Audio Surat An-Nisa (1-176)
1
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ
وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Yā ayyuhan-nāsuttaqū
rabbakumul-lażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa minhā
zaujahā wa baṡṡa minhumā rijālan kaṡīraw wa nisā'ā(n), wattaqullāhal-lażī tasā'alūna bihī wal-arḥām(a), innallāha kāna ‘alaikum raqībā(n).
Wahai manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam)
dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.143) Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling
meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasimu.
Catatan
Kaki
143) Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Adam a.s. dan
Hawa tidak diciptakan melalui proses evolusi hayati seperti makhluk hidup
lainnya, tetapi diciptakan secara khusus seorang diri, lalu diciptakanlah
pasangannya dari dirinya. Mekanismenya tidak dapat dijelaskan secara sains.
Selanjutnya, barulah anak-anaknya lahir dari proses biologis secara
berpasangan-pasangan sesuai kehendak-Nya.
2
وَاٰتُوا الْيَتٰمٰىٓ اَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا
الْخَبِيْثَ بِالطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَهُمْ اِلٰٓى
اَمْوَالِكُمْ ۗ اِنَّهٗ كَانَ حُوْبًا كَبِيْرًا
Wa ātul-yatāmā
amwālahum wa lā tatabaddalul-khabīṡa biṭ-ṭayyib(i), wa lā ta'kulū amwālahum ilā
amwālikum, innahū kāna ḥūban kabīrā(n).
Berikanlah kepada
anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka. Janganlah kamu menukar yang
baik dengan yang buruk dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu.
Sesungguhnya (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar.
3
وَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوْا
مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ فَاِنْ خِفْتُمْ
اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ ذٰلِكَ
اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْاۗ
Wa in khiftum allā
tuqsiṭū fil-yatāmā fankiḥū mā ṭāba lakum minan-nisā'i maṡnā wa ṡulāṡa wa rubā‘(a), fa in
khiftum allā ta‘dilū fa wāḥidatan au mā malakat aimānukum, żālika adnā
allā ta‘ūlū.
Jika kamu khawatir
tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
menikahinya), nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau
empat. Akan tetapi, jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil,
(nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang
demikian itu lebih dekat untuk tidak berbuat zalim.
4
وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ
لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا
Wa ātun-nisā'a ṣaduqātihinna niḥlah(tan), fa in ṭibna lakum ‘an syai'im
minhu nafsan fa kulūhu hanī'am marī'ā(n).
Berikanlah mahar
kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan.
Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (mahar) itu dengan
senang hati, terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati.
5
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاۤءَ اَمْوَالَكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ
اللّٰهُ لَكُمْ قِيٰمًا وَّارْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَاكْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا
لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
Wa lā tu'tus-sufahā'a
amwālakumul-latī ja‘alallāhu lakum qiyāmaw warzuqūhum fīhā waksūhum wa qūlū
lahum qaulam ma‘rūfā(n).
Janganlah kamu
serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada
dalam kekuasaan)-mu yang Allah jadikan sebagai pokok kehidupanmu. Berilah
mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.
6
وَابْتَلُوا الْيَتٰمٰى حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَۚ فَاِنْ
اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ ۚ وَلَا
تَأْكُلُوْهَآ اِسْرَافًا وَّبِدَارًا اَنْ يَّكْبَرُوْا ۗ وَمَنْ كَانَ غَنِيًّا
فَلْيَسْتَعْفِفْ ۚ وَمَنْ كَانَ فَقِيْرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ
فَاِذَا دَفَعْتُمْ اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ فَاَشْهِدُوْا عَلَيْهِمْ ۗ وَكَفٰى
بِاللّٰهِ حَسِيْبًا
Wabtalul-yatāmā ḥattā iżā balagun-nikāḥ(a), fa in ānastum
minhum rusydan fadfa‘ū ilaihim amwālahum, wa lā ta'kulūhā isrāfaw wa bidāran ay
yakbarū, wa man kāna ganiyyan falyasta‘fif, wa man kāna faqīran falya'kul
bil-ma‘rūf(i), fa iżā dafa‘tum ilaihim amwālahum fa asyhidū ‘alaihim, wa kafā
billāhi ḥasībā(n).
Ujilah anak-anak yatim
itu (dalam hal mengatur harta) sampai ketika mereka cukup umur untuk menikah.
Lalu, jika menurut penilaianmu mereka telah pandai (mengatur harta),
serahkanlah kepada mereka hartanya. Janganlah kamu memakannya (harta anak yatim)
melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menghabiskannya)
sebelum mereka dewasa. Siapa saja (di antara pemelihara itu) mampu, maka
hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan siapa saja
yang fakir, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang baik. Kemudian,
apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, hendaklah kamu adakan
saksi-saksi. Cukuplah Allah sebagai pengawas.
7
لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ
وَالْاَقْرَبُوْنَۖ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ
وَالْاَقْرَبُوْنَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ اَوْ كَثُرَ ۗ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًا
Lir-rijāli naṣībum mimmā tarakal-wālidāni wal-aqrabūn(a), wa lin-nisā'i naṣībum mimmā tarakal-wālidāni wal-aqrabūna mimmā qalla minhu au kaṡur(a), naṣībam mafrūḍā(n).
Bagi laki-laki ada hak
bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya dan bagi perempuan
ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya,
baik sedikit maupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan.
8
وَاِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ اُولُوا الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى
وَالْمَسٰكِيْنُ فَارْزُقُوْهُمْ مِّنْهُ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
Wa iżā ḥaḍaral-qismata ulul-qurbā wal-yatāmā wal-masākīnu
farzuqūhum minhu wa qūlū lahum qaulam ma‘rūfā(n).
Apabila (saat)
pembagian itu hadir beberapa kerabat,144) anak-anak yatim,
dan orang-orang miskin, berilah mereka sebagian dari harta itu145) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Catatan
Kaki
144) Maksudnya adalah kerabat yang tidak mempunyai
hak waris dari harta warisan.
145) Pemberian sekadarnya
tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan.
9
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً
ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا
سَدِيْدًا
Walyakhsyal-lażīna lau
tarakū min khalfihim żurriyyatan ḍi‘āfan khāfū ‘alaihim,
falyattaqullāha walyaqūlū qaulan sadīdā(n).
Hendaklah merasa takut
orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang
lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan
berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak
keturunannya).
10
اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا
اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَارًا ۗ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيْرًا ࣖ
Innal-lażīna ya'kulūna
amwālal-yatāmā ẓulman innamā ya'kulūna fī buṭūnihim nārā(n), wa sayaṣlauna sa‘īrā(n).
Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu
menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).
11
يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ فِيْٓ اَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ
الْاُنْثَيَيْنِ ۚ فَاِنْ كُنَّ نِسَاۤءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا
مَا تَرَكَ ۚ وَاِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۗ وَلِاَبَوَيْهِ
لِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ اِنْ كَانَ لَهٗ وَلَدٌ ۚ
فَاِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلَدٌ وَّوَرِثَهٗٓ اَبَوٰهُ فَلِاُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ
فَاِنْ كَانَ لَهٗٓ اِخْوَةٌ فَلِاُمِّهِ السُّدُسُ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ
يُّوْصِيْ بِهَآ اَوْ دَيْنٍ ۗ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْۚ لَا تَدْرُوْنَ
اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ
كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Yūṣīkumullāhu fī aulādikum liż-żakari miṡlu ḥaẓẓil-unṡayain(i), fa in kunna nisā'an fauqaṡnataini fa lahunna ṡuluṡā mā tarak(a), wa in kānat wāḥidatan fa lahan-niṣf(u), wa li abawaihi likulli wāḥidim minhumas-sudusu
mimmā taraka in kāna lahū walad(un), fa illam yakul lahū waladuw wa wariṡahū abawāhu fa li'ummihiṡ-ṡuluṡ(u), fa in kāna lahū ikhwatun fa
li'ummihis-sudusu mim ba‘di waṣiyyatiy yūṣī bihā au dain(in),
ābā'ukum wa abnā'ukum, lā tadrūna ayyuhum aqrabu lakum naf‘ā(n), farīḍatam minallāh(i), innallāha kāna ‘alīman ḥakīmā(n).
Allah mensyariatkan
(mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu)
bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.146) Jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari
dua, bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak
perempuan) itu seorang saja, dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan).
Untuk kedua orang tua, bagian masing-masing seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang
meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua orang tuanya
(saja), ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa
saudara, ibunya mendapat seperenam. (Warisan tersebut dibagi) setelah
(dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan dilunasi) utangnya. (Tentang) orang
tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Catatan
Kaki
146) Bagian laki-laki adalah dua kali bagian
perempuan karena kewajiban laki-laki lebih berat daripada perempuan, seperti
kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah (lihat surah an-Nisā’ [4]: 34).
12
۞ وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ اَزْوَاجُكُمْ اِنْ لَّمْ يَكُنْ
لَّهُنَّ وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا
تَرَكْنَ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْنَ بِهَآ اَوْ دَيْنٍ ۗ وَلَهُنَّ
الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّكُمْ وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَ
لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ
تُوْصُوْنَ بِهَآ اَوْ دَيْنٍ ۗ وَاِنْ كَانَ رَجُلٌ يُّوْرَثُ كَلٰلَةً اَوِ
امْرَاَةٌ وَّلَهٗٓ اَخٌ اَوْ اُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُۚ فَاِنْ
كَانُوْٓا اَكْثَرَ مِنْ ذٰلِكَ فَهُمْ شُرَكَاۤءُ فِى الثُّلُثِ مِنْۢ بَعْدِ
وَصِيَّةٍ يُّوْصٰى بِهَآ اَوْ دَيْنٍۙ غَيْرَ مُضَاۤرٍّ ۚ وَصِيَّةً مِّنَ
اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَلِيْمٌۗ
Wa lakum niṣfu mā taraka azwājukum illam yakul lahunna walad(un), fa in kāna
lahunna waladun fa lakumur-rubu‘u mimmā tarakna mim ba‘di waṣiyyatiy yūṣīna bihā au dain(in), wa lahunnar-rubu‘u mimmā
taraktum illam yakul lakum walad(un), fa in kāna lakum waladun fa lahunnaṡ-ṡumunu mimmā taraktum mim ba‘di waṣiyyatiy tūṣūna bihā au dain(in), wa in kāna rajuluy yūraṡu kalālatan awimra'atuw wa lahū akhun au ukhtun fa likulli wāḥidatim minhumas-sudus(u), fa in kānū akṡara min żālika fa hum syurakā'u fiṡ-ṡuluṡi mim ba‘di waṣiyyatiy yūṣā bihā au dain(in), gaira muḍārr(in), waṣiyyatam minallāh(i), wallāhu ‘alīmun ḥalīm(un).
Bagimu (para suami)
seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak
mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang
mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Bagi mereka (para istri)
seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, bagi mereka (para istri) seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar)
utang-utangmu. Jika seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, meninggal dunia
tanpa meninggalkan ayah dan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki
(seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), bagi masing-masing dari kedua
jenis saudara itu seperenam harta. Akan tetapi, jika mereka (saudara-saudara
seibu itu) lebih dari seorang, mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga
itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar)
utangnya dengan tidak menyusahkan (ahli waris).147) Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Penyantun.
Catatan
Kaki
147) Menyusahkan ahli waris dapat terjadi dengan
melakukan tindakan-tindakan seperti mewasiatkan lebih dari sepertiga harta
peninggalan dan memberikan wasiat dengan maksud mengurangi harta warisan,
meskipun kurang dari sepertiga harta warisan.
13
تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ
يُدْخِلْهُ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ
وَذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Tilka ḥudūdullāh(i), wa may yuṭi‘illāha wa rasūlahū
yudkhilhu jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā, wa
żālikal-fauzul-‘aẓīm(u).
Itu adalah batas-batas
(ketentuan) Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan
memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
(Mereka) kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat besar.
14
وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَتَعَدَّ حُدُوْدَهٗ
يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيْهَاۖ وَلَهٗ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ ࣖ
Wa may ya‘ṣillāha wa rasūlahū wa yata‘adda ḥudūdahū yudkhilhu nāran
khālidan fīhā, wa lahū ‘ażābum muhīn(un).
Siapa saja yang
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar batas-batas ketentuan-Nya,
niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam api neraka. (Dia) kekal di dalamnya.
Baginya azab yang menghinakan.
15
وَالّٰتِيْ يَأْتِيْنَ الْفَاحِشَةَ مِنْ نِّسَاۤىِٕكُمْ
فَاسْتَشْهِدُوْا عَلَيْهِنَّ اَرْبَعَةً مِّنْكُمْ ۚ فَاِنْ شَهِدُوْا
فَاَمْسِكُوْهُنَّ فِى الْبُيُوْتِ حَتّٰى يَتَوَفّٰىهُنَّ الْمَوْتُ اَوْ
يَجْعَلَ اللّٰهُ لَهُنَّ سَبِيْلًا
Wal-lātī ya'tīnal-fāḥisyata min nisā'ikum fastasyhidū ‘alaihinna arba‘atam minkum, fa
in syahidū fa amsikūhunna fil-buyūti ḥattā yatawaffāhunnal-mautu
au yaj‘alallāhu lahunna sabīlā(n).
Para wanita yang
melakukan perbuatan keji148) di antara wanita-wanita kamu, maka
mintalah kesaksian atas (perbuatan keji)-nya dari empat orang di antara kamu.
Apabila mereka telah memberikan kesaksian, tahanlah mereka (para wanita itu)
dalam rumah sampai mereka menemui ajal atau sampai Allah memberi jalan (yang
lain) kepadanya.149)
Catatan
Kaki
148) Kata keji dalam ayat ini berarti perbuatan
zina. Akan tetapi, menurut pendapat lain, kata ini mencakup juga perbuatan
mesum yang lain, seperti hubungan sejenis dan yang semisalnya. 149) Yang dimaksud dengan jalan yang lain adalah dengan turunnya
surah an-Nūr (24): 2 tentang hukum dera.
16
وَالَّذٰنِ يَأْتِيٰنِهَا مِنْكُمْ فَاٰذُوْهُمَا ۚ فَاِنْ تَابَا
وَاَصْلَحَا فَاَعْرِضُوْا عَنْهُمَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا
Wal-lażāni ya'tiyānihā
minkum fa āżūhumā, fa in tābā wa aṣlaḥā fa a‘riḍū ‘anhumā, innallāha kāna tawwābar raḥīmā(n).
(Jika
ada) dua orang di antara kamu yang melakukannya (perbuatan keji), berilah
hukuman kepada keduanya. Jika keduanya bertobat dan memperbaiki diri,
biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.
17
اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ
السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ
اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Innamat-taubatu
‘alallāhi lil-lażīna ya‘malūnas-sū'a bijahālatin ṡumma yatūbūna min qarībin
fa ulā'ika yatūbullāhu ‘alaihim, wa kānallāhu ‘alīman ḥakīmā(n).
Sesungguhnya tobat
yang pasti diterima Allah itu hanya bagi mereka yang melakukan keburukan karena
kebodohan, kemudian mereka segera bertobat. Merekalah yang Allah terima
tobatnya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
18
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ
حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا
الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ
عَذَابًا اَلِيْمًا
Wa laisatit-taubatu
lil-lażīna ya‘malūnas-sayyi'āt(i), ḥattā iżā ḥaḍara aḥadahumul-mautu qāla
innī tubtul-āna wa lal-lażīna yamūtūna wa hum kuffār(un), ulā'ika a‘tadnā lahum
‘ażāban alīmā(n).
Tidaklah tobat itu
(diterima Allah) bagi orang-orang yang melakukan keburukan sehingga apabila
datang ajal kepada seorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya
benar-benar bertobat sekarang.” Tidak (pula) bagi orang-orang yang meninggal
dunia, sementara mereka di dalam kekufuran. Telah Kami sediakan azab yang
sangat pedih bagi mereka.
19
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ
تَرِثُوا النِّسَاۤءَ كَرْهًا ۗ وَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ لِتَذْهَبُوْا بِبَعْضِ
مَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ
تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū lā yaḥillu lakum an tariṡun-nisā'a karhā(n), wa lā ta‘ḍulūhunna litażhabū
biba‘ḍi mā ātaitumūhunna illā ay ya'tīna bifāḥisyatim mubayyinah(tin), wa ‘āsyirūhunna bil-ma‘rūf(i), fa in
karihtumūhunna fa ‘asā an takrahū syai'aw wa yaj‘alallāhu fīhi khairan kaṡīrā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa.150) Janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila
mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Pergaulilah mereka dengan cara yang
patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena boleh jadi kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak di
dalamnya.
