِهٖٓ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ
رَبِّيْ شَيْـًٔا ۗوَسِعَ رَبِّيْ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۗ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوْنَ
Wa ḥājjahū qaumuh(ū), qāla atuḥājjūnnī fillāhi wa qad
hadān(i), wa lā akhāfu mā tusyrikūna bihī illā ay yasyā'a rabbī syai'ā(n), wasi‘a
rabbī kulla syai'in ‘ilmā(n), afalā tatażakkarūn(a).
Kaumnya membantah. Dia
(Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia
benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada yang kamu
persekutukan dengan-Nya, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?”
81
وَكَيْفَ اَخَافُ مَآ اَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُوْنَ اَنَّكُمْ
اَشْرَكْتُمْ بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا ۗفَاَيُّ
الْفَرِيْقَيْنِ اَحَقُّ بِالْاَمْنِۚ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَۘ
Wa kaifa akhāfu mā
asyraktum wa lā takhāfūna annakum asyraktum billāhi mā lam yunazzil bihī
‘alaikum sulṭānā(n), fa ayyul-farīqaini aḥaqqu bil-amn(i), in kuntum ta‘lamūn(a).
Bagaimana mungkin aku
takut kepada yang kamu sekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut
menyekutukan sesuatu dengan Allah yang Dia (sendiri) tidak pernah menurunkan
kepadamu alasan apa pun. Maka, golongan yang manakah dari keduanya yang lebih
berhak mendapat keamanan (dari malapetaka) jika kamu mengetahui?”252)
Catatan
Kaki
252) Setelah Allah Swt. memperlihatkan tanda-tanda
keagungan-Nya kepada Nabi Ibrahim a.s. sehingga imannya kepada Allah Swt. makin
teguh (ayat 75), ia menuntun kaumnya menuju tauhid dengan mengikuti logika
berpikir mereka.
82
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ
Al-lażīna āmanū wa lam
yalbisū īmānahum biẓulmin ulā'ika lahumul-amnu wa hum muhtadūn(a).
Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk.
83
وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ اٰتَيْنٰهَآ اِبْرٰهِيْمَ عَلٰى قَوْمِهٖۗ
نَرْفَعُ دَرَجٰتٍ مَّنْ نَّشَاۤءُۗ اِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ
Wa tilka ḥujjatunā ātaināhā ibrāhīma ‘alā qaumih(ī), narfa‘u darajātim man
nasyā'(u), inna rabbaka ḥakīmun ‘alīm(un).
Itulah keterangan yang
Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan orang
yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi
Maha Mengetahui.
84
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَۗ كُلًّا هَدَيْنَا
وَنُوْحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهٖ دَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ
وَاَيُّوْبَ وَيُوْسُفَ وَمُوْسٰى وَهٰرُوْنَ ۗوَكَذٰلِكَ نَجْزِى
الْمُحْسِنِيْنَۙ
Wa wahabnā lahū isḥāqa wa ya‘qūb(a), kullan hadainā wa nūḥan hadainā min qablu wa min żurriyyatihī dāwūda wa sulaimāna wa
ayyūba wa yūsufa wa mūsā wa hārūna wa każālika najzil-muḥsinīn(a).
Kami telah
menganugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya‘qub. Tiap-tiap mereka telah Kami beri
petunjuk. Sebelumnya Kami telah menganugerahkan petunjuk kepada Nuh. (Kami juga
menganugerahkan petunjuk) kepada sebagian dari keturunannya, yaitu Daud,
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
85
وَزَكَرِيَّا وَيَحْيٰى وَعِيْسٰى وَاِلْيَاسَۗ كُلٌّ مِّنَ
الصّٰلِحِيْنَۙ
Wa zakariyyā wa yaḥyā wa ‘īsā wa ilyās(a), kullum minaṣ-ṣāliḥīn(a).
(Demikian
juga kepada) Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang
saleh.
86
وَاِسْمٰعِيْلَ وَالْيَسَعَ وَيُوْنُسَ وَلُوْطًاۗ وَكُلًّا
فَضَّلْنَا عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ
Wa ismā‘īla wal-yasa‘a
wa yūnusa wa lūṭā(n), wa kullan faḍḍalnā ‘alal-‘ālamīn(a).
(Begitu
juga kepada) Ismail, Ilyasa’, Yunus, dan Lut. Tiap-tiap mereka Kami lebihkan
daripada (umat) seluruh alam (pada masanya).
87
وَمِنْ اٰبَاۤىِٕهِمْ وَذُرِّيّٰتِهِمْ وَاِخْوَانِهِمْ
ۚوَاجْتَبَيْنٰهُمْ وَهَدَيْنٰهُمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Wa min ābā'ihim wa
żurriyyātihim wa ikhwānihim, wajtabaināhum wa hadaināhum ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).
(Kami
lebihkan pula) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka, dan
saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rasul) dan
Kami memberi mereka petunjuk menuju jalan yang lurus.
88
ذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ
ۗوَلَوْ اَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Żālika hudallāhi yahdī
bihī may yasyā'u min ‘ibādih(ī), wa lau asyrakū laḥabiṭa ‘anhum mā kānū ya‘malūn(a).
Demikian itu petunjuk
Allah. Dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara
hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Seandainya mereka mempersekutukan Allah,
pasti sia-sialah amal yang telah mereka kerjakan.
89
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ
وَالنُّبُوَّةَ ۚفَاِنْ يَّكْفُرْ بِهَا هٰٓؤُلَاۤءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا
قَوْمًا لَّيْسُوْا بِهَا بِكٰفِرِيْنَ
Ulā'ikal-lażīna
ātaināhumul-kitāba wal-ḥukma wan-nubuwwah(ta), fa iy yakfur bihā hā'ulā'i
faqad wakkalnā bihā qaumal laisū bihā bikāfirīn(a).
Mereka itulah
orang-orang yang telah Kami anugerahi kitab, hikmah, dan kenabian. Jika
orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, Kami akan menyerahkannya kepada kaum
yang tidak mengingkarinya.
90
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْۗ
قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًاۗ اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٰى
لِلْعٰلَمِيْنَ ࣖ
Ulā'ikal-lażīna
hadallāhu fa bihudāūhumuqtadih, qul lā as'alukum ‘alaihi ajrā(n), in huwa illā
żikrā lil-‘ālamīn(a).
Mereka itulah (para
nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Maka, ikutilah petunjuk mereka.
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan kepadamu atasnya
(menyampaikan Al-Qur’an).” (Al-Qur’an) itu hanyalah peringatan untuk (umat)
seluruh alam.
91
وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖٓ اِذْ قَالُوْا مَآ
اَنْزَلَ اللّٰهُ عَلٰى بَشَرٍ مِّنْ شَيْءٍۗ قُلْ مَنْ اَنْزَلَ الْكِتٰبَ
الَّذِيْ جَاۤءَ بِهٖ مُوْسٰى نُوْرًا وَّهُدًى لِّلنَّاسِ تَجْعَلُوْنَهٗ
قَرَاطِيْسَ تُبْدُوْنَهَا وَتُخْفُوْنَ كَثِيْرًاۚ وَعُلِّمْتُمْ مَّا لَمْ
تَعْلَمُوْٓا اَنْتُمْ وَلَآ اٰبَاۤؤُكُمْ ۗقُلِ اللّٰهُ ۙثُمَّ ذَرْهُمْ فِيْ
خَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ
Wa mā qadarullāha ḥaqqa qadrihī iż qālū mā anzalallāhu ‘alā basyarim min syai'(in),
qul man anzalal-kitābal-lażī jā'a bihī mūsā nūraw wa hudal lin-nāsi taj‘alūnahū
qarāṭīsa tubdūnahā wa tukhfūna kaṡīrā(n), wa ‘ullimtum mā lam ta‘lamū antum wa lā ābā'ukum, qulillāh(u),
ṡumma żarhum fī khauḍihim yal‘abūn(a).
Mereka (Bani Israil)
tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, “Allah
tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Siapakah yang menurunkan kitab suci (Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya
dan petunjuk bagi manusia? Kamu (Bani Israil) menjadikannya lembaran-lembaran
lepas. Kamu memperlihatkan (sebagiannya) dan banyak yang kamu sembunyikan,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang tidak diketahui baik olehmu maupun
oleh nenek moyangmu.” Katakanlah, “Allah.” Kemudian, biarkanlah mereka
bermain-main dalam kesesatannya.253)
Catatan
Kaki
253) Kalimat ini diucapkan sebagai sindiran kepada
mereka, seakan-akan mereka dipandang sebagai kanak-kanak yang belum berakal.