Catatan
Kaki
150) Ayat ini tidak mengandung arti kebolehan
menjadikan istri sebagai warisan seperti harta, meskipun tidak dengan paksaan.
Menurut tradisi jahiliah, anak tertua atau anggota keluarganya yang lain dapat
mewarisi janda yang ditinggal wafat ayahnya.
20
وَاِنْ اَرَدْتُّمُ اسْتِبْدَالَ زَوْجٍ مَّكَانَ زَوْجٍۙ
وَّاٰتَيْتُمْ اِحْدٰىهُنَّ قِنْطَارًا فَلَا تَأْخُذُوْا مِنْهُ شَيْـًٔا ۗ
اَتَأْخُذُوْنَهٗ بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا
Wa in arattumustibdāla
zaujim makāna zauj(in), wa ātaitum iḥdāhunna qinṭāran falā ta'khużū minhu syai'ā(n), ata'khużūnahū buhtānaw wa iṡmam mubīnā(n).
Jika kamu ingin
mengganti istri dengan istri yang lain, sedangkan kamu telah memberikan kepada
salah seorang di antara mereka harta yang banyak (sebagai mahar), janganlah
kamu mengambilnya kembali sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali
dengan cara dusta dan dosa yang nyata?
21
وَكَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ اِلٰى بَعْضٍ
وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا
Wa kaifa ta'khużūnahū
wa qad afḍā ba‘ḍukum ilā ba‘ḍiw wa akhażna minkum mīṡāqan galīẓā(n).
Bagaimana kamu akan
mengambilnya (kembali), padahal kamu telah menggauli satu sama lain (sebagai
suami istri) dan mereka pun (istri-istrimu) telah membuat perjanjian yang kuat
(ikatan pernikahan) denganmu?
22
وَلَا تَنْكِحُوْا مَا نَكَحَ اٰبَاۤؤُكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ
اِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً وَّمَقْتًاۗ وَسَاۤءَ سَبِيْلًا
ࣖ
Wa lā tankiḥū mā nakaḥa ābā'ukum minan-nisā'i illā mā qad salaf(a),
innahū kāna fāḥisyataw wa maqtā(n), wa sā'a sabīlā(n).
Janganlah kamu
menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu, kecuali (kejadian pada
masa) yang telah lampau. Sesungguhnya (perbuatan) itu sangat keji dan dibenci
(oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).
23
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ اُمَّهٰتُكُمْ وَبَنٰتُكُمْ وَاَخَوٰتُكُمْ
وَعَمّٰتُكُمْ وَخٰلٰتُكُمْ وَبَنٰتُ الْاَخِ وَبَنٰتُ الْاُخْتِ وَاُمَّهٰتُكُمُ
الّٰتِيْٓ اَرْضَعْنَكُمْ وَاَخَوٰتُكُمْ مِّنَ الرَّضَاعَةِ وَاُمَّهٰتُ
نِسَاۤىِٕكُمْ وَرَبَاۤىِٕبُكُمُ الّٰتِيْ فِيْ حُجُوْرِكُمْ مِّنْ نِّسَاۤىِٕكُمُ
الّٰتِيْ دَخَلْتُمْ بِهِنَّۖ فَاِنْ لَّمْ تَكُوْنُوْا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا
جُنَاحَ عَلَيْكُمْ ۖ وَحَلَاۤىِٕلُ اَبْنَاۤىِٕكُمُ الَّذِيْنَ مِنْ
اَصْلَابِكُمْۙ وَاَنْ تَجْمَعُوْا بَيْنَ الْاُخْتَيْنِ اِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ
اِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ۔
Ḥurrimat ‘alaikum ummahātukum wa banātukum wa
akhawātukum wa ‘ammātukum wa khālātukum wa banātul-akhi wa banātul-ukhti wa
ummahātukumul-lātī arḍa‘nakum wa akhawātukum minar-raḍā‘ati wa ummahātu nisā'ikum wa rabā'ibukumul-lātī fī ḥujūrikum min nisā'ikumul-lātī dakhaltum bihinn(a), fa illam takūnū
dakhaltum bihinna falā junāḥa ‘alaikum, wa ḥalā'ilu abnā'ikumul-lażīna
min aṣlābikum, wa an tajma‘ū bainal-ukhtaini illā mā
qad salaf(a), innallāha kāna gafūrar raḥīmā(n).
Diharamkan atas kamu
(menikahi) ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu,
saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan
dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara perempuanmu, ibu
yang menyusuimu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu istri-istrimu
(mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam
pemeliharaanmu151) dari istri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum bercampur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan),
tidak berdosa bagimu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak
kandungmu (menantu), dan (diharamkan pula) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Catatan
Kaki
151) Yang dimaksud dengan ibu pada awal ayat ini
adalah ibu, nenek, dan seterusnya ke atas, sedangkan anak perempuan adalah anak
perempuan, cucu perempuan, dan seterusnya ke bawah. Yang dimaksud dengan
anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut sebagian besar ulama,
mencakup anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.
24
۞ وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ النِّسَاۤءِ اِلَّا مَا مَلَكَتْ
اَيْمَانُكُمْ ۚ كِتٰبَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ ۚ وَاُحِلَّ لَكُمْ مَّا وَرَاۤءَ
ذٰلِكُمْ اَنْ تَبْتَغُوْا بِاَمْوَالِكُمْ مُّحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسٰفِحِيْنَ ۗ
فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهٖ مِنْهُنَّ فَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ فَرِيْضَةً
ۗوَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا تَرَاضَيْتُمْ بِهٖ مِنْۢ بَعْدِ
الْفَرِيْضَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Wal-muḥṣanātu minan-nisā'i illā mā malakat aimānukum, kitāballāhi
‘alaikum, wa uḥilla lakum mā warā'a żālikum an tabtagū bi'amwālikum
muḥṣinīna gaira musāfiḥīn(a), famastamta‘tum bihī minhunna fa ātūhunna ujūrahunna farīḍah(tan), wa lā junāḥa ‘alaikum fīmā tarāḍaitum bihī mim ba‘dil-farīḍah(ti), innallāha kāna
‘alīman ḥakīmā(n).
(Diharamkan
juga bagi kamu menikahi) perempuan-perempuan yang bersuami, kecuali hamba
sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki152) sebagai ketetapan Allah atas kamu. Dihalalkan bagi kamu
selain (perempuan-perempuan) yang demikian itu, yakni kamu mencari (istri)
dengan hartamu (mahar) untuk menikahinya, bukan untuk berzina. Karena
kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah kepada mereka
imbalannya (maskawinnya) sebagai suatu kewajiban. Tidak ada dosa bagi kamu
mengenai sesuatu yang saling kamu relakan sesudah menentukan kewajiban (itu).153) Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Catatan
Kaki
152) Maksudnya adalah hamba sahaya perempuan yang
dimiliki karena tertawan. Sementara itu, suaminya tidak ikut tertawan
bersamanya (lihat surah an-Nisā’ [4]: 3). 153) Maksudnya adalah
bahwa istri boleh tidak menuntut suaminya untuk membayar sebagian atau keseluruhan
maskawin yang telah ditetapkan atau suami membayar lebih dari maskawin yang
telah ditetapkannya.
25
وَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ مِنْكُمْ طَوْلًا اَنْ يَّنْكِحَ
الْمُحْصَنٰتِ الْمُؤْمِنٰتِ فَمِنْ مَّا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ مِّنْ
فَتَيٰتِكُمُ الْمُؤْمِنٰتِۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِاِيْمَانِكُمْ ۗ بَعْضُكُمْ
مِّنْۢ بَعْضٍۚ فَانْكِحُوْهُنَّ بِاِذْنِ اَهْلِهِنَّ وَاٰتُوْهُنَّ
اُجُوْرَهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ مُحْصَنٰتٍ غَيْرَ مُسٰفِحٰتٍ وَّلَا مُتَّخِذٰتِ
اَخْدَانٍ ۚ فَاِذَآ اُحْصِنَّ فَاِنْ اَتَيْنَ بِفَاحِشَةٍ فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ
مَا عَلَى الْمُحْصَنٰتِ مِنَ الْعَذَابِۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ الْعَنَتَ
مِنْكُمْ ۗ وَاَنْ تَصْبِرُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ
Wa mal lam yastaṭi‘ minkum ṭaulan ay yankiḥal-muḥṣanātil-mu'mināti fa mim mā malakat aimānukum min fatayātikumul-mu'mināt(i),
wallāhu a‘lamu bi'īmānikum, ba‘ḍukum mim ba‘ḍ(in), fankiḥūhunna bi'iżni ahlihinna wa ātūhunna ujūrahunna bil-ma‘rūfi muḥṣanātin gaira musāfiḥātiw wa lā muttakhiżāti
akhdān(in), fa iżā uḥṣinna fa in ataina bifāḥisyatin fa ‘alaihinna niṣfu mā ‘alal-muḥṣanāti minal-‘ażāb(i), żālika limay khasyial-‘anata minkum, wa an
taṣbirū khairul lakum, wallāhu gafūrur raḥīm(un).
Siapa di antara kamu
yang tidak mempunyai biaya untuk menikahi perempuan merdeka yang mukmin (boleh
menikahi) perempuan mukmin dari para hamba sahaya yang kamu miliki. Allah lebih
tahu tentang keimananmu. Sebagian kamu adalah sebagian dari yang lain
(seketurunan dari Adam dan Hawa). Oleh karena itu, nikahilah mereka dengan izin
keluarga (tuan) mereka dan berilah mereka maskawin dengan cara yang pantas,
dalam keadaan mereka memelihara kesucian diri, bukan pezina dan bukan (pula)
perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya. Apabila mereka
telah berumah tangga (bersuami), tetapi melakukan perbuatan keji (zina),
(hukuman) atas mereka adalah setengah dari hukuman perempuan-perempuan merdeka
(yang tidak bersuami). Hal itu (kebolehan menikahi hamba sahaya) berlaku bagi
orang-orang yang takut terhadap kesulitan (dalam menghindari zina) di antara
kamu. Kesabaranmu lebih baik bagi kamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
26
يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَيَتُوْبَ عَلَيْكُمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
Yurīdullāhu
liyubayyina lakum wa yahdiyakum sunanal-lażīna min qablikum wa yatūba ‘alaikum,
wallāhu ‘alīmun ḥakīm(un).
Allah hendak
menerangkan (syariat-Nya) kepadamu, menunjukkan kepadamu berbagai jalan
(kehidupan) orang yang sebelum kamu (para nabi dan orang-orang saleh), dan
menerima tobatmu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
27
وَاللّٰهُ يُرِيْدُ اَنْ يَّتُوْبَ عَلَيْكُمْ ۗ وَيُرِيْدُ
الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الشَّهَوٰتِ اَنْ تَمِيْلُوْا مَيْلًا عَظِيْمًا
Wallāhu yurīdu ay
yatūba ‘alaikum, wa yurīdul-lażīna yattabi‘ūnasy-syahawāti an tamīlū mailan ‘aẓīmā(n).
Allah hendak menerima
tobatmu, sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu menghendaki agar kamu
berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).
28
يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ
الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا
Yurīdullāhu ay
yukhaffifa ‘ankum, wa khuliqal-insānu ḍa‘īfā(n).
Allah hendak
memberikan keringanan kepadamu dan manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah.
29
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ
بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ
ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū lā ta'kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili illā an takūna tijāratan
‘an tarāḍim minkum, wa lā taqtulū anfusakum, innallāha
kāna bikum raḥīmā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak
benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
30
وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ عُدْوَانًا وَّظُلْمًا فَسَوْفَ
نُصْلِيْهِ نَارًا ۗوَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا
Wa may yaf‘al żālika
‘udwānaw wa ẓulman fa saufa nuṣlīhi nārā(n), wa kāna żālika ‘alallāhi yasīrā(n).
Siapa yang berbuat
demikian dengan cara melanggar aturan dan berbuat zalim kelak Kami masukkan dia
ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
31
اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ
عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا
In tajtanibū kabā'ira
mā tunhauna ‘anhu nukaffir ‘ankum sayyi'ātikum wa nudkhilkum mudkhalan
karīmā(n).
Jika kamu menjauhi
dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang (mengerjakan)-nya, niscaya
Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia
(surga).
32
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى
بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ
مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Wa lā tatamannau mā faḍḍalallāhu bihī ba‘ḍakum ‘alā ba‘ḍ(in), lir-rijāli naṣībum mimmaktasabū, wa
lin-nisā'i naṣībum mimmaktasabn(a), was'alullāha min faḍlih(ī), innallāha kāna bikulli syai'in ‘alīmā(n).
Janganlah kamu
berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada
sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang
mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka
usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.
33
وَلِكُلٍّ جَعَلْنَا مَوَالِيَ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ
وَالْاَقْرَبُوْنَ ۗ وَالَّذِيْنَ عَقَدَتْ اَيْمَانُكُمْ فَاٰتُوْهُمْ
نَصِيْبَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدًا ࣖ
Wa likullin ja‘alnā
mawāliya mimmā tarakal-wālidāni wal-aqrabūn(a), wal-lażīna ‘aqadat aimānukum fa
ātūhum naṣībahum, innallāha kāna ‘alā kulli syai'in syahīdā(n).
Bagi setiap (laki-laki
dan perempuan) Kami telah menetapkan para ahli waris atas apa yang ditinggalkan
oleh kedua orang tuanya dan karib kerabatnya. Orang-orang yang kamu telah
bersumpah setia dengan mereka, berikanlah bagian itu kepada mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
34
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ
بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ
فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ
تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ
وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا
ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
Ar-rijālu qawwāmūna
‘alan-nisā'i bimā faḍḍalallāhu ba‘ḍahum ‘alā ba‘ḍiw wa bimā anfaqū min amwālihim, faṣ-ṣāliḥātu qānitātun ḥāfiẓātul lil-gaibi bimā ḥafiẓallāh(u), wal-lātī takhāfūna nusyūzahunna fa ‘iẓūhunna wahjurūhunna fil-maḍāji‘i waḍribūhunn(a), fa in aṭa‘nakum falā tabgū ‘alaihinna
sabīlā(n), innallāha kāna ‘aliyyan kabīrā(n).
Laki-laki (suami)
adalah penanggung jawab154) atas para perempuan (istri) karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan
menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka).
Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz,155) berilah mereka nasihat, tinggalkanlah mereka di tempat
tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu,) pukullah mereka (dengan cara yang
tidak menyakitkan). Akan tetapi, jika mereka menaatimu, janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.
Catatan
Kaki
154) Sebagai kepala keluarga, suami bertanggung
jawab untuk melindungi, mengayomi, mengurusi, dan mengupayakan kemaslahatan
keluarga. 155) Maksud nusyuz adalah perbuatan seorang istri
meninggalkan kewajibannya, seperti meninggalkan rumah tanpa rida suaminya.
35
وَاِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِّنْ
اَهْلِهٖ وَحَكَمًا مِّنْ اَهْلِهَا ۚ اِنْ يُّرِيْدَآ اِصْلَاحًا يُّوَفِّقِ
اللّٰهُ بَيْنَهُمَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا خَبِيْرًا
Wa in khiftum syiqāqa
bainihimā fab‘aṡū ḥakamam min ahlihī wa ḥakamam min ahlihā, iy yurīdā iṣlāḥay yuwaffiqillāhu bainahumā, innallāha kāna ‘alīman khabīrā(n).
Jika kamu (para wali)
khawatir terjadi persengketaan di antara keduanya, utuslah seorang juru damai
dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika
keduanya bermaksud melakukan islah (perdamaian), niscaya Allah memberi taufik
kepada keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.
36
۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا
وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ
وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ
وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ
مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Wa‘budullāha wa lā
tusyrikū bihī syai'aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā
wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi
wabnis-sabīl(i), wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu man kāna mukhtālan fakhūrā(n).
Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah
kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin,
tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya
yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi
sangat membanggakan diri.
37
ۨالَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ
وَيَكْتُمُوْنَ مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاَعْتَدْنَا
لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًاۚ
Al-lażīna yabkhalūna
wa ya'murūnan-nāsa bil-bukhli wa yaktumūna mā ātāhumullāhu min faḍlih(ī), wa a‘tadnā lil-kāfirīna ‘ażābam muhīnā(n).