92
وَهٰذَا كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ مُبٰرَكٌ مُّصَدِّقُ الَّذِيْ بَيْنَ
يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ اُمَّ الْقُرٰى وَمَنْ حَوْلَهَاۗ وَالَّذِيْنَ
يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ وَهُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ
يُحٰفِظُوْنَ
Wa hāżā kitābun
anzalnāhu mubārakum muṣaddiqul-lażī baina yadaihi wa litunżira
ummal-qurā wa man ḥaulahā, wal-lażīna yu'minūna bil-ākhirati
yu'minūna bihī wa hum ‘alā ṣalātihim yuḥāfiẓūn(a).
Ini (Al-Qur’an) adalah
kitab suci yang telah Kami turunkan lagi diberkahi yang membenarkan kitab-kitab
yang (diturunkan) sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada
(penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Orang-orang yang beriman pada (kehidupan) akhirat (tentu) beriman padanya
(Al-Qur’an) dan mereka selalu memelihara salatnya.
93
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ
قَالَ اُوْحِيَ اِلَيَّ وَلَمْ يُوْحَ اِلَيْهِ شَيْءٌ وَّمَنْ قَالَ سَاُنْزِلُ
مِثْلَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ
الْمَوْتِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْۚ اَخْرِجُوْٓا
اَنْفُسَكُمْۗ اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ
تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ
تَسْتَكْبِرُوْنَ
Wa man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każiban au qāla ūḥiya ilayya wa lam yūḥa ilaihi syai'uw wa
man qāla sa'unzilu miṡla mā anzalallāh(u), wa lau tarā iżiẓ-ẓālimūna fī gamarātil-mauti wal-malā'ikatu bāsiṭū aidīhim, akhirjū anfusakum, al-yauma tujzauna ‘ażābal-hūni bimā
kuntum taqūlūna ‘alallāhi gairal-ḥaqqi wa kuntum ‘an āyātihī
tastakbirūn(a).
Siapakah yang lebih
zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang
berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun
kepadanya dan orang yang berkata, “Aku akan mendatangkan seperti yang
diturunkan Allah.” Seandainya saja engkau melihat pada waktu orang-orang zalim
itu (berada) dalam kesakitan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya (sembari berkata), “Keluarkanlah nyawamu!” Pada hari ini kamu akan
dibalas dengan azab yang sangat menghinakan karena kamu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya.
94
وَلَقَدْ جِئْتُمُوْنَا فُرَادٰى كَمَا خَلَقْنٰكُمْ اَوَّلَ
مَرَّةٍ وَّتَرَكْتُمْ مَّا خَوَّلْنٰكُمْ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِكُمْۚ وَمَا نَرٰى
مَعَكُمْ شُفَعَاۤءَكُمُ الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ اَنَّهُمْ فِيْكُمْ شُرَكٰۤؤُا ۗ
لَقَدْ تَّقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَّا كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ ࣖ
Wa laqad ji'tumūnā
furādā kamā khalaqnākum awwala marratiw wa taraktum mā khawwalnākum warā'a ẓuhūrikum, wa mā narā ma‘akum syufa‘ā'akumul-lażīna za‘amtum
annahum fīkum syurakā'(u), laqat taqaṭṭa‘a bainakum wa ḍalla ‘ankum mā kuntum taz‘umūn(a).
(Kini)
kamu benar-benar datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami ciptakan
kamu pada mulanya. Kamu sudah meninggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang
telah Kami karuniakan kepadamu. Kami tidak melihat bersamamu para pemberi
syafaat (pertolongan) yang kamu anggap bagi dirimu sebagai sekutu-sekutu(-Ku).
Sungguh, telah terputus (semua pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari
kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah).
95
۞ اِنَّ اللّٰهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوٰىۗ يُخْرِجُ الْحَيَّ
مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ۗذٰلِكُمُ اللّٰهُ فَاَنّٰى
تُؤْفَكُوْنَ
Innallāha fāliqul-ḥabbi wan-nawā, yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa
mukhrijul-mayyiti minal-ḥayy(i), żālikumullāhu fa annā tu'fakūn(a).
Sesungguhnya Allah
yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (buah-buahan). Dia mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah
(kekuasaan) Allah. Maka, bagaimana kamu dapat dipalingkan?
96
فَالِقُ الْاِصْبَاحِۚ وَجَعَلَ الَّيْلَ سَكَنًا وَّالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ
Fāliqul-iṣbāḥ(i), wa ja‘alal-laila sakanaw wasy-syamsa
wal-qamara ḥusbānā(n), żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm(i).
(Dia)
yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, serta
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
97
وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ النُّجُوْمَ لِتَهْتَدُوْا بِهَا
فِيْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ
يَّعْلَمُوْنَ
Wa huwal-lażī ja‘ala
lakumun-nujūma litahtadū bihā fī ẓulumātil-barri wal-baḥr(i), qad faṣṣalnal-āyāti liqaumiy ya‘lamūn(a).
Dialah yang menjadikan
bagimu bintang-bintang agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan (yang
pekat) di darat dan di laut. Sungguh, Kami telah memerinci tanda-tanda
(kekuasaan Kami) kepada kaum yang mengetahui.
98
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ
فَمُسْتَقَرٌّ وَّمُسْتَوْدَعٌ ۗقَدْ فَصَّلْنَا الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّفْقَهُوْنَ
Wa huwal-lażī
ansya'akum min nafsiw wāḥidatin fa mustaqarruw wa mustauda‘(un), qad faṣṣalnal-āyāti liqaumiy yafqahūn(a).
Dialah yang
menciptakanmu dari diri yang satu (Adam), maka (bagimu) ada tempat menetap dan
tempat menyimpan.254) Sungguh, Kami telah memerinci
tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang memahami.
Catatan
Kaki
254) Menurut sebagian mufasir, yang dimaksud
tempat menetap adalah tulang sulbi bapak dan tempat menyimpan adalah rahim ibu.
Ada pula yang berpendapat bahwa tempat menetap adalah permukaan bumi pada waktu
manusia masih hidup dan tempat menyimpan adalah perut bumi (kuburan) pada waktu
manusia telah mati.
99
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۚ فَاَخْرَجْنَا
بِهٖ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَاَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا
مُّتَرَاكِبًاۚ وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَّجَنّٰتٍ
مِّنْ اَعْنَابٍ وَّالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَّغَيْرَ
مُتَشَابِهٍۗ اُنْظُرُوْٓا اِلٰى ثَمَرِهٖٓ اِذَٓا اَثْمَرَ وَيَنْعِهٖ ۗاِنَّ
فِيْ ذٰلِكُمْ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
Wa huwal-lażī anzala
minas-samā'i mā'ā(n), fa akhrajnā bihī nabāta kulli syai'in fa akhrajnā minhu
khaḍiran nukhriju minhu ḥabbam mutarākibā(n), wa minan nakhli min ṭal‘ihā qinwānun dāniyatuw wa jannātim min a‘nābiw waz-zaitūna
war-rummāna musytabihaw wa gaira mutasyābih(in), unẓurū ilā ṡamarihī iżā aṡmara wa yan‘ih(ī),
inna fī żālikum la'āyātil liqaumiy yu'minūn(a).
Dialah yang menurunkan
air dari langit lalu dengannya Kami menumbuhkan segala macam tumbuhan. Maka,
darinya Kami mengeluarkan tanaman yang menghijau. Darinya Kami mengeluarkan
butir yang bertumpuk (banyak). Dari mayang kurma (mengurai) tangkai-tangkai
yang menjuntai. (Kami menumbuhkan) kebun-kebun anggur. (Kami menumbuhkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada
waktu berbuah dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.
100
وَجَعَلُوْا لِلّٰهِ شُرَكَاۤءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوْا
لَهٗ بَنِيْنَ وَبَنٰتٍۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يَصِفُوْنَ
ࣖ
Wa ja‘alū lillāhi
syurakā'al-jinna wa khalaqahum wa kharaqū lahū banīna wa banātim bigairi
‘ilm(in), subḥānahū wa ta‘ālā ‘ammā yaṣifūn(a).