(Yaitu)
orang-orang yang kikir, menyuruh orang (lain) berbuat kikir, dan menyembunyikan
karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Kami telah menyediakan
untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.
38
وَالَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا
يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ وَمَنْ يَّكُنِ الشَّيْطٰنُ
لَهٗ قَرِيْنًا فَسَاۤءَ قَرِيْنًا
Wal-lażīna yunfiqūna
amwālahum ri'ā'an-nasi wa lā yu'minūna billāhi wa lā bil-yaumil ākhir(i), wa
may yakunisy-syaiṭānu lahū qarīnan fasā'a qarīnā(n).
(Allah
juga tidak menyukai) orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada
orang (lain) dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari Akhir. Siapa yang menjadikan setan sebagai temannya, (ketahuilah
bahwa) dia adalah seburuk-buruk teman.
39
وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ
الْاٰخِرِ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللّٰهُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ بِهِمْ
عَلِيْمًا
Wa māżā ‘alaihim lau
āmanū billāhi wal-yaumil-ākhiri wa anfaqū mimmā razaqahumullāh(u), wa kānallāhu
bihim ‘alīmā(n).
Apa ruginya bagi
mereka seandainya mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir serta menginfakkan
sebagian rezeki yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka? Allah adalah Maha
Mengetahui (keadaan) mereka.
40
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۚوَاِنْ تَكُ
حَسَنَةً يُّضٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَّدُنْهُ اَجْرًا عَظِيْمًا
Innallāha lā yaẓlimu miṡqāla żarrah(tin), wa in taku ḥasanatay yuḍā‘ifhā wa yu'ti mil ladunhu ajran ‘aẓīmā(n).
Sesungguhnya Allah
tidak akan menzalimi (seseorang) walaupun sebesar zarah. Jika (sesuatu yang
sebesar zarah) itu berupa kebaikan, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan
memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.
41
فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۢ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا
بِكَ عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ شَهِيْدًاۗ
Fa kaifa iżā ji'nā min
kulli ummatim bisyahīdiw wa ji'nā bika ‘alā hā'ulā'i syahīdā(n).
Bagaimanakah (keadaan
manusia kelak pada hari Kiamat) jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul)
dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Nabi Muhammad) sebagai saksi
atas mereka?
42
يَوْمَىِٕذٍ يَّوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَعَصَوُا الرَّسُوْلَ
لَوْ تُسَوّٰى بِهِمُ الْاَرْضُۗ وَلَا يَكْتُمُوْنَ اللّٰهَ حَدِيْثًا ࣖ
Yauma'iżiy
yawaddul-lażīna kafarū wa ‘aṣawur-rasūla lau tusawwā bihimul-arḍ(u), wa lā yaktumūnallāha ḥadīṡā(n).
Pada hari itu
orang-orang yang kufur dan mendurhakai Rasul (Nabi Muhammad) berharap
seandainya mereka diratakan dengan tanah (dikubur atau hancur luluh menjadi
tanah), padahal mereka tidak dapat menyembunyikan suatu kejadian pun dari
Allah.
43
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ
وَاَنْتُمْ سُكٰرٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا جُنُبًا اِلَّا
عَابِرِيْ سَبِيْلٍ حَتّٰى تَغْتَسِلُوْا ۗوَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى
سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ
النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا
فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا
غَفُوْرًا
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū lā taqrabuṣ-ṣalāta wa antum sukārā ḥattā ta‘lamū mā taqūlūna wa lā junuban illā ‘ābirī sabīlin ḥattā tagtasilū, wa in kuntum marḍā au ‘alā safarin au jā'a
aḥadum minkum minal-gā'iṭi au lāmastumun-nisā'a falam tajidū mā'an fa tayammamū ṣa‘īdan ṭayyiban famsaḥū biwujūhikum wa aidīkum,
innnallāha kāna ‘afuwwan gafūrā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah mendekati salat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk sampai
kamu sadar akan apa yang kamu ucapkan dan jangan (pula menghampiri masjid
ketika kamu) dalam keadaan junub, kecuali sekadar berlalu (saja) sehingga kamu
mandi (junub). Jika kamu sakit, sedang dalam perjalanan, salah seorang di
antara kamu kembali dari tempat buang air, atau kamu telah menyentuh perempuan,156) sedangkan kamu tidak mendapati air, maka bertayamumlah
kamu dengan debu yang baik (suci). Usaplah wajah dan tanganmu (dengan debu
itu). Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Catatan
Kaki
156) Menurut jumhur, kata menyentuh pada ayat ini
adalah bersentuhan kulit, sedangkan sebagian mufasir mengartikannya sebagai
berhubungan suami istri.
44
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ
يَشْتَرُوْنَ الضَّلٰلَةَ وَيُرِيْدُوْنَ اَنْ تَضِلُّوا السَّبِيْلَۗ
Alam tara ilal-lażīna
ūtū naṣībam minal-kitābi yasytarūnaḍ-ḍalālata wa yurīdūna an taḍillus-sabīl(a).
Tidakkah kamu
perhatikan orang-orang yang telah diberi bagian (pengetahuan) dari Kitab
(Taurat)? Mereka membeli kesesatan dan menghendaki agar kamu tersesat dari
jalan (yang benar).
45
وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِاَعْدَاۤىِٕكُمْ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَلِيًّا
ۙوَّكَفٰى بِاللّٰهِ نَصِيْرًا
Wallāhu a‘lamu
bi'a‘dā'ikum, wa kafā billāhi waliyyaw wa kafā billāhi naṣīrā(n).
Allah lebih tahu
(daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Cukuplah Allah menjadi pelindung dan
cukuplah Allah menjadi penolong (kamu).
46
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ
مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ
وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ
قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ
وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا
قَلِيْلًا
Minal-lażīna hādū yuḥarrifūnal-kalima ‘am mawāḍi‘ihī wa yaqūlūna sami‘nā
wa ‘aṣainā wasma‘ gaira musmi‘iw wa rā‘inā layyam
bi'alsinatihim wa ṭa‘nan fid-dīn(i), wa lau annahum qālū sami‘nā
wa aṭa‘nā wasma‘ wanẓurnā lakāna khairal
lahum wa aqwam(a), wa lākil la‘anahumullāhu bikufrihim falā yu'minūna illā qalīlā(n).
Di antara orang-orang
Yahudi ada yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, “Kami
mendengar, tetapi kami membangkang.” (Mereka mengatakan pula,) “Dengarkanlah,”
sedangkan (engkau Nabi Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. (Mereka
mengatakan,) rā‘inā157) dengan memutarbalikkan lidahnya dan
mencela agama. Seandainya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh.
Dengarkanlah dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan
lebih tepat. Akan tetapi, Allah melaknat mereka karena kekufurannya. Mereka
tidak beriman, kecuali sedikit sekali.
Catatan
Kaki
157) Lihat catatan kaki surah al-Baqarah (2): 104.
47
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اٰمِنُوْا بِمَا
نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّطْمِسَ وُجُوْهًا
فَنَرُدَّهَا عَلٰٓى اَدْبَارِهَآ اَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّآ اَصْحٰبَ
السَّبْتِ ۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا
Yā ayyuhal-lażīna
ūtul-kitāba āminū bimā nazzalnā muṣaddiqal limā ma‘akum
min qabli an naṭmisa wujūhan fa naruddahā ‘alā adbārihā au nal‘anahum
kamā la‘annā aṣḥābas-sabt(i), wa kāna amrullāhi maf‘ūlā(n).
Wahai orang-orang yang
telah diberi Kitab, berimanlah pada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur’an)
yang membenarkan Kitab yang ada padamu sebelum Kami mengubah wajah-wajah(-mu),
lalu Kami putar ke belakang (sebagai penghinaan) atau Kami laknat mereka
sebagaimana Kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat
(Sabtu). Ketetapan Allah (pasti) berlaku.
48
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا
دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى
اِثْمًا عَظِيْمًا
Innallāha lā yagfiru
ay yusyraka bihī wa yagfiru mā dūna żālika limay yasyā'(u), wa may yusyrik
billāhi fa qadiftarā iṡman ‘aẓīmā(n).
Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia
mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat
besar.
49
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يُزَكُّوْنَ اَنْفُسَهُمْ ۗ بَلِ
اللّٰهُ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَاۤءُ وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا
Alam tara ilal-lażīna
yuzakkūna anfusahum, balillāhu yuzakkī may yasyā'u wa lā yuẓlamūna fatīlā(n).
Tidakkah engkau
memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci? Sebenarnya Allah
menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.
50
اُنْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَۗ وَكَفٰى
بِهٖٓ اِثْمًا مُّبِيْنًا ࣖ
Unẓur kaifa yaftarūna ‘alallāhil-każib(a), wa kafā bihī iṡmam mubīnā(n).
Perhatikanlah betapa
mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Cukuplah perbuatan itu menjadi
dosa yang nyata (bagi mereka).
51
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ
يُؤْمِنُوْنَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوْتِ وَيَقُوْلُوْنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا
هٰٓؤُلَاۤءِ اَهْدٰى مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا سَبِيْلًا
Alam tara ilal-lażīna
ūtū naṣībam minal-kitābi yu'minūna bil-jibti waṭ-ṭāgūti wa yaqūlūna lil-lażīna kafarū hā'ulā'i
ahdā minal-lażīna āmanū sabīlā(n).
Tidakkah engkau
memperhatikan orang-orang (Yahudi) yang telah diberi bagian (pengetahuan) dari
Kitab (Taurat), (betapa) mereka percaya kepada jibt dan tagut158) serta mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah)
bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.
Catatan
Kaki
158) Jibt adalah setan dan apa saja yang disembah
selain Allah Swt., sedangkan tagut biasanya disebutkan untuk orang yang
keburukannya melampaui batas (lihat catatan kaki surah al-Baqarah [2]: 256).
52
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ ۗوَمَنْ يَّلْعَنِ
اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ نَصِيْرًا
Ulā'ikal-lażīna
la‘anahumullāh(u), wa may yal‘anillāhu falan tajida lahū naṣīrā(n).
Mereka itulah yang
dilaknat Allah. Siapa pun yang dilaknat Allah niscaya engkau (Nabi Muhammad)
tidak akan mendapat penolong baginya.
53
اَمْ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِّنَ الْمُلْكِ فَاِذًا لَّا يُؤْتُوْنَ
النَّاسَ نَقِيْرًاۙ
Am lahum naṣībum minal-mulki fa iżal lā yu'tūnan-nāsa naqīrā(n).
Ataukah mereka
mempunyai bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Meskipun ada, mereka tidak akan
memberikan (kebajikan) sedikit pun kepada manusia.
54
اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ
فَضْلِهٖۚ فَقَدْ اٰتَيْنَآ اٰلَ اِبْرٰهِيْمَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ
وَاٰتَيْنٰهُمْ مُّلْكًا عَظِيْمًا
Am yaḥsudūnan-nāsa ‘alā mā ātāhumullāhu min faḍlih(ī), faqad ātainā āla ibrāhīmal-kitāba wal-ḥikmata wa ātaināhum mulkan ‘aẓīmā(n).
Ataukah mereka dengki
kepada manusia karena karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya?
Sungguh, Kami telah menganugerahkan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim
dan Kami telah menganugerahkan kerajaan (kekuasaan) yang sangat besar kepada
mereka.
55
فَمِنْهُمْ مَّنْ اٰمَنَ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ صَدَّ عَنْهُ ۗ
وَكَفٰى بِجَهَنَّمَ سَعِيْرًا
Fa minhum man āmana
bihī wa minhum man ṣadda ‘anh(u), wa kafā bijahannama sa‘īrā(n).
Lalu, di antara mereka
ada yang beriman kepadanya dan di antara mereka ada pula yang berpaling
darinya. Cukuplah (bagi mereka neraka) Jahanam yang apinya menyala-nyala.
56
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ
نَارًاۗ كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنٰهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا
لِيَذُوْقُوا الْعَذَابَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
Innal-lażīna kafarū
bi'āyātinā sanuṣlīhim nārā(n), kullamā naḍijat julūduhum baddalnāhum julūdan gairahā liyażūqul-‘ażāb(a),
innallāha kāna ‘azīzan ḥakīmā(n).
Sesungguhnya
orang-orang yang kufur pada ayat-ayat Kami kelak akan Kami masukkan ke dalam
neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain agar
mereka merasakan (kepedihan) azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
57
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ
جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ لَهُمْ
فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۙ وَّنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيْلًا
Wal-lażīna āmanū wa
‘amiluṣ-ṣāliḥāti sanudkhiluhum jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā abadā(n), lahum fīhā azwājum muṭahharah(tun), wa nudkhiluhum ẓillan ẓalīlā(n).
Orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan akan Kami masukkan ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Di
sana mereka mempunyai pasangan-pasangan yang disucikan dan Kami masukkan mereka
ke tempat yang teduh lagi nyaman.
58
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى
اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ
اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ
بَصِيْرًا
Innallāha ya'murukum
an tu'addul-amānāti ilā ahlihā, wa iżā ḥakamtum bainan-nāsi an
taḥkumū bil-‘adl(i), innallāha ni‘immā ya‘iẓukum bih(ī), innallāha kāna samī‘am baṣīrā(n).
Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan
hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.
59
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ
وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ
شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ
بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū aṭī‘ullāha wa aṭī‘ur-rasūla wa
ulil-amri minkum, fa in tanāza‘tum fī syai'in fa ruddhu ilallāhi war-rasūli in
kuntum tu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhir(i), żālika khairuw wa aḥsanu ta'wīlā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri
(pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu
beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan
lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).
60
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا
بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ
يَّتَحَاكَمُوْٓا اِلَى الطَّاغُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْٓا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ
ۗوَيُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Alam tara ilal-lażīna
yaz‘umūna annahum āmanū bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablika yurīdūna ay
yataḥākamū ilaṭ-ṭāgūti wa qad umirū ay yakfurū bih(ī), wa yurīdusy-syaiṭānu ay yuḍillahum ḍalālam ba‘īdā(n).
Tidakkah engkau (Nabi
Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman
pada apa yang diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dan pada apa yang diturunkan
sebelummu? Mereka hendak bertahkim kepada tagut, padahal mereka telah
diperintahkan untuk mengingkarinya. Setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan)
kesesatan yang sangat jauh.
61
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ
وَاِلَى الرَّسُوْلِ رَاَيْتَ الْمُنٰفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًاۚ
Wa iżā qīla lahum
ta‘ālau ilā mā anzalallāhu wa ilar-rasūli ra'aital-munāfiqīna yaṣuddūna ‘anka ṣudūdā(n).
Apabila dikatakan
kepada mereka, “Marilah (patuh) pada apa yang telah diturunkan Allah dan
(patuh) kepada Rasul,” engkau (Nabi Muhammad) melihat orang-orang munafik
benar-benar berpaling darimu.
62
فَكَيْفَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ
اَيْدِيْهِمْ ثُمَّ جَاۤءُوْكَ يَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ ۖاِنْ اَرَدْنَآ اِلَّآ
اِحْسَانًا وَّتَوْفِيْقًا
Fa kaifa iżā aṣābathum muṣībatum bimā qaddamat aidīhim ṡumma jā'ūka yaḥlifūna billāh(i), in aradnā illā iḥsānaw wa taufīqā(n).
Bagaimana halnya
apabila (kelak) musibah menimpa mereka (orang munafik) karena perbuatannya
sendiri. Kemudian, mereka datang kepadamu (Nabi Muhammad) sambil bersumpah,
“Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain kebaikan dan
perdamaian.”
63
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ
فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًا ۢ
بَلِيْغًا
Ulā'ikal-lażīna
ya‘lamullāhu mā fī qulūbihim fa a‘riḍ ‘anhum wa ‘iẓhum wa qul lahum fī anfusihim qaulam balīgā(n).
Mereka itulah
orang-orang yang Allah ketahui apa yang ada di dalam hatinya. Oleh karena itu,
berpalinglah dari mereka, nasihatilah mereka, dan katakanlah kepada mereka
perkataan yang membekas pada jiwanya.
64
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ
اللّٰهِ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَّلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ جَاۤءُوْكَ
فَاسْتَغْفَرُوا اللّٰهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللّٰهَ
تَوَّابًا رَّحِيْمًا
Wa mā arsalnā mir
rasūlin illā liyuṭā‘a bi'iżnillāh(i), wa lau annahum iẓ ẓalamū anfusahum jā'ūka fastagfarullāha
wastagfara lahumur-rasūlu lawajadullāha tawwābar raḥīmā(n).
Kami tidak mengutus
seorang rasul pun, kecuali untuk ditaati dengan izin Allah. Seandainya mereka
(orang-orang munafik) setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Nabi
Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan
untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.
65
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا
شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا
قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Falā wa rabbika lā
yu'minūna ḥattā yuḥakkimūka fīmā syajara
bainahum ṡumma lā yajidū fī anfusihim ḥarajam mimmā qaḍaita wa yusallimū taslīmā(n).
Demi Tuhanmu, mereka
tidak beriman hingga bertahkim kepadamu (Nabi Muhammad) dalam perkara yang
diperselisihkan di antara mereka. Kemudian, tidak ada keberatan dalam diri
mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka terima dengan
sepenuhnya.
66
وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ
اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْ
ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ
وَاَشَدَّ تَثْبِيْتًاۙ
Wa lau annā katabnā
‘alaihim aniqtulū anfusakum awikhrujū min diyārikum mā fa‘alūhu illā qalīlum
minhum, wa lau annahum fa‘alū mā yū‘aẓūna bihī lakāna
khairal lahum wa asyadda taṡbītā(n).
Seandainya Kami
perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik), “Bunuhlah dirimu atau
keluarlah kamu dari kampung halamanmu,” niscaya mereka tidak akan melakukannya,
kecuali sebagian kecil dari mereka. Seandainya mereka melaksanakan pengajaran
yang diberikan kepada mereka, sungguh itu lebih baik bagi mereka dan lebih
menguatkan (iman mereka).
67
وَّاِذًا لَّاٰتَيْنٰهُمْ مِّنْ لَّدُنَّآ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ
Wa iżal la'ātaināhum
mil ladunnā ajran ‘aẓīmā(n).
Jika demikian
(halnya), pasti Kami anugerahkan kepada mereka dari sisi Kami pahala yang
sangat besar
68
وَّلَهَدَيْنٰهُمْ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًا
Wa lahadaināhum ṣirāṭam mustaqīmā(n).
dan pasti Kami
tunjukkan kepada mereka jalan yang lurus.
69
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ
الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ
وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Wa may yuṭi‘illāha war-rasūla fa ulā'ika ma‘al-lażīna an‘amallāhu ‘alaihim
minan-nabiyyīna waṣ-ṣiddīqīna wasy-syuhadā'i
waṣ-ṣāliḥīn(a), wa ḥasuna ulā'ika rafīqā(n).
Siapa yang menaati
Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (akan
dikumpulkan) bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu)
para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
70
ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللّٰهِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ عَلِيْمًا ࣖ
Żālikal-faḍlu minallāh(i), wa kafā billāhi ‘alīmā(n).
Itulah karunia dari
Allah. Cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui.
71
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا خُذُوْا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوْا
ثُبَاتٍ اَوِ انْفِرُوْا جَمِيْعًا
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū khużū ḥiżrakum fanfirū ṡubātin awinfirū jamī‘ā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, bersiap siagalah dan majulah (ke medan pertempuran) secara
berkelompok-kelompok atau majulah bersama-sama (serentak).
72
وَاِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَّيُبَطِّئَنَّۚ فَاِنْ اَصَابَتْكُمْ
مُّصِيْبَةٌ قَالَ قَدْ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيَّ اِذْ لَمْ اَكُنْ مَّعَهُمْ
شَهِيْدًا
Wa inna minkum lamal
layubaṭṭi'ann(a), fa in aṣābatkum muṣībatun qāla qad an‘amallāhu ‘alayya iż lam
akum ma‘ahum syahīdā(n).
Sesungguhnya di antara
kamu pasti ada orang yang sangat enggan pergi (ke medan pertempuran). Jika kamu
ditimpa musibah, dia berkata, “Sungguh, Allah telah menganugerahkan nikmat
kepadaku karena aku tidak ikut berperang bersama mereka."
73
وَلَىِٕنْ اَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِّنَ اللّٰهِ لَيَقُوْلَنَّ كَاَنْ
لَّمْ تَكُنْۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهٗ مَوَدَّةٌ يّٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ
فَاَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Wa la'in aṣābakum faḍlum minallāhi layaqūlanna ka'allam takum
bainakum wa bainahū mawaddattuy yā laitanī kuntu ma‘ahum fa afūza fauzan ‘aẓīmā(n).
Sungguh, jika kamu
mendapat karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seakan-akan
belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia, “Aduhai,
sekiranya aku dahulu bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang
agung (pula).”
74
۞ فَلْيُقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يَشْرُوْنَ
الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۗ وَمَنْ يُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
فَيُقْتَلْ اَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا
Falyuqātil fī
sabīlillāhil-lażīna yasytarūnal-ḥayātad-dun-yā
bil-ākhirah(ti), wa may yuqātil fī sabīlillāhi fa yuqtal au yaglib fa saufa
nu'tīhi ajran ‘aẓīmā(n).
Oleh karena itu,
hendaklah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat
berperang di jalan Allah! Siapa yang berperang di jalan Allah dan gugur atau
memperoleh kemenangan niscaya kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang
sangat besar.
75
وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِيْنَ
يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ
اَهْلُهَاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ
لَّدُنْكَ نَصِيْرًا
Wa mā lakum lā
tuqātilūna fī sabīlillāhi wal-mustaḍ‘afīna minar-rijāli
wan-nisā'i wal-wildānil-lażīna yaqūlūna rabbanā akhrijnā min hāżihil-qaryatiẓ-ẓālimi ahluhā, waj‘al lanā mil ladunka waliyyā(n),
waj‘al lanā mil ladunka naṣīrā(n).
Mengapa kamu tidak
berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah dari (kalangan)
laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berdoa, “Wahai Tuhan kami,
keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami
pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.”
76
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا
اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ
Al-lażīna āmanū
yuqātilūna fī sabīlillāh(i), wal-lażīna kafarū yuqātilūna fī sabīliṭ-ṭāgūti fa qātilū auliyā'asy-syaiṭān(i), inna kaidasy-syaiṭāni kāna ḍa‘īfā(n).
Orang-orang yang
beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kufur berperang di jalan
tagut. Perangilah kawan-kawan setan itu. Sesungguhnya tipu daya setan itu
lemah.
77
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ كُفُّوْٓا
اَيْدِيَكُمْ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۚ فَلَمَّا كُتِبَ
عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ اِذَا فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ
اللّٰهِ اَوْ اَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا
الْقِتَالَۚ لَوْلَآ اَخَّرْتَنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۗ قُلْ مَتَاعُ
الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ
فَتِيْلًا
Alam tara ilal-lażīna
qīla lahum kuffū aidiyakum wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāt(a), fa lammā kutiba ‘alaihimul-qitālu iżā
farīqum minhum yakhsyaunan-nāsa kakhasy-yatillāhi au asyadda khasy-yah(tan), wa
qālū rabbanā lima katabta ‘alainal-qitāl(a), lau lā akhkhartanā ilā ajalin
qarīb(in), qul matā‘ud-dun-yā qalīl(un), wal-ākhiratu khairul limanittaqā, wa
lā tuẓlamūna fatīlā(n).
Tidakkah engkau
memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu
(dari berperang), tegakkanlah salat, dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka
diwajibkan berperang, tiba-tiba segolongan mereka (munafik) takut kepada
manusia (musuh) seperti ketakutan mereka kepada Allah, bahkan lebih takut
daripada itu. Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan
berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang)
kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanyalah
sedikit, sedangkan akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa dan kamu
tidak akan dizalimi sedikit pun.”
78
اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ
فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ
مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ
عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا
يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا
Aina mā takūnū
yudrikkumul-mautu wa lau kuntum fī burūjim musyayyadah(tin), wa in tuṣibhum ḥasanatuy yaqūlū hāżihī min ‘indillāh(i), wa in
tuṣibhum sayyi'atuy yaqūlū hāżihī min ‘indik(a),
qul kullum min ‘indillāh(i), famā lihā'ulā'il-qaumi lā yakādūna yafqahūna ḥadīṡā(n).
Di mana pun kamu
berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang
kukuh. Jika mereka (orang-orang munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka
berkata, “Ini dari sisi Allah” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka
berkata, “Ini dari engkau (Nabi Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari
sisi Allah.” Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?
79
مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ
مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى
بِاللّٰهِ شَهِيْدًا
Mā aṣābaka min ḥasanatin fa minallāh(i), wa mā aṣābaka min sayyi'atin fa min nafsik(a), wa arsalnāka lin-nāsi rasūlā(n),
wa kafā billāhi syahīdā(n).
Kebaikan (nikmat) apa
pun yang kamu peroleh (berasal) dari Allah, sedangkan keburukan (bencana) apa
pun yang menimpamu itu disebabkan oleh (kesalahan) dirimu sendiri. Kami
mengutus engkau (Nabi Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia.
Cukuplah Allah sebagai saksi.
80
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ ۚ وَمَنْ
تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗ
May yuṭi‘ir-rasūla faqad aṭā‘allāh(a), wa man
tawallā famā arsalnāka ‘alaihim ḥafīẓā(n).
Siapa yang menaati
Rasul (Muhammad), maka sungguh telah menaati Allah. Siapa yang berpaling, maka
Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) sebagai pemelihara159) mereka.
Catatan
Kaki
159) Rasul tidak bertanggung jawab atas
perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat
kesalahan.
81
وَيَقُوْلُوْنَ طَاعَةٌ ۖ فَاِذَا بَرَزُوْا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ
طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ غَيْرَ الَّذِيْ تَقُوْلُ ۗ وَاللّٰهُ يَكْتُبُ مَا
يُبَيِّتُوْنَ ۚ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ وَكَفٰى
بِاللّٰهِ وَكِيْلًا
Wa yaqūlūna ṭā‘ah(tun), fa iżā barazū min ‘indika bayyata ṭā'ifatum minhum gairal-lażī taqūl(u), wallāhu yaktubu mā
yubayyitūn(a), fa a‘riḍ ‘anhum wa tawakkal ‘alallāh(i), wa kafā billāhi
wakīlā(n).
Mereka (orang-orang
munafik) berkata, “(Kewajiban kami hanyalah) taat.” Akan tetapi, apabila mereka
telah pergi darimu (Nabi Muhammad), sebagian mereka mengatur siasat pada malam
hari (mengambil keputusan) berbeda dari yang telah mereka katakan. Allah
mencatat siasat yang mereka atur pada malam hari itu. Berpalinglah dari mereka
dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pelindung.
82
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ
غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
Afalā
yatadabbarūnal-qur'ān(a), wa lau kāna min ‘indi gairillāhi lawajadū
fīhikhtilāfan kaṡīrā(n).
Tidakkah mereka
menadaburi Al-Qur’an? Seandainya (Al-Qur’an) itu tidak datang dari sisi Allah,
tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.
83
وَاِذَا جَاۤءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَوْفِ
اَذَاعُوْا بِهٖ ۗ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ
مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ
اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Wa iżā jā'ahum amrum
minal-amni awil-khaufi ażā‘ū bih(ī), wa lau ruddūhu ilar-rasūli wa ilā
ulil-amri minhum la‘alimahul-lażīna yastambiṭūnahū minhum, wa lau lā
faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū lattaba‘tumusy-syaiṭāna illā qalīlā(n).
Apabila datang kepada
mereka suatu berita tentang keamanan (kemenangan) atau ketakutan (kekalahan),
mereka menyebarluaskannya. Padahal, seandainya mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan ululamri (pemegang kekuasaan) di antara mereka, tentulah orang-orang
yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi)
dari mereka (Rasul dan ululamri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat
Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja
(di antara kamu).
84
فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ لَا تُكَلَّفُ اِلَّا نَفْسَكَ
وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْا ۗوَاللّٰهُ اَشَدُّ بَأْسًا وَّاَشَدُّ تَنْكِيْلًا
Faqātil fī
sabīlillāh(i), lā tukallafu illā nafsaka wa ḥarriḍil-mu'minīn(a), ‘asallāhu ay yakuffa ba'sal lażīna kafarū, wallāhu
asyaddu ba'saw wa asyaddu tankīlā(n).
Maka, berperanglah
engkau (Nabi Muhammad) di jalan Allah. Tidaklah engkau dibebani (tanggung
jawab), kecuali (yang terkait) dengan dirimu sendiri. Kobarkanlah (semangat)
orang-orang mukmin (untuk berperang). Semoga Allah menolak serangan orang-orang
yang kufur itu. Allah sangat dahsyat kekuatan-Nya dan sangat keras siksaan-Nya.
85
مَنْ يَّشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَّكُنْ لَّهٗ نَصِيْبٌ
مِّنْهَا ۚ وَمَنْ يَّشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَّكُنْ لَّهٗ كِفْلٌ مِّنْهَا ۗ
وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقِيْتًا
May yasyfa‘ syafā‘atan
ḥasanatay yakul lahū naṣībum minhā, wa may yasyfa‘ syafā‘atan sayyi'atay yakul lahū
kiflum minhā, wa kānallāhu ‘alā kulli syai'im muqītā(n).
Siapa yang memberi
pertolongan yang baik niscaya akan memperoleh bagian (pahala) darinya. Siapa
yang memberi pertolongan yang buruk niscaya akan menanggung bagian (dosa)
darinya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
86
وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَآ
اَوْ رُدُّوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا
Wa iżā ḥuyyītum bitaḥiyyatin fa ḥayyū bi'aḥsana minhā au ruddūhā, innallāha kāna ‘alā kulli syai'in ḥasībā(n).
Apabila kamu dihormati
dengan suatu penghormatan (salam), balaslah penghormatan itu dengan yang lebih
baik daripadanya atau balaslah dengan yang sepadan. Sesungguhnya Allah Maha
Memperhitungkan segala sesuatu.
87
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ لَيَجْمَعَنَّكُمْ اِلٰى يَوْمِ
الْقِيٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيْهِ ۗ وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ حَدِيْثًا ࣖ
Allāhu lā ilāha illā
huw(a), layajma‘annakum ilā yaumil-qiyāmati lā raiba fīh(i), wa man aṣdaqu minallāhi ḥadīṡā(n).
Allah, tidak ada tuhan
selain Dia. Sungguh, Dia pasti mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak
ada keraguan di dalamnya. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada
Allah?
88
۞ فَمَا لَكُمْ فِى الْمُنٰفِقِيْنَ فِئَتَيْنِ وَاللّٰهُ
اَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوْا ۗ اَتُرِيْدُوْنَ اَنْ تَهْدُوْا مَنْ اَضَلَّ
اللّٰهُ ۗوَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا
Famā lakum
fil-munāfiqīna fi'ataini wallāhu arkasahum bimā kasabū, aturīdūna an tahdū man
aḍallallāh(u), wa may yuḍlilillāhu falan tajida lahū sabīlā(n).
Mengapa kamu (wahai
orang mukmin) (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang
munafik, padahal Allah telah mengembalikan mereka (pada kekufuran) karena usaha
mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang yang telah
dibiarkan sesat oleh Allah? Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah niscaya
engkau (Nabi Muhammad) tidak akan menemukan jalan baginya (untuk diberi
petunjuk).
89
وَدُّوْا لَوْ تَكْفُرُوْنَ كَمَا كَفَرُوْا فَتَكُوْنُوْنَ
سَوَاۤءً فَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ اَوْلِيَاۤءَ حَتّٰى يُهَاجِرُوْا فِيْ
سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَخُذُوْهُمْ وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ
وَجَدْتُّمُوْهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًاۙ
Waddū lau takfurūna
kamā kafarū fa takūnūna sawā'an falā tattakhiżū minhum auliyā'a ḥattā yuhājirū fī sabīlillāh(i), fa in tawallau fa khużūhum
waqtulūhum ḥaiṡu wajattumūhum, wa lā
tattakhiżū minhum waliyyaw wa lā naṣīrā(n).
Mereka sangat
menginginkan agar kamu mau menjadi kufur sebagaimana mereka telah kufur
sehingga kamu sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan siapa pun di antara
mereka sebagai teman setia160) sebelum mereka berpindah pada jalan
Allah. Jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana pun kamu
temukan mereka. Janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai
teman setia dan jangan pula sebagai penolong.