Mereka (orang-orang
musyrik) menjadikan jin sekutu-sekutu bagi Allah, padahal Dia yang
menciptakannya (jin-jin itu). Mereka berbohong terhadap-Nya (dengan mengatakan
bahwa Allah mempunyai) anak laki-laki dan anak perempuan, tanpa (dasar)
pengetahuan.255) Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari
sifat-sifat yang mereka gambarkan.
Catatan
Kaki
255) Mereka mengatakan bahwa Allah Swt. mempunyai
anak, sebagaimana orang Yahudi mengatakan bahwa Uzair adalah putra Allah Swt.
dan orang-orang musyrik mengatakan bahwa malaikat merupakan anak-anak perempuan
Allah Swt. Mereka mengatakan demikian karena kebodohannya.
101
بَدِيْعُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنّٰى يَكُوْنُ لَهٗ وَلَدٌ
وَّلَمْ تَكُنْ لَّهٗ صَاحِبَةٌ ۗوَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيْمٌ
Badī‘us-samāwāti
wal-arḍ(i), annā yakūnu lahū waladuw wa lam takul lahū
ṣāḥibah(tun), wa khalaqa
kulla syai'(in), wa huwa bikulli syai'in‘alīm(un).
Dia (Allah) pencipta
langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak
mempunyai istri? Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.
102
ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ خَالِقُ
كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوْهُ ۚوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ وَّكِيْلٌ
Żālikumullāhu
rabbukum, lā ilāha illā huw(a), khāliqu kulli syai'in fa‘budūh(u), wa huwa ‘alā
kulli syai'iw wakīl(un).
Itulah Allah Tuhanmu.
Tidak ada tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu. Maka, sembahlah Dia.
Dialah pemelihara segala sesuatu.
103
لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَۚ وَهُوَ
اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ
Lā tudrikuhul-abṣāru wa huwa yudrikul-abṣār(a), wa huwal-laṭīful-khabīr(u).
Dia tidak dapat
dijangkau oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat menjangkau segala
penglihatan itu. Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Teliti.
104
قَدْ جَاۤءَكُمْ بَصَاۤىِٕرُ مِنْ رَّبِّكُمْۚ فَمَنْ اَبْصَرَ
فَلِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَاۗ وَمَآ اَنَا۠ عَلَيْكُمْ بِحَفِيْظٍ
Qad jā'akum baṣā'iru mir rabbikum, faman abṣara fa linafsih(ī), wa
man ‘amiya fa ‘alaihā, wa mā ana ‘alaikum biḥafīẓ(in).
Sungguh, telah datang
kepadamu bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Siapa yang melihat (bukti-bukti
itu),256) maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri
dan siapa yang buta (tidak melihat bukti-bukti itu), maka (akibat buruknya)
bagi dirinya sendiri, sedangkan aku (Nabi Muhammad) bukanlah pengawas(-mu).
Catatan
Kaki
256) Siapa yang mengetahui kebenaran dan
mengerjakan kebajikan serta memperoleh petunjuk, dia telah mencapai puncak
kebahagiaan.
105
وَكَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ وَلِيَقُوْلُوْا دَرَسْتَ
وَلِنُبَيِّنَهٗ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
Wa każālika nuṣarriful-āyāti wa liyaqūlū darasta wa linubayyinahū liqaumiy ya‘lamūn(a).
Demikianlah Kami
menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat Kami (agar orang-orang beriman mengambil
pelajaran darinya) dan agar mereka (orang-orang musyrik) mengatakan, “Engkau
telah mempelajari (ayat-ayat itu dari Ahlulkitab),” dan agar Kami
menjelaskannya (Al-Qur’an) kepada kaum yang mengetahui.
106
اِتَّبِعْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَۚ لَآ اِلٰهَ
اِلَّا هُوَۚ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ
Ittabi‘ mā ūḥiya ilaika mir rabbik(a), lā ilāha illā huw(a), wa a‘riḍ ‘anil-musyrikīn(a).
Ikutilah apa
(Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) dari Tuhanmu. Tidak
ada tuhan selain Dia. Berpalinglah pula dari orang-orang musyrik.
107
وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَآ اَشْرَكُوْاۗ وَمَا جَعَلْنٰكَ
عَلَيْهِمْ حَفِيْظًاۚ وَمَآ اَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيْلٍ
Wa lau syā'allāhu mā
asyrakū, wa mā ja‘alnā ‘alaihim ḥafīẓā(n), wa mā anta ‘alaihim biwakīl(in).
Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan(-Nya). Kami tidak menjadikan
engkau pengawas mereka dan engkau bukan pula penanggung jawab mereka.
108
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ
فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ
اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا
كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Wa lā tasubbul-lażīna
yad‘ūna min dūnillāhi fa yasubbullāha ‘adwam bigairi ‘ilm(in), każālika
zayyannā likulli ummatin ‘amalahum, ṡumma ilā rabbihim
marji‘uhum fa yunabbi'uhum bimā kānū ya‘malūn(a).
Janganlah kamu memaki
(sesembahan) yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki
Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami
jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan
merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa
yang telah mereka kerjakan.
109
وَاَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْ لَىِٕنْ
جَاۤءَتْهُمْ اٰيَةٌ لَّيُؤْمِنُنَّ بِهَاۗ قُلْ اِنَّمَا الْاٰيٰتُ عِنْدَ
اللّٰهِ وَمَا يُشْعِرُكُمْ اَنَّهَآ اِذَا جَاۤءَتْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wa aqsamū billāhi
jahda aimānihim la'in jā'athum āyatul layu'minunna bihā, qul innamal-āyātu
‘indallāhi wa mā yusy‘irukum annahā iżā jā'at lā yu'minūn(a).
Mereka bersumpah
dengan (nama) Allah dengan sebenar-benarnya sumpah (bahwa) sungguh jika datang
suatu bukti (mukjizat) kepada mereka, pastilah mereka akan beriman kepadanya.
Katakanlah, “Sesungguhnya bukti-bukti itu hanya ada pada sisi Allah.” Kamu
tidak akan mengira bahwa jika bukti (mukjizat) itu datang, mereka tidak juga
akan beriman.257)
Catatan
Kaki
257) Orang musyrik bersumpah bahwa jika mukjizat
dari Allah datang, mereka akan beriman. Oleh karena itu, orang mukmin berharap
agar Nabi memohon kepada Allah Swt. untuk menurunkan mukjizat yang dimaksud.
Maka, Allah Swt. menolak harapan orang-orang mukmin itu dengan ayat ini.
110
وَنُقَلِّبُ اَفْـِٕدَتَهُمْ وَاَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ
يُؤْمِنُوْا بِهٖٓ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّنَذَرُهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ
ࣖ ۔
Wa nuqallibu
af'idatahum wa abṣārahum kamā lam yu'minū bihī awwala marratiw
wa nażaruhum fī ṭugyānihim ya‘mahūn(a).
(Kamu
pun tidak akan mengira bahwa) Kami akan memalingkan hati dan penglihatan mereka
seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur’an) serta Kami
membiarkan mereka bingung dalam kesesatan.
111
۞ وَلَوْ اَنَّنَا نَزَّلْنَآ اِلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةَ
وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتٰى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَّا
كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْٓا اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ
يَجْهَلُوْنَ
Wa lau annanā nazzalnā
ilaihimul-malā'ikata wa kallamahumul-mautā wa ḥasyarnā ‘alaihim kulla
syai'in qubulam mā kānū liyu'minū illā ay yasyā'allāhu wa lākinna akṡarahum yajhalūn(a).
Seandainya Kami
benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka (sebagai saksi kebenaran Rasul),
orang yang telah mati pun (Kami hidupkan kembali lalu) berbicara dengan mereka,
dan Kami kumpulkan di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka
tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Namun, kebanyakan
mereka tidak mengetahui (hakikat ini).
112
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ
الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ
غُرُوْرًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ
Wa każālika ja‘alnā
likulli nabiyyin ‘aduwwan syayāṭīnal-insi wal-jinni yūḥī ba‘ḍuhum ilā ba‘ḍin zukhrufal-qauli gurūrā(n),
wa lau syā'a rabbuka mā fa‘alūhu fa żarhum wa mā yaftarūn(a).