Catatan
Kaki
160) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
90
اِلَّا الَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ اِلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ
وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ اَوْ جَاۤءُوْكُمْ حَصِرَتْ صُدُوْرُهُمْ اَنْ
يُّقَاتِلُوْكُمْ اَوْ يُقَاتِلُوْا قَوْمَهُمْ ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ
لَسَلَّطَهُمْ عَلَيْكُمْ فَلَقَاتَلُوْكُمْ ۚ فَاِنِ اعْتَزَلُوْكُمْ فَلَمْ
يُقَاتِلُوْكُمْ وَاَلْقَوْا اِلَيْكُمُ السَّلَمَ ۙ فَمَا جَعَلَ اللّٰهُ لَكُمْ
عَلَيْهِمْ سَبِيْلًا
Illal lażīna yaṣilūna ilā qaumim bainakum wa bainahum mīṡāqun au jā'ūkum ḥaṣirat ṣudūruhum ay yuqātilūkum au yuqātilū qaumahum, wa lau syā'allāhu
lasallaṭahum ‘alaikum fa laqātalūkum, fa ini‘tazalūkum
falam yuqātilūkum wa alqau ilaikumus-salam(a), famā ja‘alallāhu lakum ‘alaihim
sabīlā(n).
Kecuali, orang-orang
yang menjalin hubungan dengan suatu kaum yang antara kamu dan kaum itu ada
perjanjian (damai, mereka jangan dibunuh atau jangan ditawan). (Demikian juga)
orang-orang yang datang kepadamu, sedangkan hati mereka berat untuk memerangi
kamu atau memerangi kaumnya. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia berikan
kekuasaan kepada mereka untuk menghadapi kamu sehingga mereka memerangimu. Akan
tetapi, jika mereka membiarkanmu (tidak mengganggumu), tidak memerangimu, dan
menawarkan perdamaian kepadamu (menyerah), Allah tidak memberi jalan bagimu
(untuk menawan dan membunuh) mereka.
91
سَتَجِدُوْنَ اٰخَرِيْنَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّأْمَنُوْكُمْ
وَيَأْمَنُوْا قَوْمَهُمْ ۗ كُلَّ مَا رُدُّوْٓا اِلَى الْفِتْنَةِ اُرْكِسُوْا
فِيْهَا ۚ فَاِنْ لَّمْ يَعْتَزِلُوْكُمْ وَيُلْقُوْٓا اِلَيْكُمُ السَّلَمَ
وَيَكُفُّوْٓا اَيْدِيَهُمْ فَخُذُوْهُمْ وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ
ۗ وَاُولٰۤىِٕكُمْ جَعَلْنَا لَكُمْ عَلَيْهِمْ سُلْطٰنًا مُّبِيْنًا ࣖ
Satajidūna akharīna
yurīdūna ay ya'manūkum wa ya'manū qaumahum, kullamā ruddū ilal-fitnati urkisū
fīhā, fa illam ya‘tazilūkum wa yulqū ilaikumus-salama wa yakuffū aidiyahum fa
khużūhum waqtulūhum ḥaiṡu ṡaqiftumūhum, wa ulā'ikum ja‘alnā lakum ‘alaihim sulṭānam mubīnā(n).
Akan kamu dapati
(golongan) lain yang menginginkan agar mereka hidup aman bersamamu dan aman
(pula) bersama kaumnya. Setiap kali mereka diajak kembali kepada fitnah
(syirik), mereka pun terjerumus ke dalamnya. Oleh karena itu, jika mereka tidak
membiarkanmu (tetap mengganggumu), tidak pula mau menawarkan perdamaian
kepadamu, dan tidak menahan tangan mereka (dari memerangimu), tawanlah dan
bunuhlah mereka di mana saja kamu temukan. Merekalah orang-orang yang Kami
berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka.
92
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ اَنْ يَّقْتُلَ مُؤْمِنًا اِلَّا خَطَـًٔا
ۚ وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَـًٔا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَّدِيَةٌ
مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖٓ اِلَّآ اَنْ يَّصَّدَّقُوْا ۗ فَاِنْ كَانَ مِنْ
قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ
ۗوَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ فَدِيَةٌ
مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖ وَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۚ فَمَنْ لَّمْ
يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِۖ تَوْبَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَكَانَ
اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Wa mā kāna limu'minin
ay yaqtula mu'minan illā khaṭa'ā(n), wa man qatala mu'minan khaṭa'an fa taḥrīru raqabatim mu'minatiw wa diyatum
musallamatun ilā ahlihī illā ay yaṣṣaddaqū, fa in kāna min
qaumim bainakum wa bainahum mīṡāqun fa diyatum musallamatun ilā ahlihī wa taḥrīru raqabatim mu'minah(tin), famal lam yajid fa ṣiyāmu syahraini mutatābi‘aini taubatam minallāh(i), wa kānallāhu
‘alīman ḥakīmā(n).
Tidak patut bagi
seorang mukmin membunuh seorang mukmin, kecuali karena tersalah (tidak
sengaja). Siapa yang membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah)
memerdekakan seorang hamba sahaya mukmin dan (membayar) tebusan yang diserahkan
kepada keluarganya (terbunuh), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
membebaskan pembayaran. Jika dia (terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal
dia orang beriman, (hendaklah pembunuh) memerdekakan hamba sahaya mukmin. Jika
dia (terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka
dengan kamu, (hendaklah pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada
keluarganya serta memerdekakan hamba sahaya mukmin. Siapa yang tidak
mendapatkan (hamba sahaya) hendaklah berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai
(ketetapan) cara bertobat dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
93
وَمَنْ يَّقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاۤؤُهٗ جَهَنَّمُ
خَالِدًا فِيْهَا وَغَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهٗ وَاَعَدَّ لَهٗ عَذَابًا
عَظِيْمًا
Wa may yaqtul mu'minam
muta‘ammidan fa jazā'uhū jahannamu khālidan fīhā wa gaḍiballāhu ‘alaihi wa la‘anahū wa a‘adda lahū ‘ażāban ‘aẓīmā(n).
Siapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah (neraka) Jahanam. Dia kekal di
dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan baginya azab yang
sangat besar.
94
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا ضَرَبْتُمْ فِيْ سَبِيْلِ
اللّٰهِ فَتَبَيَّنُوْا وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ اَلْقٰىٓ اِلَيْكُمُ السَّلٰمَ
لَسْتَ مُؤْمِنًاۚ تَبْتَغُوْنَ عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۖفَعِنْدَ اللّٰهِ
مَغَانِمُ كَثِيْرَةٌ ۗ كَذٰلِكَ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللّٰهُ
عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū iżā ḍarabtum fī sabīlillāhi fa tabayyanū wa lā taqūlū
liman alqā ilaikumus-salāma lasta mu'minā(n), tabtagūna ‘araḍal-ḥayātid-dun-yā, fa ‘indallāhi magānimu kaṡīrah(tun), każālika kuntum min qablu fa mannallāhu ‘alaikum fa
tabayyanū, innallāha kāna bimā ta‘malūna khabīrā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, bertabayunlah (carilah
kejelasan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam
kepadamu, “Kamu bukan seorang mukmin,” (lalu kamu membunuhnya) dengan maksud
mencari harta benda kehidupan dunia karena di sisi Allah ada harta yang banyak.
Demikianlah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya
kepadamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
95
لَا يَسْتَوِى الْقٰعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى
الضَّرَرِ وَالْمُجٰهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ
وَاَنْفُسِهِمْۗ فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ
عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً ۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَفَضَّلَ
اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ
Lā yastawil-qā‘idūna
minal-mu'minīna gairu uliḍ-ḍarari wal-mujāhidūna fī
sabīlillāhi bi'amwālihim wa anfusihim, faḍḍalallāhul-mujāhidīna
bi amwālihim wa anfusihim ‘alal-qā‘idīna darajah(tan), wa kullaw wa‘adallāhul-ḥusnā, wa faḍḍalallāhul-mujāhidīna ‘alal-qā‘idīna ajran ‘aẓīmā(n).
Tidak sama orang-orang
mukmin yang duduk (tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur dengan
orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah
melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas
orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa uzur). Kepada masing-masing,
Allah menjanjikan (pahala) yang terbaik (surga), (tetapi) Allah melebihkan
orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar.
96
دَرَجٰتٍ مِّنْهُ وَمَغْفِرَةً وَّرَحْمَةً ۗوَكَانَ اللّٰهُ
غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ
Darajātim minhu wa
magfirataw wa raḥmah(tan), wa kānallāhu gafūrar raḥīmā(n).
(Yaitu,)
beberapa derajat dari-Nya, serta ampunan dan rahmat. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
97
اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ ظَالِمِيْٓ
اَنْفُسِهِمْ قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْ ۗ قَالُوْا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِى
الْاَرْضِۗ قَالُوْٓا اَلَمْ تَكُنْ اَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا
فِيْهَا ۗ فَاُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًاۙ
Innal-lażīna
tawaffāhumul-malā'ikatu ẓālimī anfusihim qālū fīma kuntum, qālū kunnā
mustaḍ‘afīna fil-arḍ(i), qālū alam takun
arḍullāhi wāsi‘atan fa tuhājirū fīhā, fa ulā'ika
ma'wāhum jahannam(u), wa sā'at maṣīrā(n).
Sesungguhnya
orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi
dirinya,161) mereka (malaikat) bertanya, “Bagaimana
kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang tertindas di bumi
(Makkah).” Mereka (malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga
kamu dapat berhijrah di sana?” Maka, tempat mereka itu (neraka) Jahanam dan itu
seburuk-buruk tempat kembali.
Catatan
Kaki
161) Ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa
orang muslim yang tidak ikut hijrah ke Madinah dan terpaksa ikut dalam Perang
Badar di pihak pasukan musyrik, kemudian mereka terbunuh dalam perang itu
(Riwayat al-Bukhari).
98
اِلَّا الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ
وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ حِيْلَةً وَّلَا يَهْتَدُوْنَ سَبِيْلًاۙ
Illal-mustaḍ‘afīna minar-rijāli wan-nisā'i wal-wildāni lā yastaṭī‘ūna ḥīlataw wa lā yahtadūna sabīlā(n).
Kecuali, mereka yang
tertindas dari (kalangan) laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang tidak
berdaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah).
99
فَاُولٰۤىِٕكَ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّعْفُوَ عَنْهُمْ ۗ وَكَانَ
اللّٰهُ عَفُوًّا غَفُوْرًا
Fa ulā'ika ‘asallāhu
ay ya‘fuwa ‘anhum, wa kānallāhu ‘afuwwan gafūrā(n).
Mereka itu,
mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
100
۞ وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ
مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗوَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى
اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى
اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ
Wa may yuhājir fī
sabīlillāhi yajid fil-arḍi murāgaman kaṡīraw wa sa‘ah(tan), wa
may yakhruj mim baitihī muhājiran ilallāhi wa rasūlihī ṡumma yudrik-hul-mautu faqad waqa‘a ajruhū ‘alallāh(i), wa
kānallāhu gafūrar raḥīmā(n).
Siapa yang berhijrah
di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang banyak
dan kelapangan (rezeki dan hidup). Siapa yang keluar dari rumahnya untuk
berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian meninggal (sebelum sampai ke
tempat tujuan), sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
101
وَاِذَا ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ
اَنْ تَقْصُرُوْا مِنَ الصَّلٰوةِ ۖ اِنْ خِفْتُمْ اَنْ يَّفْتِنَكُمُ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْاۗ اِنَّ الْكٰفِرِيْنَ كَانُوْا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِيْنًا
Wa iżā ḍarabtum fil-arḍi fa laisa ‘alaikum junāḥun an taqṣurū minaṣ-ṣalāh(ti), in khiftum ay yaftinakumul-lażīna kafarū, innal-kāfirīna
kānū lakum ‘aduwwam mubīnā(n).
Apabila kamu bepergian
di bumi, maka tidak dosa bagimu untuk mengqasar salat jika kamu takut diserang
orang-orang yang kufur. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang
nyata bagimu.
102
وَاِذَا كُنْتَ فِيْهِمْ فَاَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلٰوةَ فَلْتَقُمْ
طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوْٓا اَسْلِحَتَهُمْ ۗ فَاِذَا
سَجَدُوْا فَلْيَكُوْنُوْا مِنْ وَّرَاۤىِٕكُمْۖ وَلْتَأْتِ طَاۤىِٕفَةٌ اُخْرٰى
لَمْ يُصَلُّوْا فَلْيُصَلُّوْا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوْا حِذْرَهُمْ
وَاَسْلِحَتَهُمْ ۚ وَدَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ تَغْفُلُوْنَ عَنْ
اَسْلِحَتِكُمْ وَاَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيْلُوْنَ عَلَيْكُمْ مَّيْلَةً وَّاحِدَةً
ۗوَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ كَانَ بِكُمْ اَذًى مِّنْ مَّطَرٍ اَوْ كُنْتُمْ
مَّرْضٰٓى اَنْ تَضَعُوْٓا اَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوْا حِذْرَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ
اَعَدَّ لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا
Wa iżā kunta fīhim fa
aqamta lahumuṣ-ṣalāta faltaqum ṭā'ifatum minhum ma‘aka walya'khużū asliḥatahum, fa iżā sajadū falyakūnū miw warā'ikum, walta'ti ṭā'ifatun ukhrā lam yuṣallū falyuṣallū ma‘aka walya'khużū ḥiżrahum wa asliḥatahum, waddal-lażīna kafarū lau tagfulūna ‘an asliḥatakum wa amti‘atikum, fa yamīlūna ‘alaikum mailataw wāḥidah(tan), wa lā junāḥa ‘alaikum in kāna
bikum ażam mim maṭarin au kuntum marḍā an taḍa‘ū asliḥatakum wa khużū ḥiżrakum, innallāha a‘adda lil-kāfirīna ‘ażābam muhīnā(n).
Apabila engkau (Nabi
Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu dan dalam keadaan takut
diserang), lalu engkau hendak melaksanakan salat bersama mereka, hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (salat) bersamamu dengan menyandang senjatanya.
Apabila mereka (yang salat bersamamu) telah sujud (menyempurnakan satu rakaat),
hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh). Lalu, hendaklah
datang golongan lain yang belum salat agar mereka salat bersamamu162) dan hendaklah mereka bersiap siaga dengan menyandang
senjatanya. Orang-orang yang kufur ingin agar kamu lengah terhadap senjata dan
harta bendamu, lalu mereka menyerbumu secara tiba-tiba. Tidak ada dosa bagimu
meletakkan senjata jika kamu mendapat suatu kesusahan, baik karena hujan maupun
karena sakit dan bersiap siagalah kamu.163) Sesungguhnya
Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir.
Catatan
Kaki
162) Salah satu cara salat khauf adalah jamaah
dibagi menjadi dua kelompok. Apabila imam telah menyelesaikan satu rakaat
bersama kelompok pertama, kelompok kedua melakukan rakaat itu dan imam dalam
keadaan menunggu. Begitu selanjutnya secara bergantian hingga kedua kelompok
tersebut melakukan salam bersama dengan imam. 163) Tata cara salat khauf
yang dijelaskan pada ayat ini dipraktikkan dalam kondisi yang masih
memungkinkan untuk mengerjakan salat. Apabila tidak memungkinkan, salat
dikerjakan sedapat-dapatnya.
103
فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا
وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا
الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا
مَّوْقُوْتًا
Fa iżā qaḍaitumuṣ-ṣalāta fażkurullāha qiyāmaw
wa qu‘ūdaw wa ‘alā junūbikum, fa iżaṭma'nantum fa aqīmuṣ-ṣalāh(ta), innaṣ-ṣalāta kānat ‘alal-mu'minīna kitābam mauqūtā(n).
Apabila kamu telah
menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya),
baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa
aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu
merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.
104
وَلَا تَهِنُوْا فِى ابْتِغَاۤءِ الْقَوْمِ ۗ اِنْ تَكُوْنُوْا
تَأْلَمُوْنَ فَاِنَّهُمْ يَأْلَمُوْنَ كَمَا تَأْلَمُوْنَ ۚوَتَرْجُوْنَ مِنَ
اللّٰهِ مَا لَا يَرْجُوْنَ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا ࣖ
Wa lā tahinū
fibtigā'il-qaum(i), in takūnū ta'lamūna fa innahum ya'lamūna kamā ta'lamūn(a),
wa tarjūna minallāhi mā lā yarjūn(a), wa kānallāhu ‘alīman ḥakīmā(n).
Janganlah kamu merasa
lemah dalam mengejar kaum itu (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan,
sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan sebagaimana yang kamu rasakan.
(Bahkan) kamu dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka
harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
105
اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ
بَيْنَ النَّاسِ بِمَآ اَرٰىكَ اللّٰهُ ۗوَلَا تَكُنْ لِّلْخَاۤىِٕنِيْنَ
خَصِيْمًا ۙ
Innā anzalnā
ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi litaḥkuma bainan-nāsi bimā
arākallāh(u), wa lā takun lil-khā'inīna khaṣīmā(n).
Sesungguhnya Kami
telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak agar
kamu memutuskan (perkara) di antara manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan
kepadamu. Janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena
(membela) para pengkhianat.164)
Catatan
Kaki
164) Ayat ini diturunkan terkait dengan kasus
pencurian yang dilakukan oleh Tu‘mah. Dia menyembunyikan barang curiannya di
rumah seorang Yahudi dan menuduh orang itulah yang telah mencurinya. Ketika
kerabat-kerabat Tu‘mah meminta agar Nabi Muhammad saw. membela Tu‘mah dan
menghukum orang Yahudi itu, Nabi Muhammad saw. hampir terpengaruh, tetapi Allah
Swt. menurunkan ayat ini dan melarangnya untuk membela pengkhianat.
106
وَّاسْتَغْفِرِ اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا
رَّحِيْمًاۚ
Wastagfirillāh(a),
innallāha kāna gafūrar raḥīmā(n).
Mohonlah ampunan
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
107
وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِيْنَ يَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَهُمْ ۗ
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا اَثِيْمًاۙ
Wa lā tujādil
‘anil-lażīna yakhtānūna anfusahum, innallāha lā yuḥibbu man kāna khawwānan aṡīmā(n).
Janganlah engkau (Nabi
Muhammad) berdebat untuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan
bergelimang dosa.
108
يَّسْتَخْفُوْنَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُوْنَ مِنَ اللّٰهِ
وَهُوَ مَعَهُمْ اِذْ يُبَيِّتُوْنَ مَا لَا يَرْضٰى مِنَ الْقَوْلِ ۗ وَكَانَ
اللّٰهُ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطًا
Yastakhfūna minan-nāsi
wa lā yastakhfūna minallāhi wa huwa ma‘ahum iż yubayyitūna mā lā yarḍā minal-qaul(i), wa kānallāhu bimā ya‘malūna muḥīṭā(n).
Mereka dapat
bersembunyi dari manusia, tetapi tidak dapat bersembunyi dari Allah. Dia
bersama (mengawasi) mereka ketika pada malam hari mereka menetapkan keputusan
rahasia yang tidak diridai-Nya. Allah Maha Meliputi apa yang mereka kerjakan.
109
هٰٓاَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ جَادَلْتُمْ عَنْهُمْ فِى الْحَيٰوةِ
الدُّنْيَاۗ فَمَنْ يُّجَادِلُ اللّٰهَ عَنْهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَمْ مَّنْ
يَّكُوْنُ عَلَيْهِمْ وَكِيْلًا
Hā'antum hā'ulā'i
jādaltum ‘anhum fil-ḥayātid-dun-yā, famay yujādilullāha ‘anhum
yaumal-qiyāmati am may yakūnu ‘alaihim wakīlā(n).
Begitulah kamu. Kamu
berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Akan tetapi, siapa
yang akan menentang Allah untuk (membela) mereka pada hari Kiamat? Atau,
siapakah yang menjadi pelindung mereka (dari azab Allah)?
110
وَمَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهٗ ثُمَّ
يَسْتَغْفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Wa may ya‘mal sū'an au
yaẓlim nafsahū ṡumma yastagfirillāha
yajidillāha gafūrar raḥīmā(n).
Siapa yang berbuat
kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian memohon ampunan kepada Allah,
niscaya akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
111
وَمَنْ يَّكْسِبْ اِثْمًا فَاِنَّمَا يَكْسِبُهٗ عَلٰى نَفْسِهٖ ۗ
وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Wa may yaksib iṡman fa innamā yaksibuhū ‘alā nafsih(ī),wa kānallāhu ‘alīman ḥakīmā(n).
Siapa yang berbuat
dosa sesungguhnya dia mengerjakannya untuk merugikan dirinya sendiri. Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
112
وَمَنْ يَّكْسِبْ خَطِيْۤـَٔةً اَوْ اِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهٖ
بَرِيْۤـًٔا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا ࣖ
Wa may yaksib khaṭī'atan au iṡman ṡumma yarmi bihī barī'an
fa qadiḥtamala buhtānaw wa iṡmam mubīnā(n).
Siapa yang berbuat
kesalahan atau dosa, kemudian menuduhkannya kepada orang yang tidak bersalah,
sungguh telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata.
113
وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهٗ لَهَمَّتْ
طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ اَنْ يُّضِلُّوْكَۗ وَمَا يُضِلُّوْنَ اِلَّآ
اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّوْنَكَ مِنْ شَيْءٍ ۗ وَاَنْزَلَ اللّٰهُ عَلَيْكَ
الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُۗ وَكَانَ فَضْلُ
اللّٰهِ عَلَيْكَ عَظِيْمًا
Wa lau lā faḍlullāhi ‘alaika wa raḥmatuhū lahammaṭ-ṭā'ifatum minhum ay yuḍillūk(a), wa mā yuḍillūna illā anfusahum
wa mā yaḍurrūnaka min syai'(in), wa anzalallāhu ‘alaikal-kitāba
wal-ḥikmata wa ‘allamaka mā lam takun ta‘lam(u), wa
kāna faḍlullāhi ‘alaika ‘aẓīmā(n).
Kalau bukan karena
karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (Nabi Muhammad), tentu segolongan dari
mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Akan tetapi, mereka tidak
menyesatkan, kecuali dirinya sendiri dan tidak membahayakanmu sedikit pun. Allah
telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunah) kepadamu serta telah
mengajarkan kepadamu apa yang tadinya belum kamu ketahui. Karunia Allah yang
dilimpahkan kepadamu itu sangat besar.
114
۞ لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ
بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ
ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا
Lā khaira fī kaṡīrim min najwāhum illā man amara biṣadaqatin au ma‘rūfin au iṣlāḥim bainan-nās(i), wa may yaf‘al żālikabtigā'a marḍātillāhi fa saufa nu'tīhi ajran ‘aẓīmā(n).
Tidak ada kebaikan
pada banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali (pada pembicaraan rahasia)
orang yang menyuruh bersedekah, (berbuat) kebaikan, atau mengadakan perdamaian
di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari rida Allah kelak
Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar.
115
وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ
الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى
وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا ࣖ
Wa may
yusyāqiqir-rasūla mim ba‘di mā tabayyana lahul-hudā wa yattabi‘ gaira
sabīlil-mu'minīna nuwallihī mā tawallā wa nuṣlihī jahannam(a), wa sā'at
maṣīrā(n).
Siapa yang menentang
Rasul (Nabi Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dalam kesesatannya dan akan Kami
masukkan ke dalam (neraka) Jahanam. Itu seburuk-buruk tempat kembali.
116
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا
دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Innallāha lā yagfiru
ay yusyraka bihī wa yagfiru mā dūna żālika limay yasyā'(u), wa may yusyrik
billāhi faqad ḍalla ḍalālam ba‘īdā(n).
Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia
mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah tersesat jauh.
117
اِنْ يَّدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اِنٰثًاۚ وَاِنْ
يَّدْعُوْنَ اِلَّا شَيْطٰنًا مَّرِيْدًاۙ
Iy yad‘ūna min dūnihī
illā ināṡā(n), wa iy yad‘ūna illā syaiṭānam marīdā(n).
Mereka tidak menyembah
selain Dia, kecuali berhala dan mereka juga tidak menyembah, kecuali setan yang
durhaka.
118
لَّعَنَهُ اللّٰهُ ۘ وَقَالَ لَاَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ
نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًاۙ
La‘anahullāh(u), wa
qāla la'attakhiżanna min ‘ibādika naṣībam mafrūḍā(n).
Allah melaknatnya. Dia
(setan) berkata, “Aku benar-benar akan mengambil bagian tertentu dari
hamba-hamba-Mu.165)
Catatan
Kaki
165) Maksudnya, setan akan berusaha menyesatkan
manusia, kecuali orang-orang mukmin pilihan Allah Swt. (lihat surah al-Ḥijr [15]: 40 dan Saba’ [34]: 20).
119
وَّلَاُضِلَّنَّهُمْ وَلَاُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ
فَلَيُبَتِّكُنَّ اٰذَانَ الْاَنْعَامِ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ
اللّٰهِ ۗوَمَنْ يَّتَّخِذِ الشَّيْطٰنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَقَدْ
خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِيْنًا
Wa la'uḍillannahum wa la'umanniyannahum wa la'āmurannahum fa
layubattikunna āżānal-an‘āmi wa la'āmurannahum fa layugayyirunna khalqallāh(i),
wa may yattakhiżisy-syaiṭāna waliyyam min dūnillāhi faqad khasira khusrānam
mubīnā(n).
Aku benar-benar akan
menyesatkan mereka, membangkitkan angan-angan kosong mereka, menyuruh mereka
(untuk memotong telinga-telinga binatang ternaknya) hingga mereka benar-benar
memotongnya,166) dan menyuruh mereka (mengubah ciptaan
Allah) hingga benar-benar mengubahnya.”167) Siapa yang
menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah sungguh telah menderita
kerugian yang nyata.
Catatan
Kaki
166) Maksudnya, setan benar-benar akan menyesatkan
manusia dengan mengharamkan binatang ternak yang dihalalkan Allah Swt. atau
menghalalkan yang diharamkan Allah Swt., seperti dalam kepercayaan Arab
Jahiliah tentang baḥīrah, sā’ibah, waṣīlah, dan ḥām (lihat surah al-Mā’idah [5]: 103). 167) Mengubah ciptaan Allah bisa berarti mengubah fisik, seperti
mengganti jenis kelamin, atau mengubah ciptaan dalam batin manusia, seperti
mengubah fitrah (Islam) dengan menganut agama lain.
120
يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيْهِمْۗ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطٰنُ اِلَّا
غُرُوْرًا
Ya‘iduhum wa
yumannīhim, wa mā ya‘iduhumusy-syaiṭānu illā gurūrā(n).
(Setan)
memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong
mereka. Padahal, setan tidak menjanjikan kepada mereka, kecuali tipuan belaka.
121
اُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُۖ وَلَا يَجِدُوْنَ عَنْهَا
مَحِيْصًا
Ulā'ika ma'wāhum
jahannam(u), wa lā yajidūna ‘anhā maḥīṣā(n).
Mereka (yang tertipu)
itu tempatnya di (neraka) Jahanam dan tidak akan menemukan tempat (lain untuk)
lari darinya.
122
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ
جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ وَعْدَ
اللّٰهِ حَقًّا ۗوَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ قِيْلًا
Wal-lażīna āmanū wa
‘amiluṣ-ṣāliḥāti sanudkhiluhum jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā abadā(n), wa‘dallāhi ḥaqqā(n), wa man aṣdaqu minallāhi qīlā(n).
Orang-orang yang
beriman dan beramal saleh akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Janji Allah
itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?
123
لَيْسَ بِاَمَانِيِّكُمْ وَلَآ اَمَانِيِّ اَهْلِ الْكِتٰبِ ۗ
مَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا يُّجْزَ بِهٖۙ وَلَا يَجِدْ لَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ
وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا
Laisa bi'amāniyyikum
wa lā amāniyyi ahlil-kitāb(i), may ya‘mal sū'ay yujza bih(ī), wa lā yajid lahū
min dūnillāhi waliyyaw wa lā naṣīrā(n).
(Pahala
dari Allah) bukanlah (menurut) angan-anganmu168) dan bukan (pula
menurut) angan-angan Ahlulkitab. Siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan
dibalas sesuai dengan (kejahatan itu) dan dia tidak akan menemukan untuknya
pelindung serta penolong selain Allah.
Catatan
Kaki
168) Kata angan-anganmu dalam ayat ini menurut
sebagian ahli tafsir merujuk kepada umat Islam, tetapi ada juga yang meyakini
bahwa kata itu merujuk kepada kaum musyrik. Maksudnya adalah bahwa pahala di
akhirat tidak menurut angan-angan mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan agama.
124
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى
وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ
نَقِيْرًا
Wa may ya‘mal minaṣ-ṣāliḥāti min żakarin au unṡā wa huwa mu'minun fa ulā'ika yadkhulūnal-jannata wa lā yuẓlamūna naqīrā(n).
Siapa yang beramal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia beriman, akan masuk ke
dalam surga dan tidak dizalimi sedikit pun.
125
وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ
وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ
اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا
Wa man aḥsanu dīnam mimman aslama wajhahū lillāhi wa huwa muḥsinuw wattaba‘a millata ibrāhīma ḥanīfā(n),
wattakhażallāhu ibrāhīma khalīlā(n).
Siapakah yang lebih
baik agamanya daripada orang yang memasrahkan dirinya kepada Allah, sedangkan
dia muhsin (orang yang berbuat kebaikan) dan mengikuti agama Ibrahim yang
hanif? Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih(-Nya).
126
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ
اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطًا ࣖ
Wa lillāhi mā
fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wa kānallāhu bikulli syai'im muḥīṭā(n).
Hanya milik Allah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Meliputi segala
sesuatu.
127
وَيَسْتَفْتُوْنَكَ فِى النِّسَاۤءِۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ
فِيْهِنَّ ۙوَمَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ فِيْ يَتٰمَى النِّسَاۤءِ
الّٰتِيْ لَا تُؤْتُوْنَهُنَّ مَا كُتِبَ لَهُنَّ وَتَرْغَبُوْنَ اَنْ
تَنْكِحُوْهُنَّ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْوِلْدَانِۙ وَاَنْ تَقُوْمُوْا
لِلْيَتٰمٰى بِالْقِسْطِ ۗوَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ
بِهٖ عَلِيْمًا
Wa yastaftūnaka
fin-nisā'(i), qulillāhu yuftīkum fīhinn(a), wa mā yutlā ‘alaikum fil-kitābi fī
yatāman-nisā'il-lātī lā tu'tūnahunna mā kutiba lahunna wa targabūna an tankiḥūhunna wal-mustaḍ‘afīna minal-wildān(i), wa an taqūmū lil-yatāmā
bil-qisṭ(i), wa mā taf‘alū min khairin fa innallāha kāna
bihī ‘alīmā(n).
Mereka meminta fatwa
kepada engkau (Nabi Muhammad) tentang perempuan. Katakanlah, “Allah memberi
fatwa kepadamu tentang mereka,169) dan apa yang
dibacakan kepadamu dalam Al-Qur’an tentang para perempuan yatim yang tidak kamu
berikan sesuatu (maskawin) yang ditetapkan untuk mereka, sedangkan kamu ingin
menikahi mereka,170) serta (tentang) anak-anak yang tidak
berdaya. (Allah juga memberi fatwa kepadamu) untuk mengurus anak-anak yatim
secara adil. Kebajikan apa pun yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahuinya.
Catatan
Kaki
169) Lihat surah an-Nisā’ (4): 2‒3. 170) Menurut adat Arab Jahiliah, seorang wali
berkuasa atas perempuan yatim yang dalam asuhannya dan berkuasa atas hartanya.
Jika perempuan yatim itu cantik, wali akan menikahi dan menguasai hartanya. Jika
perempuan yatim itu buruk rupanya, wali menghalanginya menikah dengan laki-laki
lain agar dia tetap dapat menguasai hartanya. Ayat ini melarang kebiasaan itu.
128
وَاِنِ امْرَاَةٌ خَافَتْ مِنْۢ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ
اِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا
ۗوَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗوَاُحْضِرَتِ الْاَنْفُسُ الشُّحَّۗ وَاِنْ تُحْسِنُوْا
وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Wa inimra'atun khāfat
mim ba‘lihā nusyūzan au i‘rāḍan falā junāḥa ‘alaihimā ay yuṣliḥā bainahumā ṣulḥā(n), waṣ-ṣulḥu khair(un), wa uḥḍiratil-anfususy-syuḥḥ(a), wa in tuḥsinū wa tattaqū fa innallāha kāna bimā ta‘malūna
khabīrā(n).