Demikianlah
(sebagaimana Kami menjadikan bagimu musuh) Kami telah menjadikan (pula) bagi
setiap nabi musuh yang terdiri atas setan-setan (berupa) manusia dan jin.
Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah
sebagai tipuan. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan
melakukannya. Maka, tinggalkan mereka bersama apa yang mereka ada-adakan
(kebohongan).
113
وَلِتَصْغٰٓى اِلَيْهِ اَفْـِٕدَةُ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
بِالْاٰخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوْا مَا هُمْ مُّقْتَرِفُوْنَ
Wa litaṣgā ilaihi af'idatul-lażīna lā yu'minūna bil-ākhirati wa liyarḍauhu wa liyaqtarifū mā hum muqtarifūn(a).
(Setan-setan
itu saling membisikkan perkataan yang indah juga) agar hati kecil orang-orang
yang tidak beriman pada akhirat tertarik pada bisikan itu serta menyenanginya,
dan agar mereka melakukan apa yang biasa mereka (setan-setan itu) lakukan.
114
اَفَغَيْرَ اللّٰهِ اَبْتَغِيْ حَكَمًا وَّهُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ
اِلَيْكُمُ الْكِتٰبَ مُفَصَّلًا ۗوَالَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْلَمُوْنَ
اَنَّهٗ مُنَزَّلٌ مِّنْ رَّبِّكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ
الْمُمْتَرِيْنَ
Afagairallāhi abtagī ḥakamaw wa huwal-lażī anzala ilaikumul-kitāba mufaṣṣalā(n), wal-lażīna ātaināhumul-kitāba ya‘lamūna annahū
munazzalum mir rabbika bil-ḥaqqi falā takunanna minal-mumtarīn(a).
Maka, apakah (pantas)
aku mencari selain Allah sebagai hakim, padahal Dialah yang menurunkan Kitab
(Al-Qur’an) kepadamu (dengan penjelasan) secara terperinci? Orang-orang yang
telah Kami anugerahi Kitab Suci mengetahui (bahwa) sesungguhnya (Al-Qur’an) itu
diturunkan dari Tuhanmu dengan benar. Maka, janganlah sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu.
115
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَّعَدْلًاۗ لَا مُبَدِّلَ
لِكَلِمٰتِهٖ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Wa tammat kalimatu
rabbika ṣidqaw wa ‘adlā(n), lā mubaddila likalimātih(ī),
wa huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Telah sempurna kalimat
Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan (mengandung) kebenaran dan keadilan. Tidak ada
(seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dia Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.
116
وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ
سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا
يَخْرُصُوْنَ
Wa in tuṭi‘ akṡara man fil-arḍi yuḍillūka ‘an sabīlillāh(i), iy yattabi‘ūna illaẓ-ẓanna wa in hum illā yakhruṣ ūn(a).
Jika engkau mengikuti
(kemauan) kebanyakan orang (kafir) di bumi ini (dalam urusan agama), niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka hanya mengikuti persangkaan
belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.
117
اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ مَنْ يَّضِلُّ عَنْ سَبِيْلِهٖۚ
وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Inna rabbaka huwa
a‘lamu may yaḍillu ‘an sabīlih(ī), wa huwa a‘lamu
bil-muhtadīn(a).
Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula)
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
118
فَكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ
بِاٰيٰتِهٖ مُؤْمِنِيْنَ
Fa kulū mimmā
żukirasmullāhi ‘alaihi in kuntum bi'āyātihī mu'minīn(a).
Makanlah sebagian apa
(daging hewan halal) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah jika kamu
beriman pada ayat-ayat-Nya.
119
وَمَا لَكُمْ اَلَّا تَأْكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّٰهِ
عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ اِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ
اِلَيْهِ ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا لَّيُضِلُّوْنَ بِاَهْوَاۤىِٕهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ
ۗاِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِيْنَ
Wa mā lakum allā
ta'kulū mimmā żukirasmullāhi ‘alaihi wa qad faṣṣala lakum mā ḥarrama ‘alaikum illā maḍṭurirtum ilaih(i), wa
inna kaṡīral layuḍillūna bi'ahwā'ihim
bigairi ‘ilm(in), inna rabbaka huwa a‘lamu bil-mu‘tadīn(a).
Mengapa kamu tidak mau
memakan sesuatu (daging hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah.
Padahal, Allah telah menjelaskan secara rinci kepadamu sesuatu yang Dia
haramkan kepadamu, kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa. Sesungguhnya
banyak yang menyesatkan (orang lain) dengan mengikuti hawa nafsunya tanpa dasar
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang melampaui
batas.
120
وَذَرُوْا ظَاهِرَ الْاِثْمِ وَبَاطِنَهٗ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ
يَكْسِبُوْنَ الْاِثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوْا يَقْتَرِفُوْنَ
Wa żarū ẓāhiral-iṡmi wa bāṭinah(ū), innal-lażīna
yaksibūnal-iṡma sayujzauna bimā kānū yaqtarifūn(a).
Tinggalkanlah dosa
yang terlihat dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan
(perbuatan) dosa kelak akan dibalas (dengan siksaan) karena apa yang mereka kerjakan.
121
وَلَا تَأْكُلُوْا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ
وَاِنَّهٗ لَفِسْقٌۗ وَاِنَّ الشَّيٰطِيْنَ لَيُوْحُوْنَ اِلٰٓى اَوْلِيَاۤىِٕهِمْ
لِيُجَادِلُوْكُمْ ۚوَاِنْ اَطَعْتُمُوْهُمْ اِنَّكُمْ لَمُشْرِكُوْنَ ࣖ
Wa lā ta'kulū mimmā
lam yużkarismullāhi ‘alaihi wa innahū lafisq(un), wa innasy-syayāṭīna layūḥūna ilā auliyā'ihim liyujādilūkum, wa in aṭa‘tumūhum innakum lamusyrikūn(a).
Janganlah kamu memakan
sesuatu dari (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah.
Perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan benar-benar
selalu membisiki kawan-kawannya258) agar mereka
membantahmu. Jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu benar-benar musyrik.
Catatan
Kaki
258) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
122
اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا
يَّمْشِيْ بِهٖ فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهٗ فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ
مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكٰفِرِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Awa man kāna maitan fa
aḥyaināhu wa ja‘alnā lahū nūray yamsyī bihī
fin-nāsi kamam maṡaluhū fiẓ-ẓulumāti laisa bikhārijim minhā, każālika zuyyina lil-kāfirīna mā
kānū ya‘malūn(a).
Apakah orang yang
sudah mati lalu Kami hidupkan dan beri dia cahaya yang membuatnya dapat
berjalan di tengah-tengah orang banyak, seperti orang yang berada dalam
kegelapan sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah, dijadikan
terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan.
123
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا فِيْ كُلِّ قَرْيَةٍ اَكٰبِرَ مُجْرِمِيْهَا
لِيَمْكُرُوْا فِيْهَاۗ وَمَا يَمْكُرُوْنَ اِلَّا بِاَنْفُسِهِمْ وَمَا
يَشْعُرُوْنَ
Wa każālika ja‘alnā fī
kulli qaryatin akābira mujrimīhā liyamkurū fīhā, wa mā yamkurūna illā
bi'anfusihim wa mā yasy‘urūn(a).
Demikian pula pada
setiap negeri Kami jadikan orang-orang jahatnya259) sebagai pembesar agar melakukan tipu daya di sana.
Padahal, mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya.
Catatan
Kaki
259) Menurut sebagian mufasir, akābira mujrimīhā
artinya adalah ‘para penjahat besar’.
124
وَاِذَا جَاۤءَتْهُمْ اٰيَةٌ قَالُوْا لَنْ نُّؤْمِنَ حَتّٰى
نُؤْتٰى مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ رُسُلُ اللّٰهِ ۘ اَللّٰهُ اَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ
رِسٰلَتَهٗۗ سَيُصِيْبُ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا صَغَارٌ عِنْدَ اللّٰهِ وَعَذَابٌ
شَدِيْدٌۢ بِمَا كَانُوْا يَمْكُرُوْنَ
Wa iżā jā'athum āyatun
qālū lan nu'mina ḥattā nu'tā miṡla mā ūtiya rusulullāh(i),
allāhu a‘lamu ḥaiṡu yaj‘alu risālatah(ū),
sayuṣībul-lażīna ajramū ṣagārun ‘indallāhi wa ‘ażābun syadīdum bimā kānū yamkurūn(a).
Apabila datang suatu
ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan beriman hingga diberikan
kepada kami (sesuatu) seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah.”
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang
yang berdosa nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras
karena tipu daya yang mereka lakukan.
125
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ
لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا
حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ
الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Fa may yuridillāhu ay
yahdiyahū yasyraḥ ṣadrahū lil-islām(i),
wa may yurid ay yuḍillahū yaj‘al ṣadrahū ḍayyiqan ḥarajan ka'annamā yaṣṣa‘‘adu fis-samā'(i), każālika yaj‘alullāhur-rijsa ‘alal-lażīna lā
yu'minūn(a).
Maka, siapa yang Allah
kehendaki mendapat hidayah, Dia akan melapangkan dadanya untuk menerima Islam.
Siapa yang Dia kehendaki menjadi sesat, Dia akan menjadikan dadanya sempit lagi
sesak seakan-akan dia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan
siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
126
وَهٰذَا صِرَاطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيْمًاۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْاٰيٰتِ
لِقَوْمٍ يَّذَّكَّرُوْنَ
Wa hāżā ṣirāṭu rabbika mustaqīmā(n), qad faṣṣalnal-āyāti liqaumiy yażżakkarūn(a).
Inilah jalan Tuhanmu
yang lurus. Sungguh, Kami telah menjelaskan secara rinci ayat-ayat (Kami)
kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.
127
۞ لَهُمْ دَارُ السَّلٰمِ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَهُوَ وَلِيُّهُمْ
بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Lahum dārus-salāmi
‘inda rabbihim wa huwa waliyyuhum bimā kānū ya‘malūn(a).
Bagi mereka
(disediakan) tempat yang damai (surga) di sisi Tuhannya. Dialah pelindung
mereka karena apa (amal kebajikan) yang mereka kerjakan.
128
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًاۚ يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ
اسْتَكْثَرْتُمْ مِّنَ الْاِنْسِ ۚوَقَالَ اَوْلِيَاۤؤُهُمْ مِّنَ الْاِنْسِ
رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَّبَلَغْنَآ اَجَلَنَا الَّذِيْٓ
اَجَّلْتَ لَنَا ۗقَالَ النَّارُ مَثْوٰىكُمْ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اِلَّا مَا
شَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ
Wa yauma yaḥsyuruhum jamī‘ā(n), yā ma‘syaral-jinni qadistakṡartum minal-ins(i), wa qāla auliyā'uhum minal-insi rabbanastamta‘a
ba‘ḍunā biba‘ḍiw wa balagnā
ajalanal-lażī ajjalta lanā, qālan-nāru maṡwākum khālidīna fīhā
illā mā syā'allāh(u), inna rabbaka ḥakīmun ‘alīm(un).
(Ingatlah)
pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua (dan Allah berfirman), “Wahai
golongan jin, kamu telah sering kali (menyesatkan) manusia.” Kawan-kawan260) mereka dari golongan manusia berkata, “Ya Tuhan, kami
telah saling mendapatkan kesenangan261) dan kami telah
sampai pada waktu yang telah Engkau tentukan buat kami.” Allah berfirman,
“Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain.”
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Catatan
Kaki
260) Tentang makna kata waliy dan auliyā’, silakan
lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28. 261) Masing-masing telah
merasakan kesenangan dari pihak lain. Pihak jin setan merasa bahagia karena
berhasil menyesatkan manusia, sedangkan manusia merasa senang mengikuti bujukan
jin dan leluasa merasakan kenikmatan duniawi.
129
وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا
كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ࣖ
Wa każālika nuwallī
ba‘ḍaẓ-ẓālimīna ba‘ḍam bimā kānū yaksibūn(a).
Demikianlah Kami
jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sebagian lainnya, sebagai
balasan atas apa yang selalu mereka kerjakan.
130
يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ
مِّنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِيْ وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاۤءَ
يَوْمِكُمْ هٰذَاۗ قَالُوْا شَهِدْنَا عَلٰٓى اَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ
الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا
كٰفِرِيْنَ
Yā ma‘syaral-jinni
wal-insi alam ya'tikum rusulum minkum yaquṣṣūna ‘alaikum āyātī wa
yunżirūnakum liqā'a yaumikum hāżā, qālū syahidnā ‘alā anfusinā wa garrathumul-ḥayātud-un-yā wa syahidū ‘alā anfusihim annahum kānū kāfirīn(a).
(Allah
berfirman,) “Wahai golongan jin dan manusia, tidakkah sudah datang kepadamu
rasul-rasul dari kalanganmu sendiri yang menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan
memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini?” Mereka menjawab, “(Ya,) kami
menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Namun, mereka tertipu oleh kehidupan
dunia. Mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah
orang kafir.
131
ذٰلِكَ اَنْ لَّمْ يَكُنْ رَّبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ
وَّاَهْلُهَا غٰفِلُوْنَ
Żālika allam yakur
rabbuka muhlikal-qurā biẓulmiw wa ahluhā gāfilūn(a).
Demikian itu
(pengutusan para rasul) karena Tuhanmu tidak akan membinasakan suatu negeri
karena kezaliman (mereka), sedangkan penduduknya dalam keadaan belum tahu.
132
وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْاۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ
عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Wa likullin darajātum
mimmā ‘amilū, wa mā rabbuka bigāfilin ‘ammā ya‘malūn(a).
Masing-masing orang
ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Tuhanmu tidak
lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.
133
وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ ۗاِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ
وَيَسْتَخْلِفْ مِنْۢ بَعْدِكُمْ مَّا يَشَاۤءُ كَمَآ اَنْشَاَكُمْ مِّنْ
ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ اٰخَرِيْنَ
Wa rabbukal-ganiyyu
żur-raḥmah(ti), iy yasya' yużhibkum wa yastakhlif mim
ba‘dikum mā yasyā'u kamā ansya'akum min żurriyyati qaumin ākharīn(a).
Tuhanmulah Yang Maha
Kaya lagi penuh rahmat. Jika menghendaki, Dia akan memusnahkanmu. Setelah itu,
Dia akan menggantimu dengan yang dikehendaki-Nya, sebagaimana Dia menjadikan
kamu dari keturunan kaum lain (sebelummu).
134
اِنَّ مَا تُوْعَدُوْنَ لَاٰتٍۙ وَّمَآ اَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ
Innamā tū‘adūna
la'āt(in), wa mā antum bimu‘jizīn(a).
Sesungguhnya apa pun
yang dijanjikan kepadamu pasti datang dan kamu tidak mampu menolaknya.
135
قُلْ يٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌۚ
فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ مَنْ تَكُوْنُ لَهٗ عَاقِبَةُ الدَّارِۗ اِنَّهٗ لَا
يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ
Qul yā qaumi‘malū ‘alā
makānatikum innī ‘āmil(un), fa saufa ta‘lamūn(a), man takūnu lahū
‘āqibatud-dār(i), innahū lā yufliḥuẓ-ẓālimūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Wahai kaumku, berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat
(demikian). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan memperoleh tempat
(terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan
beruntung.
136
وَجَعَلُوْا لِلّٰهِ مِمَّا ذَرَاَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْاَنْعَامِ
نَصِيْبًا فَقَالُوْا هٰذَا لِلّٰهِ بِزَعْمِهِمْ وَهٰذَا لِشُرَكَاۤىِٕنَاۚ فَمَا
كَانَ لِشُرَكَاۤىِٕهِمْ فَلَا يَصِلُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَمَا كَانَ لِلّٰهِ فَهُوَ
يَصِلُ اِلٰى شُرَكَاۤىِٕهِمْۗ سَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
Wa ja‘alū lillāhi
mimmā żara'a minal-ḥarṡi wal-an‘āmi naṣīban fa qālū hāżā lillāhi biza‘mihim wa hāżā lisyurakā'inā, famā
kāna lisyurakā'ihim falā yaṣilu ilallāh(i), wa mā kāna lillāhi fa huwa yaṣilu ilā syurakā'ihim, sā'a mā yaḥkumūn(a).
Mereka menyediakan
sebagian dari sesuatu yang Allah ciptakan, yaitu hasil tanaman dan hewan
ternak, untuk Allah sambil berkata menurut persangkaan mereka, “Ini untuk Allah
dan yang ini untuk berhala-berhala kami.” Bagian yang (disediakan) untuk
berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, sedangkan bagian yang
(disediakan) untuk Allah akan sampai pada berhala-berhala mereka.262) Sangat buruk ketetapan mereka itu.