Jika seorang perempuan
khawatir suaminya akan nusyuz171) atau bersikap
tidak acuh, keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya.172) Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka), walaupun manusia
itu menurut tabiatnya kikir.173) Jika kamu
berbuat kebaikan dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tidak acuh)
sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Catatan
Kaki
171) Lihat arti nusyuz bagi pihak istri dalam
catatan kaki surah an-Nisā’ (4): 34. Nusyuz dari pihak suami ialah bersikap
keras terhadap istrinya, tidak mau menggaulinya, dan tidak mau memberikan
haknya. 172) Contohnya, istri bersedia dikurangi beberapa
haknya asal suami mau kembali berbaik-baik dengannya. 173) Sudah menjadi tabiat manusia untuk enggan melepaskan sebagian
haknya kepada orang lain dengan seikhlas hatinya. Kendatipun demikian, jika
istri melepaskan sebagian haknya, suami diperbolehkan menerimanya.
129
وَلَنْ تَسْتَطِيْعُوْٓا اَنْ تَعْدِلُوْا بَيْنَ النِّسَاۤءِ
وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيْلُوْا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوْهَا
كَالْمُعَلَّقَةِ ۗوَاِنْ تُصْلِحُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ
غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Wa lan tastaṭī‘ū an ta‘dilū bainan-nisā'i wa lau ḥaraṣtum falā tamīlū kullal-maili fa tażarūhā
kal-mu‘allaqah(ti), wa in tuṣliḥū wa tattaqū fa innallāha
kāna gafūrar raḥīmā(n).
Kamu sekali-kali tidak
akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(-mu) walaupun kamu sangat ingin
berbuat demikian. Oleh karena itu, janganlah kamu terlalu cenderung (kepada
yang kamu cintai) sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Jika kamu
mengadakan islah (perbaikan) dan memelihara diri (dari kecurangan),
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
130
وَاِنْ يَّتَفَرَّقَا يُغْنِ اللّٰهُ كُلًّا مِّنْ سَعَتِهٖۗ
وَكَانَ اللّٰهُ وَاسِعًا حَكِيْمًا
Wa iy yatafarraqā
yugnillāhu kullam min sa‘atih(ī), wa kānallāhu wāsi‘an ḥakīmā(n).
Jika keduanya
bercerai, Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari keluasan
(karunia)-Nya. Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.
131
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَلَقَدْ
وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ
اتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا
فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا
Wa lillāhi mā
fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wa laqad waṣṣainal-lażīna ūtul-kitāba
min qablikum wa iyyākum anittaqullāh(a), wa in takfurū fa inna lillāhi mā
fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wa kānallāhu ganiyyan ḥamīdā(n).
Hanya milik Allah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Sungguh, Kami telah mewasiatkan
kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu
(umat Islam) agar bertakwa kepada Allah. Akan tetapi, jika kamu kufur, maka
sesungguhnya hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
132
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗوَكَفٰى
بِاللّٰهِ وَكِيْلًا
Wa lillāhi mā
fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wa kafā billāhi wakīlā(n).
Hanya milik Allah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pemelihara.
133
اِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ اَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ
بِاٰخَرِيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى ذٰلِكَ قَدِيْرًا
Iy yasya' yużhibkum
ayyuhan-nāsu wa ya'ti bi'ākharīn(a), wa kānallāhu ‘alā żālika qadīrā(n).
Jika Dia menghendaki,
niscaya Dia musnahkan kamu semua wahai manusia, dan Dia datangkan (umat) yang
lain (sebagai penggantimu). Allah Maha Kuasa berbuat demikian.
134
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّٰهِ ثَوَابُ
الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا ࣖ
Man kāna yurīdu ṡawābad-dun-yā fa ‘indallāhi ṡawābud-dun-yā wal-ākhirah(ti),
wa kānallāhu samī‘am baṣīrā(n).
Siapa yang menghendaki
pahala dunia, maka di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.
135
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ
بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ
وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى
بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ
تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū kūnū qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā'a lillāhi wa lau ‘alā anfusikum
awil-wālidaini wal-aqrabīn(a), iy yakun ganiyyan au faqīran fallāhu aulā
bihimā, falā tattabi‘ul-hawā an ta‘dilū, wa in talwū au tu‘riḍū fa innallāha kāna bimā ta‘malūna khabīrā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu penegak keadilan dan saksi karena Allah, walaupun
kesaksian itu memberatkan dirimu sendiri, ibu bapakmu, atau kerabatmu. Jika dia
(yang diberatkan dalam kesaksian) kaya atau miskin, Allah lebih layak tahu
(kemaslahatan) keduanya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang (dari kebenaran). Jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
berpaling (enggan menjadi saksi), sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap
segala apa yang kamu kerjakan.
136
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ
وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ
الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ
وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū āminū billāhi wa rasūlihī wal-kitābil-lażī nazzala ‘alā rasūlihī
wal-kitābil-lażī anzala min qabl(u), wa may yakfur billāhi wa malā'ikatihī wa
kutubihī wa rusulihī wal-yaumil-ākhiri faqad ḍalla ḍalālam ba‘īdā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya (Nabi Muhammad), Kitab
(Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan
sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh.
137
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا ثُمَّ اٰمَنُوْا ثُمَّ
كَفَرُوْا ثُمَّ ازْدَادُوْا كُفْرًا لَّمْ يَكُنِ اللّٰهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ
وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيْلًاۗ
Innal-lażīna āmanū ṡumma kafarū ṡumma āmanū ṡumma kafarū ṡummazdādū kufral lam yakunillāhu liyagfira lahum wa lā
liyahdiyahum sabīlā(n).
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, lalu kufur, kemudian beriman (lagi), kemudian kufur
(lagi), lalu bertambah kekufurannya, Allah tidak akan mengampuninya dan tidak
(pula) menunjukkan kepadanya jalan (yang lurus).
138
بَشِّرِ الْمُنٰفِقِيْنَ بِاَنَّ لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًاۙ
Basysyiril-munāfiqīna
bi'anna lahum ‘ażāban alīmā(n).
Berilah kabar
‘gembira’ kepada orang-orang munafik bahwa sesungguhnya bagi mereka azab yang
sangat pedih.
139
ۨالَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ
الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ اَيَبْتَغُوْنَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَاِنَّ الْعِزَّةَ
لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ
Al-lażīna
yattakhiżūnal-kāfirīna auliyā'a min dūnil-mu'minīn(a), ayabtagūna
‘indahumul-‘izzata fa innal-‘izzata lillāhi jamī‘ā(n).
(Yaitu)
orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung174) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka
mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? (Ketahuilah) sesungguhnya semua
kemuliaan itu milik Allah.
Catatan
Kaki
174) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
140
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ
اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَاُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ
حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖٓ ۖ اِنَّكُمْ اِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ
اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْكٰفِرِيْنَ فِيْ جَهَنَّمَ جَمِيْعًاۙ
Wa qad nazzala
‘alaikum fil-kitābi an iżā sami‘tum āyātillāhi yukfaru bihā wa yustahza'u bihā
falā taq‘udū ma‘ahum ḥattā yakhūḍū fī ḥadīṡin gairih(ī), innakum iżam miṡlahum, innallāha jāmi‘ul-munāfiqīna wal-kāfirīna fī jahannama
jamī‘ā(n).
Sungguh, Allah telah
menurunkan (ketentuan) bagimu dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu
mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir), janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka memasuki pembicaraan
yang lain. Sesungguhnya kamu (apabila tetap berbuat demikian) tentulah serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan
orang kafir di (neraka) Jahanam.
141
ۨالَّذِيْنَ يَتَرَبَّصُوْنَ بِكُمْۗ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ
مِّنَ اللّٰهِ قَالُوْٓا اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْ ۖ وَاِنْ كَانَ لِلْكٰفِرِيْنَ
نَصِيْبٌ قَالُوْٓا اَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِّنَ
الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلَنْ
يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا ࣖ
Al-lażīna yatarabbaṣūna bikum, fa in kāna lakum fatḥum minallāhi qālū alam
nakum ma‘akum, wa in kāna lil-kāfirīna naṣībun qālū alam nastaḥwiż ‘alaikum wa namna‘kum minal-mu'minīn(a), fallāhu yaḥkumu bainakum yaumal-qiyāmah(ti), wa lay yaj‘alallāhu lil-kāfirīna
‘alal-mu'minīna sabīlā(n).
(Mereka
itu adalah) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada
dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah, mereka berkata, “Bukankah
kami (turut berperang) bersamamu?” Jika orang-orang kafir mendapat bagian (dari
kemenangan), mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu dan membela
kamu dari orang-orang mukmin?” Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada
hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan
orang-orang mukmin.
142
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ
وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ
وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ
Innal-munāfiqīna
yukhādi‘ūnallāha wa huwa khādi‘uhum, wa iżā qāmū ilaṣ-ṣalāti qāmū kusālā, yurā'ūnan-nāsa wa lā yażkurūnallāha
illā qalīlā(n).
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan
mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka).
Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud
riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit
sekali.
143
مُّذَبْذَبِيْنَ بَيْنَ ذٰلِكَۖ لَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَآ
اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا
Mużabżabīna baina
żālik(a), lā ilā ha'ulā'i wa lā ilā ha'ulā'(i), wa may yuḍlilillāhu falan tajida lahū sabīlā(n).
Mereka (orang-orang
munafik) dalam keadaan ragu antara yang demikian (iman atau kafir), tidak
termasuk golongan (orang beriman) ini dan tidak (pula) golongan (orang kafir)
itu. Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah (karena tidak mengikuti tuntunan-Nya
dan memilih kesesatan), kamu tidak akan menemukan jalan (untuk memberi
petunjuk) baginya.
144
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْكٰفِرِيْنَ
اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ اَتُرِيْدُوْنَ اَنْ تَجْعَلُوْا
لِلّٰهِ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا مُّبِيْنًا
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū lā tattakhiżul-kāfirīna auliyā'a min dūnil-mu'minīn(a), aturīdūna an
taj‘alū lillāhi ‘alaikum sulṭānam mubīnā(n).
Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia175) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin
memberi alasan yang jelas bagi Allah (untuk menjatuhkan hukuman) atasmu?
Catatan
Kaki
175) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
145
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ
وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙ
Innal-munāfiqīna
fid-darkil-asfali minan-nār(i), wa lan tajida lahum naṣīrā(n).
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) di tingkat paling bawah dari neraka. Kamu
tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.
146
اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا
بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ
وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا
Illal-lażīna tābū wa aṣlaḥū wa‘taṣamū billāhi wa akhlaṣū dīnahum lillāhi fa ulā'ika ma‘al-mu'minīn(a), wa saufa yu'tillāhul
mu'minīna ajran ‘aẓīmā(n).
Kecuali, orang-orang
yang bertobat, memperbaiki diri,176) berpegang teguh
pada (agama) Allah, dan dengan ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah,
mereka itu bersama orang-orang mukmin. Kelak Allah akan memberikan pahala yang
besar kepada orang-orang mukmin.
Catatan
Kaki
176) Lihat catatan kaki surah al-Baqarah (2): 160.
147
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَابِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰمَنْتُمْۗ
وَكَانَ اللّٰهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا ۔
Mā yaf‘alullāhu
bi‘ażābikum in syakartum wa āmantum, wa kānallāhu syākiran ‘alīmā(n).
Allah tidak akan
menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Allah Maha Mensyukuri177) lagi Maha Mengetahui.
Catatan
Kaki
177) Allah Maha Mensyukuri berarti memberi pahala
terhadap amal hamba-Nya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmat-Nya, dan
lain-lain.
148
۞ لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الْجَهْرَ بِالسُّوْۤءِ مِنَ الْقَوْلِ
اِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًا عَلِيْمًا
Lā yuḥibbullāhul-jahra bis-sū'i minal-qauli illā man ẓulim(a), wa kānallāhu samī‘an ‘alīmā(n).
Allah tidak menyukai
perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang, kecuali oleh orang yang
dizalimi.178) Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Catatan
Kaki
178) Orang yang dizalimi boleh mengemukakan kepada
hakim atau penguasa tentang keburukan-keburukan orang yang menzaliminya.
149
اِنْ تُبْدُوْا خَيْرًا اَوْ تُخْفُوْهُ اَوْ تَعْفُوْا عَنْ
سُوْۤءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيْرًا
In tubdū khairan au
tukhfūhu au ta‘fū ‘an sū'in fa innallāha kāna ‘afuwwan qadīrā(n).
Jika kamu menampakkan
atau menyembunyikan suatu kebaikan atau memaafkan suatu kesalahan, sesungguhnya
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.
150
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ
وَيُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّفَرِّقُوْا بَيْنَ اللّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ
نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَّنَكْفُرُ بِبَعْضٍۙ وَّيُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَّخِذُوْا
بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيْلًاۙ
Innal-lażīna yakfurūna
billāhi wa rusulihī wa yurīdūna ay yufarriqū bainallāhi wa rusulihī wa yaqūlūna
nu'minu biba‘ḍin wa nakfuru biba‘ḍ(in), wa yurīdūna ay yattakhiżū baina żālika sabīlā(n).
Sesungguhnya
orang-orang yang kufur kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan bermaksud
membeda-bedakan179) antara (keimanan kepada) Allah dan
rasul-rasul-Nya dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami
mengingkari sebagian (yang lain),” serta bermaksud mengambil jalan tengah
antara itu (keimanan atau kekufuran),
Catatan
Kaki
179) Maksud membeda-bedakan dalam ayat ini adalah
hanya beriman kepada Allah Swt., tetapi tidak beriman kepada rasul-rasul-Nya.
151
اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ حَقًّا ۚوَاَعْتَدْنَا
لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا
Ulā'ika humul-kāfirūna
ḥaqqā(n), wa a‘tadnā lil-kāfirīna ‘ażābam muhīnā(n).
merekalah orang-orang
kafir yang sebenarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang
menghinakan.
152
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَلَمْ يُفَرِّقُوْا
بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْ اُولٰۤىِٕكَ سَوْفَ يُؤْتِيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ ۗوَكَانَ
اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ
Wal-lażīna āmanū
billāhi wa rusulihī wa lam yufarriqū baina aḥadim minhum ulā'ika
saufa nu'tīhim ujūrahum, wa kānallāhu gafūrar raḥīmā(n).
Adapun orang-orang
yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang
pun di antara mereka (para rasul), kelak Allah akan memberikan pahala kepada
mereka. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
153
يَسْـَٔلُكَ اَهْلُ الْكِتٰبِ اَنْ تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتٰبًا
مِّنَ السَّمَاۤءِ فَقَدْ سَاَلُوْا مُوْسٰٓى اَكْبَرَ مِنْ ذٰلِكَ فَقَالُوْٓا
اَرِنَا اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْۚ ثُمَّ
اتَّخَذُوا الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ فَعَفَوْنَا
عَنْ ذٰلِكَ ۚ وَاٰتَيْنَا مُوْسٰى سُلْطٰنًا مُّبِيْنًا
Yas'aluka ahlul-kitābi
an tunazzila ‘alaihim kitābam minas-samā'i faqad sa'alū mūsā akbara min żālika
fa qālū arinallāha jahratan fa akhażathumuṣ-ṣā‘iqatu bi ẓulmihim, ṡummattakhażul-‘ijla
mim ba‘di mā jā'athumul-bayyinātu fa ‘afaunā ‘an żālik(a), wa ātainā mūsā sulṭānam mubīnā(n).
Ahlulkitab180) meminta kepadamu (Nabi Muhammad) agar engkau menurunkan
sebuah kitab dari langit kepada mereka. Sungguh, mereka telah meminta kepada
Musa yang lebih besar daripada itu. Mereka berkata, “Perlihatkanlah Allah
kepada kami secara nyata.” Maka, petir menyambar mereka karena kezalimannya.
Kemudian, mereka menjadikan anak sapi181) (sebagai
sembahan), (padahal) telah datang kepada mereka bukti-bukti (ketauhidan) yang
nyata, lalu Kami memaafkan yang demikian itu. Kami telah menganugerahkan kepada
Musa kekuasaan yang nyata.
Catatan
Kaki
180) Ahlulkitab yang dimaksud pada ayat ini adalah
orang-orang Yahudi. 181) Patung anak sapi itu mereka buat dari emas
untuk disembah.
154
وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّوْرَ بِمِيْثَاقِهِمْ وَقُلْنَا
لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوْا فِى
السَّبْتِ وَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا
Wa rafa‘nā fauqahumuṭ ṭūra bimīṡāqihim wa qulnā
lahumudkhulul-bāba sujjadaw wa qulnā lahum lā ta‘dū fis-sabti wa akhażnā minhum
mīṡāqan galīẓā(n).