Catatan
Kaki
262) Mereka membagi hasil tanaman dan ternak
menjadi tiga bagian: satu bagian untuk mereka sendiri, satu bagian untuk Allah
Swt., dan satu bagian untuk berhala mereka. Jika bagian untuk berhala tersebut
menguntungkan, mereka tidak akan menguranginya sedikit pun untuk dipersembahkan
kepada Allah Swt. Sebaliknya, jika bagian yang mereka persembahkan untuk Allah
Swt. menguntungkan, mereka akan mengambil sebagiannya untuk dipersembahkan pada
berhala.
137
وَكَذٰلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيْرٍ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ قَتْلَ
اَوْلَادِهِمْ شُرَكَاۤؤُهُمْ لِيُرْدُوْهُمْ وَلِيَلْبِسُوْا عَلَيْهِمْ
دِيْنَهُمْۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ
Wa każālika zayyana
likaṡīrim minal-musyrikīna qatla aulādihim syurakā'uhum
liyurdūhum wa liyalbisū ‘alaihim dīnahum, wa lau syā'allāhu mā fa‘alūhu fa żarhum
wa mā yaftarūn(a).
Demikianlah
berhala-berhala mereka (setan) menjadikan terasa indah bagi banyak orang
musyrik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan mengacaukan
agama mereka sendiri.263) Seandainya Allah berkehendak, niscaya
mereka tidak akan mengerjakannya. Biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan)
yang mereka ada-adakan
Catatan
Kaki
263) Sebagian orang Arab adalah penganut syariat
Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. pernah diperintah Allah Swt. untuk
mengurbankan anaknya, Ismail. Kemudian, sejumlah pemuka agama mereka
mengaburkan pengertian berkurban itu sehingga dapat menanamkan rasa memandang
baik membunuh anak-anak mereka dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Padahal, alasan yang sesungguhnya adalah karena takut miskin dan takut ternoda.
138
وَقَالُوْا هٰذِهٖٓ اَنْعَامٌ وَّحَرْثٌ حِجْرٌ لَّا يَطْعَمُهَآ
اِلَّا مَنْ نَّشَاۤءُ بِزَعْمِهِمْ وَاَنْعَامٌ حُرِّمَتْ ظُهُوْرُهَا
وَاَنْعَامٌ لَّا يَذْكُرُوْنَ اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا افْتِرَاۤءً عَلَيْهِۗ
سَيَجْزِيْهِمْ بِمَا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
Wa qālū hāżihī an‘āmuw
wa ḥarṡun ḥijrul lā yaṭ‘amuhā illā man nasyā'u biza‘mihim wa an‘āmun ḥurrimat ẓuhūruhā wa an‘āmul lā yażkurūnasmallāhi ‘alaihaftirā'an
‘alaih(i), sayajzīhim bimā kānū yaftarūn(a).
Mereka berkata menurut
anggapan mereka, “Inilah hewan ternak dan hasil bumi yang dilarang, tidak boleh
dimakan, kecuali oleh orang yang kami kehendaki. Ada pula hewan yang diharamkan
punggungnya (tidak boleh ditunggangi) dan ada hewan ternak yang (ketika
disembelih) boleh tidak menyebut nama Allah.” (Hal itu) sebagai kebohongan
terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas semua yang mereka ada-adakan.
139
وَقَالُوْا مَا فِيْ بُطُوْنِ هٰذِهِ الْاَنْعَامِ خَالِصَةٌ
لِّذُكُوْرِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلٰٓى اَزْوَاجِنَاۚ وَاِنْ يَّكُنْ مَّيْتَةً فَهُمْ
فِيْهِ شُرَكَاۤءُ ۗسَيَجْزِيْهِمْ وَصْفَهُمْۗ اِنَّهٗ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ
Wa qālū mā fī buṭūni hāżihil-an‘āmi khāliṣatul liżukūrinā wa muḥarramun ‘alā azwājinā, wa iy yakum maitatan fahum fīhi syurakā'(u),
sayajzīhim waṣfahum, innahū ḥakīmun ‘alīm(un).
Mereka juga berkata,
“Apa yang ada di dalam perut hewan ternak ini khusus untuk kaum laki-laki kami
dan haram bagi istri-istri kami.” Jika (yang ada di dalam perut itu dilahirkan
dalam keadaan) mati, semua boleh (memakannya). Kelak Allah akan membalas ketetapan
mereka. Sesungguhnya Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
140
قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ قَتَلُوْٓا اَوْلَادَهُمْ سَفَهًاۢ
بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّحَرَّمُوْا مَا رَزَقَهُمُ اللّٰهُ افْتِرَاۤءً عَلَى اللّٰهِ
ۗقَدْ ضَلُّوْا وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ ࣖ
Qad khasiral-lażīna
qatalū aulādahum safaham bigairi ‘ilmiw wa ḥarramū mā razaqahumullāhuftirā'an
‘alallāh(i), qad ḍallū wa mā kānū muhtadīn(a).
Sungguh rugi
orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa pengetahuan
dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka dengan
(semata-mata) membuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah
sesat dan tidak mendapat petunjuk.
141
۞ وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ
مَعْرُوْشٰتٍ وَّالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَالزَّيْتُوْنَ
وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖٓ اِذَآ
اَثْمَرَ وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْا ۗاِنَّهٗ لَا
يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ
Wa huwal-lażī ansya'a
jannātim ma‘rūsyātiw wa gaira ma‘rūsyātiw wan-nakhla waz-zar‘a mukhtalifan
ukuluhū waz-zaitūna war-rummāna mutasyābihaw wa gaira mutasyābih(in), kulū min ṡamarihī iżā aṡmara wa ātū ḥaqqahū yauma ḥaṣādih(ī), wa lā tusrifū, innahū lā yuḥibbul-musrifīn(a).
Dialah yang
menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma,
tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia
berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan
tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.
142
وَمِنَ الْاَنْعَامِ حَمُوْلَةً وَّفَرْشًا ۗ كُلُوْا مِمَّا
رَزَقَكُمُ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِيْنٌۙ
Wa minal-an‘āmi ḥamūlataw wa farsyā(n), kulū mimmā razaqakumullāhu wa lā tattabi‘ū
khuṭuwātisy-syaiṭān(i), innahū lakum
‘aduwwum mubīn(un).
Di antara hewan-hewan
ternak itu ada yang dijadikan pengangkut beban dan ada (pula) yang untuk
disembelih. Makanlah rezeki yang diberikan Allah kepadamu. Janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata
bagimu.
143
ثَمٰنِيَةَ اَزْوَاجٍۚ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْمَعْزِ
اثْنَيْنِۗ قُلْ ءٰۤالذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ الْاُنْثَيَيْنِ اَمَّا
اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ اَرْحَامُ الْاُنْثَيَيْنِۗ نَبِّـُٔوْنِيْ بِعِلْمٍ اِنْ
كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Ṡamāniya azwāj(in), minaḍ-ḍa'niṡnaini wa minal-ma‘ziṡnain(i), qul āżżakaraini ḥarrama amil-unṡayaini ammasytamalat ‘alaihi arḥāmul-unṡayain(i), nabbi'ūnī bi‘ilmin in kuntum ṣādiqīn(a).
Ada delapan hewan
ternak yang berpasangan (empat pasang, yaitu) sepasang domba dan sepasang kambing.
Katakanlah, “Apakah yang Dia haramkan itu dua yang jantan, dua yang betina,
atau yang ada dalam kandungan kedua betinanya? Terangkanlah kepadaku
berdasarkan pengetahuan jika kamu orang yang benar.”
144
وَمِنَ الْاِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِۗ قُلْ
ءٰۤالذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ الْاُنْثَيَيْنِ اَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ
اَرْحَامُ الْاُنْثَيَيْنِۗ اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ وَصّٰىكُمُ اللّٰهُ
بِهٰذَاۚ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا لِّيُضِلَّ
النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ
Wa minal-ibiliṡnaini wa minal-baqariṡnain(i), qul āżżakaraini
ḥarrama amil-unṡayaini ammasytamalat ‘alaihi
arḥāmul-unṡayain(i), am kuntum
syuhadā'a iż waṣṣākumullāhu bihāżā, faman aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każibal liyuḍillan-nāsa bigairi ‘ilm(in), innallāha lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).
(Dua
pasang lagi adalah) sepasang unta dan sepasang sapi. Katakanlah, “Apakah yang
Dia haramkan dua yang jantan, dua yang betina, atau yang ada dalam kandungan
kedua betinanya? Apakah kamu menjadi saksi ketika Allah menetapkan ini bagimu?
Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?”264) Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.
Catatan
Kaki
264) Maksud diharamkan pada ayat 143 dan 144 ini
adalah bahwa hewan-hewan itu diharamkan karena akan dipersembahkan pada
berhala-berhala mereka.
145
قُلْ لَّآ اَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلٰى
طَاعِمٍ يَّطْعَمُهٗٓ اِلَّآ اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا مَّسْفُوْحًا
اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّهٗ رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ
بِهٖۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ رَبَّكَ غَفُوْرٌ
رَّحِيْمٌ
Qul lā ajidu fīmā ūḥiya ilayya muḥarraman ‘alā ṭā‘imiy yaṭ‘amuhū illā ay yakūna maitatan au damam masfūḥan au laḥma khinzīrin fa innahū rijsun au fisqan uhilla
ligairillāhi bih(ī), famaniḍṭurra gaira bāgiw wa lā ‘ādin fa inna rabbaka
gafūrur raḥīm(un).
Katakanlah, “Tidak
kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan
memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali (daging) hewan yang mati
(bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena ia najis, atau yang
disembelih secara fasik, (yaitu) dengan menyebut (nama) selain Allah. Akan
tetapi, siapa pun yang terpaksa bukan karena menginginkannya dan tidak melebihi
(batas darurat), maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
146
وَعَلَى الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِيْ ظُفُرٍۚ وَمِنَ
الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُوْمَهُمَآ اِلَّا مَا حَمَلَتْ
ظُهُوْرُهُمَآ اَوِ الْحَوَايَآ اَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍۗ ذٰلِكَ
جَزَيْنٰهُمْ بِبَغْيِهِمْۚ وَاِنَّا لَصٰدِقُوْنَ
Wa ‘alal-lażīna hādū ḥarramnā kulla żī ẓufur(in), wa
minal-baqari wal-ganami ḥarramnā ‘alaihim syuḥūmahumā illā mā ḥamalat ẓuhūruhumā awil-ḥawāyā au makhtalaṭa bi‘aẓm(in), żālika jazaināhum bibagyihim, wa innā laṣādiqūn(a).
Atas orang-orang
Yahudi Kami mengharamkan semua (hewan) yang berkuku.265) Kami mengharamkan pula atas mereka lemak sapi dan domba,
kecuali yang melekat di punggungnya, yang ada dalam isi perutnya, atau yang
bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya.
Sesungguhnya Kami Maha Benar
Catatan
Kaki
265) Yang dimaksud hewan berkuku di sini adalah
hewan yang jari-jarinya tidak saling terpisah, seperti unta, itik, dan angsa.
Sebagian mufasir mengartikannya dengan hewan yang berkuku tunggal, seperti kuda
dan keledai.
147
فَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ رَّبُّكُمْ ذُوْ رَحْمَةٍ وَّاسِعَةٍۚ
وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهٗ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ
Fa in każżabūka faqur
rabbukum żū raḥmatiw wāsi‘ah(tin), wa lā yuraddu ba'suhū ‘anil-qaumil-mujrimīn(a).
Maka, jika mereka
mendustakanmu, katakanlah, “Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas dan siksa-Nya
tidak dapat dielakkan dari orang-orang yang berdosa.”
148
سَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا لَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَآ
اَشْرَكْنَا وَلَآ اٰبَاۤؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍۗ كَذٰلِكَ كَذَّبَ
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتّٰى ذَاقُوْا بَأْسَنَاۗ قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ
مِّنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوْهُ لَنَاۗ اِنْ تَتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ
اَنْتُمْ اِلَّا تَخْرُصُوْنَ
Sayaqūlul-lażīna
asyrakū lau syā'allāhu mā asyraknā wa lā ābā'unā wa lā ḥarramnā min syai'(in), każālika każżabal-lażīna min qablihim ḥattā żāqū ba'sanā, qul hal ‘indakum min ‘ilmin fa tukhrijūhu
lanā, in tattabi‘ūna illaẓ-ẓanna wa in antum illā
takhruṣūn(a).
Orang-orang musyrik
akan berkata, “Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan
mempersekutukan-Nya, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan
mengharamkan apa pun.” Seperti itu pula orang-orang sebelum mereka telah
mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan azab Kami. Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Apakah kamu mempunyai dalil yang dapat kamu kemukakan kepada kami?
Yang kamu ikuti hanya persangkaan belaka dan kamu hanya mengira-ngira.”
149
قُلْ فَلِلّٰهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُۚ فَلَوْ شَاۤءَ
لَهَدٰىكُمْ اَجْمَعِيْنَ
Qul fa lillāhil-ḥujjatul-bāligah(tu), fa lau syā'a lahadākum ajma‘īn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Hanya milik Allahlah dalil yang kuat. Maka, kalau Dia menghendaki,
niscaya kamu semua mendapat petunjuk.”
150
قُلْ هَلُمَّ شُهَدَاۤءَكُمُ الَّذِيْنَ يَشْهَدُوْنَ اَنَّ
اللّٰهَ حَرَّمَ هٰذَاۚ فَاِنْ شَهِدُوْا فَلَا تَشْهَدْ مَعَهُمْۚ وَلَا
تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَالَّذِيْنَ لَا
يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ وَهُمْ بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ ࣖ
Qul halumma
syuhadā'akumul-lażīna yasyhadūna annallāha ḥarrama hāżā, fa in
syahidū falā tasyhad ma‘ahum, wa lā tattabi‘ ahwā'al-lażīna każżabū bi'āyātinā
wal-lażīna lā yu'minūna bil-ākhirati wa hum birabbihim ya‘dilūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Bawalah saksi-saksimu yang dapat membuktikan bahwa Allah
mengharamkan ini.” Jika mereka memberi kesaksian, engkau jangan (ikut pula)
memberi kesaksian bersama mereka. Jangan engkau ikuti keinginan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami dan orang-orang yang tidak beriman kepada
akhirat dan mempersekutukan Tuhan.
151
۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا
تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا
اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚوَلَا
تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ وَلَا تَقْتُلُوا
النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ
لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
Qul ta‘ālau atlu mā ḥarrama rabbukum ‘alaikum allā tusyrikū bihī syai'aw wa bil-wālidaini
iḥsānā(n), wa lā taqtulū aulādakum min
imlāq(in), naḥnu narzuqukum wa iyyāhum, wa lā taqrabul-fawāḥisya mā ẓahara minhā wa mā baṭan(a), wa lā taqtulun-nafsal-latī ḥarramallāhu illā bil-ḥaqq(i), żālikum waṣṣākum bihī la‘allakum
ta‘qilūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu,
(yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuatbaiklah kepada
kedua orang tua, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena kemiskinan. (Tuhanmu
berfirman,) ‘Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.’ Janganlah
pula kamu mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang
benar.266) Demikian itu Dia perintahkan kepadamu
agar kamu mengerti.
Catatan
Kaki
266) Yaitu yang dibenarkan oleh syariat, seperti
kisas, hukuman mati bagi orang murtad, dan rajam.
152
وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ
اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚوَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ
بِالْقِسْطِۚ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۚ وَاِذَا قُلْتُمْ
فَاعْدِلُوْا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْاۗ ذٰلِكُمْ
وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَۙ
Wa lā taqrabū
mālal-yatīmi illā bil-latī hiya aḥsanu ḥattā yabluga asyuddah(ū), wa auful-kaila wal-mīzāna bil-qisṭ(i), lā nukallifu nafsan illā wus‘ahā, wa iżā qultum fa‘dilū wa
lau kāna żā qurbā, wa bi‘ahdillāhi aufū, żālikum waṣṣākum bihī la‘allakum tażakkarūn(a).
Janganlah kamu
mendekati (menggunakan) harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, lakukanlah secara adil sekalipun dia
kerabat(-mu). Penuhilah pula janji Allah. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu
agar kamu mengambil pelajaran.”