Kami pun telah
mengangkat gunung (Sinai) di atas mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka.182) Kami perintahkan kepada mereka, “Masukilah pintu gerbang
(Baitulmaqdis) itu sambil bersujud”. Kami perintahkan pula kepada mereka,
“Janganlah melanggar (peraturan) pada hari Sabat.” Kami telah mengambil dari
mereka perjanjian yang kukuh.
Catatan
Kaki
182) Pengangkatan gunung itu dimaksudkan sebagai
ancaman kepada Bani Israil agar selalu menepati janji mereka untuk melaksanakan
ajaran Taurat.
155
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ
وَقَتْلِهِمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَّقَوْلِهِمْ قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ
بَلْ طَبَعَ اللّٰهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ
Fabimā naqḍihim mīṡāqahum wa kufrihim bi'āyātillāhi wa
qatlihimul-ambiyā'a bigairi ḥaqqiw wa qaulihim qulūbunā gulf(un), bal ṭaba‘allāhu ‘alaihā bikufrihim falā yu'minūna illā qalīlā(n).
Maka, (Kami hukum
mereka)183) karena mereka melanggar perjanjian itu,
kafir terhadap keterangan-keterangan Allah, membunuh nabi-nabi tanpa hak
(alasan yang benar), dan mengatakan, “Hati kami tertutup.” Sebenarnya Allah
telah mengunci hati mereka karena kekufurannya. Maka, mereka tidak beriman
kecuali hanya sebagian kecil (dari mereka).
Catatan
Kaki
183) Mereka disambar petir, dijelmakan menjadi
kera, dan sebagainya.
156
وَّبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلٰى مَرْيَمَ بُهْتَانًا
عَظِيْمًاۙ
Wa bikufrihim wa
qaulihim ‘alā maryama buhtānan ‘aẓīmā(n).
(Kami
juga menghukum mereka) karena kekufuran mereka dan tuduhan mereka terhadap
Maryam dengan tuduhan palsu lagi sangat keji.
157
وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ
مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ
لَهُمْ ۗوَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗمَا لَهُمْ
بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ
Wa qaulihim innā
qatalnal-masīḥa ‘īsabna maryama rasūlallāh(i), wa mā qatalūhu
wa mā ṣalabūhu wa lākin syubbiha lahum, wa innal-lażīnakhtalafū
fīhi lafī syakkim minh(u), mā lahum bihī min ‘ilmin illattibā‘aẓ-ẓanni wa mā qatalūhu yaqīnā(n).
(Kami
menghukum pula mereka) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh
Almasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,”184) padahal mereka
tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
adalah) orang yang menurut mereka menyerupai (Isa). Sesungguhnya mereka yang
berselisih pendapat tentangnya (pembunuhan Isa), selalu dalam keragu-raguan
terhadapnya. Mereka benar-benar tidak mengetahui (siapa sebenarnya yang dibunuh
itu), kecuali mengikuti persangkaan belaka. (Jadi,) mereka tidak yakin telah
membunuhnya.
Catatan
Kaki
184) Ayat ini merupakan bantahan terhadap anggapan
Ahlulkitab bahwa Nabi Isa a.s. meninggal di tiang salib.
158
بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا
حَكِيْمًا
Bar rafa‘ahullāhu
ilaih(i), wa kānallāhu ‘azīzan ḥakīmā(n).
Akan tetapi, Allah
telah mengangkatnya (Isa) ke hadirat-Nya.185) Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Catatan
Kaki
185) Ayat ini sebagai bantahan terhadap anggapan
orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa a.s.
159
وَاِنْ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهٖ قَبْلَ
مَوْتِهٖ ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًاۚ
Wa im min ahlil-kitābi
illā layu'minanna bihī qabla mautih(ī), wa yaumal-qiyāmati yakūnu ‘alaihim
syahīdā(n).
Tidak ada seorang pun
di antara Ahlulkitab, kecuali beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya.186) Pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.
Catatan
Kaki
186) Menurut ayat ini, setiap orang Yahudi dan
Nasrani, pada saat sakratulmaut, akan beriman bahwa Nabi Isa a.s. adalah utusan
Allah Swt. dan bukan anak Allah, tetapi keimanannya itu sudah tidak berguna
lagi.
160
فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ
طَيِّبٰتٍ اُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَثِيْرًاۙ
Fa biẓulmim minal-lażīna hādū ḥarramnā ‘alaihim ṭayyibātin uḥillat lahum wa biṣaddihim ‘an sabīlillāhi kaṡīrā(n).
Karena kezaliman
orang-orang Yahudi, Kami mengharamkan atas mereka (makanan-makanan) yang baik
yang (dahulu) pernah dihalalkan bagi mereka; juga karena mereka sering
menghalangi (orang lain) dari jalan Allah,
161
وَّاَخْذِهِمُ الرِّبٰوا وَقَدْ نُهُوْا عَنْهُ وَاَكْلِهِمْ
اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۗوَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ مِنْهُمْ عَذَابًا
اَلِيْمًا
Wa akhżihimur-ribā wa
qad nuhū ‘anhu wa aklihim amwālan-nāsi bil-bāṭil(i), wa a‘tadnā
lil-kāfirīna minhum ‘ażāban alīmā(n).
melakukan riba,
padahal sungguh mereka telah dilarang darinya; dan memakan harta orang dengan
cara tidak sah (batil). Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka
azab yang sangat pedih.
162
لٰكِنِ الرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُؤْمِنُوْنَ
يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ
وَالْمُقِيْمِيْنَ الصَّلٰوةَ وَالْمُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَالْمُؤْمِنُوْنَ
بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ اُولٰۤىِٕكَ سَنُؤْتِيْهِمْ اَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ
Lākinir-rāsikhūna
fil-‘ilmi minhum wal-mu'minūna yu'minūna bimā unzila ilaika wa mā unzila min
qablika wal-muqīmīnaṣ-ṣalāta wal-mu'tūnaz-zakāta
wal-mu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhir(i), ulā'ika sanu'tīhim ajran ‘aẓīmā(n).
Akan tetapi,
orang-orang yang ilmunya mendalam di antara mereka dan orang-orang mukmin
beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan pada
(kitab-kitab) yang diturunkan sebelummu. (Begitu pula) mereka yang melaksanakan
salat, yang menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah serta hari Akhir.
Kepada mereka akan Kami berikan pahala yang besar.
163
۞ اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ
وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ
وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ
وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ
Innā auḥainā ilaika kamā auḥainā ilā nūḥiw wan-nabiyyīna mim ba‘dih(ī), wa auḥainā ilā ibrāhīma wa ismā‘īla wa isḥāqa wa ya‘qūba wal-asbāṭi wa ‘īsā wa ayyūba wa
yūnusa wa hārūna wa sulaimān(a), wa ātainā dāwūda zabūrā(n).
Sesungguhnya Kami
telah mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan
kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya. Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim,
Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunan(-nya), Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan
Sulaiman. Kami telah memberikan (Kitab) Zabur kepada Daud.
164
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ
نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۗوَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ
Wa rusulan qad qaṣaṣnāhum ‘alaika wa rusulal lam naqṣuṣhum ‘alaik(a), wa kallamallāhu mūsā taklīmā(n).
Ada beberapa rasul
yang telah Kami ceritakan (kisah) tentang mereka kepadamu sebelumnya dan ada
(pula) beberapa rasul (lain) yang tidak Kami ceritakan (kisah) tentang mereka
kepadamu. Allah telah benar-benar berbicara kepada Musa (secara langsung).187)
Catatan
Kaki
187) Di antara keistimewaan Nabi Musa a.s. adalah
dapat berbicara dengan Allah Swt. secara langsung sehingga disebut kalīmullāh.
Semua nabi yang lain menerima firman Allah Swt. melalui perantaraan Jibril,
kecuali Nabi Muhammad saw. yang dapat berbicara langsung dengan Allah Swt. pada
waktu mikraj.
165
رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ
لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا
حَكِيْمًا
Rusulam mubasysyirīna
wa munżirīna li'allā yakūna lin-nāsi ‘alallāhi ḥujjatum ba‘dar-rusul(i),
wa kānallāhu ‘azīzan ḥakīmā(n).
(Kami
mengutus) rasul-rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul
itu (diutus). Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
166
لٰكِنِ اللّٰهُ يَشْهَدُ بِمَآ اَنْزَلَ اِلَيْكَ اَنْزَلَهٗ
بِعِلْمِهٖ ۚوَالْمَلٰۤىِٕكَةُ يَشْهَدُوْنَ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًاۗ
Lākinillāhu yasyhadu
bimā anzala ilaika anzalahū bi‘ilmih(ī), wal-malā'ikatu yasyhadūn(a), wa kafā
billāhi syahīdā(n).
Akan tetapi, Allah
bersaksi atas apa (Al-Qur’an) yang telah diturunkan-Nya kepadamu (Nabi
Muhammad). Dia menurunkannya dengan ilmu-Nya. (Demikian pula) para malaikat pun
bersaksi. Cukuplah Allah menjadi saksi.
167
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ قَدْ
ضَلُّوْا ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Innal-lażīna kafarū wa
ṣaddū ‘an sabīlillāhi qad ḍallū ḍalālam ba‘īdā(n).
Sesungguhnya
orang-orang yang kufur dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah,
benar-benar telah tersesat jauh.
168
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَظَلَمُوْا لَمْ يَكُنِ اللّٰهُ
لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيْقًاۙ
Innal-lażīna kafarū wa
ẓalamū lam yakunillāhu liyagfira lahum wa lā
liyahdiyahum ṭarīqā(n).
Sesungguhnya
orang-orang yang kufur dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni
mereka dan tidak akan menunjukkan kepada mereka jalan apa pun,
169
اِلَّا طَرِيْقَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗوَكَانَ
ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا
Illā ṭarīqa jahannama khālidīna fīhā abadā(n), wa kāna żālika
‘alallāhi yasīrā(n).
kecuali jalan ke
(neraka) Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Hal itu bagi Allah
(sangat) mudah.
170
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمُ الرَّسُوْلُ بِالْحَقِّ مِنْ
رَّبِّكُمْ فَاٰمِنُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا
فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Yā ayyuhan-nāsu qad
jā'akumur-rasūlu bil-ḥaqqi mir rabbikum fa āminū khairal lakum, wa
in takfurū fa inna lillāhi mā fis-samāwāti wal-arḍ(i), wa kānallāhu ‘alīman
ḥakīmā(n).
Wahai manusia, sungguh
telah datang Rasul (Nabi Muhammad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari
Tuhanmu. Maka, berimanlah (kepadanya). Itu lebih baik bagimu. Jika kamu kufur,
(itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya milik Allahlah apa
yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
171
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا
تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ اِنَّمَا الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ
مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللّٰهِ وَكَلِمَتُهٗ ۚ اَلْقٰىهَآ اِلٰى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ
مِّنْهُ ۖفَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ وَلَا تَقُوْلُوْا ثَلٰثَةٌ
ۗاِنْتَهُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗ اِنَّمَا اللّٰهُ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۗ سُبْحٰنَهٗٓ
اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗ وَلَدٌ ۘ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ
وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا ࣖ
Yā ahlal-kitābi lā
taglū fī dīnikum wa lā taqūlū ‘alallāhi illal-ḥaqq(a), innamal-masīḥu ‘īsabnu maryama rasūlullāhi wa kalimatuh(ū), alqāhā ilā
maryama wa rūḥum minh(u), fa āminū billāhi wa rusulih(ī), wa
lā taqūlū ṡalāṡah(tun), inntahū
khairal lakum innamallāhu ilāhuw wāḥid(un), subḥānahū ay yakūna lahū walad(un), lahū mā fis-samāwāti wa mā
fil-arḍ(i), wa kafā billāhi wakīlā(n).
Wahai Ahlulkitab,
janganlah kamu berlebih-lebihan dalam (menjalankan) agamamu188) dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah, kecuali yang
benar. Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam, hanyalah utusan Allah dan
(makhluk yang diciptakan dengan) kalimat-Nya189) yang Dia
sampaikan kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.190) Maka, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga.” Berhentilah (dari ucapan itu).
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya hanya Allahlah Tuhan Yang Maha Esa. Maha
Suci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pelindung.
Catatan
Kaki
188) Termasuk berlebihan adalah mengatakan bahwa
Nabi Isa a.s. itu tuhan sebagaimana dikatakan oleh orang Nasrani. 189) Maksud kalimat adalah kun (‘jadilah!’), sehingga Nabi Isa a.s.
diciptakan tanpa bapak. 190) Disebut tiupan dari Allah karena tiupan itu
berasal dari perintah Allah Swt.
172
لَنْ يَّسْتَنْكِفَ الْمَسِيْحُ اَنْ يَّكُوْنَ عَبْدًا لِّلّٰهِ
وَلَا الْمَلٰۤىِٕكَةُ الْمُقَرَّبُوْنَۗ وَمَنْ يَّسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهٖ
وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ اِلَيْهِ جَمِيْعًا
Lay yastankifal-masīḥu ay yakūna ‘abdal lillāhi wa lal-malā'ikatul-muqarrabūn(a), wa
may yastankif ‘an ‘ibādatihī wa yastakbir fa sayaḥsyuruhum ilaihi jamī‘ā(n).
Almasih tidak akan
pernah enggan menjadi hamba Allah dan begitu pula para malaikat yang dekat
(kepada Allah). Siapa yang enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka
Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.
173
فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
فَيُوَفِّيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدُهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ
اسْتَنْكَفُوْا وَاسْتَكْبَرُوْا فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًاۙ وَّلَا
يَجِدُوْنَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا
Fa ammal-lażīna āmanū
wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti fa yuwaffīhim ujūrahum wa yazīduhum min faḍlih(ī), wa ammal-lażīnastankafū wastakbarū fa yu‘ażżibuhum ‘ażāban
alīmā(n), wa lā yajidūna lahum min dūnillāhi waliyyaw wa lā naṣīrā(n).
Adapun orang-orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi
mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sementara itu, orang-orang yang
enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab
mereka dengan azab yang pedih. Mereka pun tidak akan mendapatkan pelindung dan
penolong selain Allah.
174
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمْ بُرْهَانٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ نُوْرًا مُّبِيْنًا
Yā ayyuhan-nāsu qad
jā'akum burhānum mir rabbikum wa anzalnā ilaikum nūram mubīnā(n).
Wahai manusia,
sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran (Nabi Muhammad dengan
mukjizatnya) dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al-Qur’an).
175
فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَاعْتَصَمُوْا بِهٖ
فَسَيُدْخِلُهُمْ فِيْ رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍۙ وَّيَهْدِيْهِمْ اِلَيْهِ
صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۗ
Fa ammal-lażīna āmanū
billāhi wa‘taṣamū bihī fa sayudkhiluhum fī raḥmatim minhu wa faḍl(in), wa yahdīhim
ilaihi ṣirāṭam mustaqīmā(n).
Adapun orang-orang
yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh pada (agama)-Nya, maka Allah akan
memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga) serta
menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.
176
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ
ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا
تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا
اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً
رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ
اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Yastaftūnak(a),
qulillāhu yuftīkum fil-kalālah(ti), inimru'un halaka laisa lahū waladuw wa lahū
ukhtun fa lahā niṣfu mā tarak(a), wa huwa yariṡuhā illam yakul lahā walad(un), fa in kānataṡnataini fa lahumaṡ-ṡuluṡāni mimmā tarak(a), wa in kānū ikhwatar rijālaw
wa nisā'an fa liż-żakari miṡlu ḥaẓẓil-unṡayain(i), yubayyinullāhu lakum an taḍillū, wallāhu bikulli syai'in ‘alīm(un).
Mereka meminta fatwa
kepadamu (tentang kalālah).191) Katakanlah, “Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalālah, (yaitu) jika seseorang meninggal dan dia tidak
mempunyai anak, tetapi mempunyai seorang saudara perempuan, bagiannya (saudara
perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya. Adapun saudara
laki-lakinya mewarisi (seluruh harta saudara perempuan) jika dia tidak
mempunyai anak. Akan tetapi, jika saudara perempuan itu dua orang, bagi
keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika mereka (ahli waris itu
terdiri atas) beberapa saudara laki-laki dan perempuan, bagian seorang saudara
laki-laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan
(hukum ini) kepadamu agar kamu tidak tersesat. Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”
Catatan
Kaki
191) Kalālah ialah orang yang wafat tanpa
meninggalkan bapak dan anak.