153
وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ ۚوَلَا
تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ
بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Wa anna hāżā ṣirāṭī mustaqīman fattabi‘ūh(u), wa lā tattabi‘us-subula
fa tafarraqa bikum ‘an sabīlih(ī), żālikum waṣṣākum bihī la‘allakum
tattaqūn(a).
Sungguh, inilah
jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain)
sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya. Demikian itu Dia perintahkan
kepadamu agar kamu bertakwa.
154
ثُمَّ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ تَمَامًا عَلَى الَّذِيْٓ
اَحْسَنَ وَتَفْصِيْلًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لَّعَلَّهُمْ
بِلِقَاۤءِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ ࣖ
Ṡumma ātainā mūsal-kitāba tamāman ‘alal-lażī aḥsana wa tafṣīlal likulli syai'iw wa hudaw wa raḥmatal la‘allahum biliqā'i rabbihim yu'minūn(a).
Kemudian, Kami telah
menganugerahkan kepada Musa Kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat Kami)
kepada orang yang berbuat kebaikan, menjelaskan secara rinci segala sesuatu,
serta memberi petunjuk dan rahmat agar mereka beriman kepada pertemuan dengan
Tuhannya.
155
وَهٰذَا كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ مُبٰرَكٌ فَاتَّبِعُوْهُ وَاتَّقُوْا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَۙ
Wa hāżā kitābun
anzalnāhu mubārakun fattabi‘ūhu wattaqū la‘allakum turḥamūn(a).
(Al-Qur’an)
ini adalah Kitab yang Kami turunkan lagi diberkahi. Maka, ikutilah dan
bertakwalah agar kamu dirahmati.
156
اَنْ تَقُوْلُوْٓا اِنَّمَآ اُنْزِلَ الْكِتٰبُ عَلٰى
طَاۤىِٕفَتَيْنِ مِنْ قَبْلِنَاۖ وَاِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغٰفِلِيْنَۙ
An taqūlū innamā
unzilal-kitābu ‘alā ṭā'ifataini min qablinā, wa in kunnā ‘an dirāsatihim
lagāfilīn(a).
(Kami
turunkan Al-Qur’an itu) supaya kamu (tidak) mengatakan, “Kitab itu hanya
diturunkan kepada dua golongan sebelum kami (Yahudi dan Nasrani) dan
sesungguhnya kami lengah dari apa yang mereka baca,”
157
اَوْ تَقُوْلُوْا لَوْ اَنَّآ اُنْزِلَ عَلَيْنَا الْكِتٰبُ
لَكُنَّآ اَهْدٰى مِنْهُمْۚ فَقَدْ جَاۤءَكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ
وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ ۚفَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَصَدَفَ
عَنْهَا ۗسَنَجْزِى الَّذِيْنَ يَصْدِفُوْنَ عَنْ اٰيٰتِنَا سُوْۤءَ الْعَذَابِ
بِمَا كَانُوْا يَصْدِفُوْنَ
Au taqūlū lau annā
unzila ‘alainal-kitābu lakunnā ahdā minhum, faqad jā'akum bayyinatum mir
rabbikum wa hudaw wa raḥmah(tun), faman aẓlamu mimman każżaba bi'āyātillāhi wa ṣadafa ‘anhā, sanajzil-lażīna yaṣdifūna ‘an āyātinā sū'al-‘ażābi
bimā kānū yaṣdifūn(a).
atau supaya kamu
(tidak) mengatakan, “Sesungguhnya jikalau Kitab itu diturunkan kepada kami,
tentulah kami lebih mendapat petunjuk daripada mereka.” Sungguh, telah datang
kepadamu penjelasan yang nyata, petunjuk, dan rahmat dari Tuhanmu. Maka,
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan
berpaling darinya? Kelak, Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksaan yang buruk karena mereka selalu
berpaling.
158
هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَوْ
يَأْتِيَ رَبُّكَ اَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ ۗيَوْمَ يَأْتِيْ بَعْضُ
اٰيٰتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا اِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ اٰمَنَتْ مِنْ
قَبْلُ اَوْ كَسَبَتْ فِيْٓ اِيْمَانِهَا خَيْرًاۗ قُلِ انْتَظِرُوْٓا اِنَّا
مُنْتَظِرُوْنَ
Hal yanẓurūna illā an ta'tiyahumul-malā'ikatu au ya'tiya rabbuka au
ya'tiya ba‘ḍu āyāti rabbik(a), yauma ya'tī ba‘ḍu āyāti rabbika lā yanfa‘u nafsan īmānuhā lam takun āmanat min
qablu au kasabat fī īmānihā khairā(n), qulintaẓirū innā muntaẓirūn(a).
Yang mereka
nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, kedatangan Tuhanmu,
atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian
tanda-tanda Tuhanmu tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman
sebelum itu atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dalam masa imannya itu.
Katakanlah, “Tunggulah! Sesungguhnya Kami pun menunggu.”
159
اِنَّ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَانُوْا شِيَعًا
لَّسْتَ مِنْهُمْ فِيْ شَيْءٍۗ اِنَّمَآ اَمْرُهُمْ اِلَى اللّٰهِ ثُمَّ
يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ
Innal-lażīna farraqū
dīnahum wa kānū syiya‘al lasta minhum fī syai'(in), innamā amruhum ilallāhi ṡumma yunabbi'uhum bimā kānū yaf‘alūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan,
sedikit pun engkau (Nabi Muhammad) tidak bertanggung jawab terhadap mereka.
Sesungguhnya urusan mereka (terserah) hanya kepada Allah. Kemudian, Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.
160
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ
جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
Man jā'a bil-ḥasanati fa lahū ‘asyru amṡālihā, wa man jā'a
bis-sayyi'ati falā yujzā illā miṡlahā wa hum lā yuẓlamūn(a).
Siapa yang berbuat
kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat
keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya.
Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan).
161
قُلْ اِنَّنِيْ هَدٰىنِيْ رَبِّيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ەۚ
دِيْنًا قِيَمًا مِّلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۚ وَمَا كَانَ مِنَ
الْمُشْرِكِيْنَ
Qul innanī hadānī
rabbī ilā ṣirāṭim mustaqīm(in), dīnan
qiyamam millata ibrāhīma ḥanīfā(n), wa mā kāna minal-musyrikīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah membimbingku ke jalan yang lurus, agama
yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan dia (Ibrahim) tidak termasuk
orang-orang musyrik.”
162
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ
رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Qul inna ṣalātī wa nusukī wa maḥyāya wa mamātī lillāhi
rabbil-‘ālamīn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.
163
لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ
الْمُسْلِمِيْنَ
Lā syarīka lah(ū), wa
biżālika umirtu wa ana awwalul-muslimīn(a).
Tidak ada sekutu
bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku. Aku adalah orang yang pertama
dalam kelompok orang muslim.”
164
قُلْ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَبْغِيْ رَبًّا وَّهُوَ رَبُّ كُلِّ
شَيْءٍۗ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ اِلَّا عَلَيْهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ
وِّزْرَ اُخْرٰىۚ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
Qul agairallāhi abgī
rabbaw wa huwa rabbu kulli syai'(in), wa lā taksibu kullu nafsin illā ‘alaihā,
wa lā taziru wāziratuw wizra ukhrā, ṡumma ilā rabbikum
marji‘ukum fa yunabbi'ukum bimā kuntum fīhi takhtalifūn(a).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Apakah aku (pantas) mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah
Tuhan bagi segala sesuatu. Setiap orang yang berbuat dosa, dirinya sendirilah
yang akan bertanggung jawab. Seseorang tidak akan memikul beban dosa orang
lain. Kemudian, kepada Tuhanmulah kamu kembali, lalu Dia akan memberitahukan
kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
165
وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰۤىِٕفَ الْاَرْضِ وَرَفَعَ
بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْۗ اِنَّ
رَبَّكَ سَرِيْعُ الْعِقَابِۖ وَاِنَّهٗ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ
Wa huwal-lażī
ja‘alakum khalā'ifal-arḍi wa rafa‘a ba‘ḍakum fauqa ba‘ḍin darajātil liyabluwakum fī mā ātākum, inna rabbaka sarī‘ul-‘iqāb(i),
wa innahū lagafūrur raḥīm(un).
Dialah yang menjadikan
kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu
beberapa derajat atas sebagian (yang lain) untuk menguji kamu atas apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat hukuman-Nya.
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.